All Chapters of Just alone: Chapter 11 - Chapter 14
14 Chapters
Sebelas
Dayva menyandarkan tubuhnya di kursi kantornya, dia masih teringat kejadian dua jam lalu, mungkin jika Toni tidak menelepon dia masih bersama dengan Amel.Sesekali Dayva menyentuh bibirnya. Meskipun hanya beberapa detik, ciuman itu masih terasa lembut saat bibirnya menyentuh perlahan bibir Amel. Meskipun ini bukan ciuman pertama Dayva dengan lawan jenis tapi ciuman tadi pagi terasa berbeda. Apalagi Amel tak membalas ciumannya sangat berbeda saat dia berciuman dengan gadis lain yang dengan mudah Dayva dapat mengakses seluruh bibir bahkan tubuh mereka. Hal itu membuat dia gila karena terus memikirkan Amel. Dari ciuman itu Dayva dapat merasakan ketakutan dan juga kecemasaan yang Amel rasakan.Suara pintu terbuka, membuyarkan lamunannya."Kau ini gak bisa ketuk pintu dulu?" tanya Dayva kesal saat Toni masuk kedalam ruang kantornya."Aku sudah mengetuknya, kau saja tak dengar," jawab Toni dengan senyuman, seolah tidak ada rasa bersalah."Kau itu gak di
Read more
12
Dasar tukang pemaksa, dia benar-benar gila menutup pintu dan menyuruh ku membereskan apartemennya," maki Amel setelah menerima telepon dari Dayva.Sesekali dia menyigarkan rambutnya dan menjambaknya lalu sesekali juga dia melihat keatap sambil menutup mata dengan kedua tangannya. Dia juga beberapa kali mengusap wajahnya. Sangat terlihat jika dia merasa kesal dengan sikap pemilik kamar itu yang seenaknya sendiri."Kalau saja aku tadi tidak lari kedalam kamar, pasti tidak akan seperti ini," lanjut Amel menyesali tindakannya.Hingga sebuah pesan WhatsApp masuk kedalam ponsel Amel. Tanpa perlu Amel membuka wa, dia sudah bisa membaca pesan tersebut,'Bersihkan apartemen ku sekalian kau masak makan malam untuk ku, kau tidak akan bisa keluar, sebelum aku kembali,'Isi pesan yang sama dengan yang Dayva ucapkan di telepon tadi.Pertama Amel pun memulai membersihkan kamar yang dia tempati semalam. Dia mengganti  Seprai yang kotor dan basah karena
Read more
13. Pantai
Dayva sudah berdiri di depan apartemen sambil menyandarkan tubuhnya di samping mobil hitam kesayangannya. Memakai celana jins, kemeja berwarna hitam yang lengan kemejanya sudah tekuk hingga siku, dan tak lupa kacamata hitam bertengger di atas hidung mancungnya. Tangannya memegang ponsel kemudian menekan tombol panggilan pada ponselnya. Tapi sayang, panggilan pertama hingga panggilan ketiga tidak ada jawaban. Dayva tidak menyerah, dia kembali melakukan panggilan telepon ke empat kalinya dan penantiannya terjawab."Ha-halo... ," suara panggilan terjawab dari ujung ponselnya."Kau lama sekali! dari mana saja kau?" tanya Dayva menahan amarah."Ma-maaf, aku tadi di kamar mandi," jawab Amel."Kamar mandi?" senyum Dayva mengembang, amarahnya juga menghilang mendengar jawaban itu otak Dayva mulai mesum."Jangan berpikiran mesum!" balas gadis di seberang telepon seolah tau isi pikiran Dayva."Kenapa jika aku berpikiran mesum? lagi pula aku sudah pern
Read more
14. Pantai 2
"Mel ... Mel ... maaf ," pinta Dayva, dengan suara yang keluar sedikit tinggi. Saat Amel berlari meninggalkan dirinya."Bodoh ... Bodoh ...," Dayva memaki dirinya sendiri atas perbuatan. Memukul kepala dengan tangannya dan juga menjambak rambutnya sendiri. Merasa bersalah karena tidak dapat menahan rasa teramat besar ingin selalu melumat bibir berwarna merah jambu itu.Setelah menyesali perbuatannya dia beranjak untuk mencari Amel, dia berjalan menyusuri pinggiran pantai. Cahaya yang masih minim membuat Dayva sulit menemukan Amel.Namun, suara teriakan seorang gadis yang dia yakini itu suara Amel, membuat dia berlari ke arah sumber suara. Apalagi dia melihat Amel yang telah di tampar oleh seseorang lelaki yang tidak dia kenal. Aliran darah Dayva terasa cepat, hawa panas mulai memuncak dari dalam tubuh.Dayva berlari mendekati mereka lalu dari arah belakang dia menjambak rambut lelaki mabuk itu, hingga jatuh di atas pasir kemudian dengan cepat menindih perut
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status