Semua Bab Pengantin Bayaran: Bab 1 - Bab 5
5 Bab
Detik-detik menuju pesta pernikahan
Pagi itu harusnya aku bergembira, mengeluarkan tetes air mata bahagia namun mengapa tetes-tetes kepedihan yang sedang menyayat-nyayat hatiku sekarang. Tak dapat lagi ku tahan batin yang meronta, ingin segera didengar ataukah hati yang sakit meminta untuk diobati. Seperti teriris-iris di dalam sana. Kehidupan ku, terpaksa harus menelan pil pahit demi menyelamatkan nama besar keluargaku.Hari ini adalah sejarah terbesar dalam hidupku dimana sebentar lagi aku akan melepas masa lajang. Melepas semua mimpi-mimpi yang belum sempat ku wujudkan. Dan kini aku harus berani mengawali kehidupan yang belum pernah aku jalani sebelumnya. Kehidupan tentang bagaimana menjadi istri yang baik dalam status Pengantin bayaran. Namun, jangan tanya diriku bahagia meghadapi semua ini, yang ada hanyalah rasa sakit di hari bahagia menurut perkataan orang-orang.***Di dalam Ruang Pengantin“Alea,” Suara lembut Naura membuyarkan lamunan Alea. “Nak, jika kamu belum siap akhiri saja.. Mama mendukungm
Baca selengkapnya
Awal yang menyedihkan
Warning.!  Cerita ini mengandung banyak bawang yah tapi seru loh🙏 Zean PovJujur rasanya berat bagiku. Bagaimana tidak, aku harus melepas kekasihku yang baru saja pergi meninggalkan ku  selama-lamanya padahal tinggal beberapa hari lagi aku akan siap melamar pujaan hatiku. Adelia simamora, gadis yang telah bersama denganku selama 7 tahun. Bersamanya ku temukan begitu banyak bahagia walau tak sedikit duka selalu datang. Rasanya berat melepas Adelia dari kehidupanku. Karena banyak hal tentang dia yang belum sepenuhnya ku ceritakan kepada keluarga ku. ***Dua minggu sebelum hari pernikahanAdelia akan sampai di Bandara Eltari se-jam lagi dari kota dimana ia bekerja. Aku dan Adelia memang menjalani hubungan jarak jauh namun, kami tetap setia dengan komitmen yang kami buat masing-masing.Hari ini aku berencana untuk pergi ke bandara lebih awal untuk memberinya kejutan karena sebelumnya aku sempat mengatakan kepadanya bahwa
Baca selengkapnya
Beruang Teddy Kecil
Warning.!Masih ada banyak bawang yah gaes🤧 Mataku tidak bisa berhenti menatap wanita ber-syal merah ini. Ucapan-ucapanku sepertinya tidak terdengar olehnya ataukah ia sengaja tidak mendegarnya. Dia hanya terus menangis disampingku, bersama meratapi Adelia.Mataku terus menatapnya keheranan sedangkan nafasku terus memburu dan tangis yang masih terus mengalir. Tatapan menyelidik ku berhenti saat melihat Boneka teddy yang telah turut bersimbah darah Adelia yang wanita ini gengam di tangan kirinya. Dengan cepat, aku menarik Boneka itu dari tangan wanita ber-syal merah ini dan dengan nada ketus aku bertanya sekali lagi kepadanya.“Siapa kamu sebenarnya?” Ucapku di sela-sela tangisan.“Maafkan saya Pak. Ini semua salah saya pak.” Ujarnya dengan wajah yang menunduk?“Apa maksutmu. Jangan-jangan ka-,” Perkataan ku harus terhenti sebentar ketika mendengar mobil polisi yang melaju ke arah cepat kea rah kami.
Baca selengkapnya
Sebuah Kesepakatan
Yukk ke tkp yuk.. “Setuju” Tanyaku pasti pada wanita yang berdiri tepat di hadapanku“Setuju” Jawabnya dengan semangat“Baguslah. Jika kamu sudah setuju, sore pukul 17.00 datang ke tempat ini” Ucapku sambil menyodorkan secarik kertas bertuliskan sebuah alamat.Wanita dihadapanku ini tidak menjawab perkataanku, dia hanya mengambil kertas yang aku sodorkan lalu menganguk saja dan itu artinya dia mengiyakan semua perkataanku. Dari pada aku berlama-lama berdiri dengannya disini, lebih baik aku ke kantor,gumamku. Banyak hal yang harus ku urus.***Setelah berpamitan, aku bergegas masuk ke mobil dan melaju dengan kencang membelah keramaian kota Zue. Sesekali aku mengingat Adelia yang sudah pergi meninggalkan aku seorang diri. Wajahnya masih terbayang-bayang di benaku. Ada rasa sesak yang bertahkta di dalam dada. Rasa sesak yang bercampur dengan rasa bersalah. Mobilku ku paksa menepi di tengah-teng
Baca selengkapnya
Dendam dalam diam
 Mata Alea tidak dapat berkedip untuk beberapa detik. Deru nafasnya bergerak cepat. Ia tidak habis pikir dengan apa yang dilihatnya sekarang. Terlebih lagi perkataan lelaki itu yang sangat menyinggung perasaannya.Pembunuh? Apakah aku yang membunuhnya? Semua hanya kecelakaan. Aku yang terlambat menolongnya bukan berarti aku membunuhnya! Aku juga shock saat itu apalagi ketika wanita itu mengambil nafas panjang sambil menutup mata dan juga tersenyum di hadapanku.Apakah aku salah sehingga aku dapat di katakan pembunuh?Seluruh pikiranku kini di paksa bekerja. Otak dan batinku saling bertanya. Mataku yang sebelumnya berani menatap rona hitam miliknya, kini kembali ku tundukkan karena gugup yang menyerang ku dengan tiba-tiba. Lantas aku tak berani menatap manik hitam miliknya yang penuh dengan amarah yang tersimpan jelas. Itu tergambar jelas dari  sorot matanya.***Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Aku tak memilih bersuara, apalagi meny
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status