All Chapters of Falling for you: Chapter 11 - Chapter 20

89 Chapters

Episode 11

“Hati-hati, pertengkaran kalian bisa kedengaran sampai radius satu mil,” kelakar Thomas. Ia mengenakan pakaian yang lebih formal daripada Jason. Setelan jas biru gelap di atas kemeja berwarna merah marun serta sepatu derby yang mengilap. "Thomas? Kenapa kau bisa ada di sini?" Ia berjalan menghampiri kami dengan senyum terkembang. "Tadinya aku sedang mencari auditorium, tapi sepertinya aku tersesat." "Tempat itu tepat di sebelah sana," sahut Jason dingin sambil menuding arah gedung auditorium. "Apa kau buta sampai tak bisa melihatnya saat pergi melewatinya tadi?" "Kau terlihat sangat cantik dengan gaun florall-mu Mia." Thomas mengomentari penampilanku, terang-terangan mengabaikan Jason. "Uh, terima kasih."   "Apa maumu Tom?" Thomas menoleh pada Jason yang tampak terganggu. Tatapannya mengejek. "Tenanglah, aku datang ke sini cuma untuk memenuhi undangan workshop di kampus kalian." "... sekaligus untuk melihat pacarmu,
Read more

Episode 12

Aku sedang membantu Joe mengerjakan tugas trigonometri di ruang keluarga saat bel pintu depan tiba-tiba berbunyi. "Biar aku saja!" seru Joe sambil melesat secepat peluru. Sedetik kemudian terdengar jeritan melengking yang membuat bulu kudukku berdiri. Buku yang kupegang sontak terlempar ke udara. Tanpa memedulikan kesopanan aku meloncat dari sofa lalu berlari tunggang langgang mengejarnya. "Kenapa?! Ada apa?!" seruku panik saat mencapai ruang tamu. "King Odyssey datang mencarimu!" Joe menoleh padaku dengan wajah berseri-seri, lalu ia memandang takjub pada Jason yang berdiri di ambang pintu. Demi Tuhan, bocah ini benar-benar … “Apa kau akan tinggal lebih lama untuk membantuku mengerjakan pe-er?” Joe meraih tangan Jason, menariknya turun. “Mia bilang kau sangat pintar.” Aku ingin sekali membungkamnya. Jason tersenyum padanya. “Aku tidak akan menyangkalnya, tapi sayangnya aku kemari untuk menjemput kakakmu, mungkin lain kali, sobat.”
Read more

Episode 13

Aku menoleh dan mendapati Lauren sedang berusaha menyelip di antara kerumunan orang banyak. Dia tampak memukau dalam balutan gaun ketat berwarna hijau zamrud. Lauren melambai penuh semangat ke arah kami. Aku memandang Jason, mengucapkan terima kasih padanya tanpa suara. "Ada tempat kosong untuk satu undangan jadi kuminta Paul agar memasukkan nama Lauren." Ia berkata tak acuh. "Bukan masalah besar." “Selamat ulang tahun!" Lauren menghambur pada Jason ketika sudah sampai di hadapan kami. Dia melingkarkan kedua lengannya memeluk Jason kemudian menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna silver dengan pita keemasan di bagian depannya. "Apa ini?" Jason mengangkat sebelah alis menatapnya sambil membuka penutup kado itu. ”Montblanc 1858?" ia mengeluarkan sebuah jam tangan mewah yang berkilauan dari dalamnya, bagian dalam jam serta permukaannya berlapis emas putih. "Walau itu mungkin hanya bakal jadi salah satu penghuni wardrobe-mu, tapi bisakah setidakn
Read more

Episode 14

Semuanya terlalu cepat hingga aku hanya bisa memejamkan mata sambil menunggu tangannya yang tak kunjung menyentuh wajahku. Aku membuka mata perlahan, dan melihat Jason sedang berdiri di sebelahku sambil mencengkeram tangan Amy di udara. Wajahnya tampak sangat marah. Dia melepaskan tangan Amy dengan kasar hingga gadis itu terhuyung mundur."Apa yang terjadi disini?!" dia berkata dengan nada tinggi. Para cewek itu langsung mengkeret mendengarnya. "Bukan apa-apa Jason, kami hanya sedang mengobrol." aku berusaha menenangkannya. Tapi Jason tetap memandangi Amy dengan tatapan tajam selagi gadis itu menggosok pergelangan tangannya yang baru dicengkeram oleh Jason. Ia tampak salah tingkah. Sejurus kemudian cewek-cewek yang lain buru-buru menarik Amy pergi. "Apa yang baru saja terjadi?" Jason bertanya padaku ketika para gadis itu sudah tidak kelihatan lagi. "Cuma percakapan antar cewek," kilahku. Jason masih memandangku dengan tatapan curiga. "Bagaimana
Read more

Episode 15

"Kenapa kau melakukannya?!" Aku memandang kesal pada Jason yang menyetir di sebelahku. Kami sedang dalam perjalanan pulang dari pesta ulang tahunnya. Untung saja dia tidak menuruti kawan-kawannya dan tinggal sampai after party-nya selesai hingga dini hari. Karena tak peduli betapa ibuku menyukai Jason, ia pasti akan membunuhku bila sampai pulang lewat dari tengah malam. "Apa?" Ia melirikku sekilas dengan sebelah alis terangkat. "Yang tadi!" ujarku gusar. "Waktu kau naik ke panggung. Saat kau tiba-tiba... " aku tak sanggup meneruskan perkataanku. "Kau bicara apa sih Mia? " ia bergumam tanpa memandangku. Tapi aku bisa melihat kilatan humor di matanya, yang berarti dia tahu maksudku! Kemudian Jason tersenyum meski ia langsung memalingkan wajah agar aku tak melihatnya. "Kau cuma ingin aku mengatakannya iya kan?!" tuduhku marah. Jason tergelak. Ia mengacak rambut belakang kepalanya dengan sebelah tangan. "Maksudmu waktu kita berciuman di
Read more

Episode 16

Kurasa dialah yang baru saja kutabrak. Aku menoleh dengan cepat ke arah empat pemuda yang lain. Mereka semua menatapku dengan pandangan yang membuatku ngeri. Aku menelan ludah dengan susah payah lalu buru-buru berdiri. Dengan tertatih kucoba berjalan menjauh melewati si pemuda berkulit hitam namun langsung menangkap lenganku lalu menarikku kembali. "Mau kemana cantik?" dia berkata sambil memegangi lenganku erat-erat, sebuah seringai kejam menghiasi wajahnya. Aku berusaha melepaskan diri, mendorongnya sekuat tenaga, tapi sia-sia. Kini satu persatu para pemuda lainnya berjalan menghampiriku sambil tertawa senang. "Dia terlihat lezat." salah seorang pemuda dengan rambut acak-acakan menyeringai padaku memperlihatkan deretan giginya yang hitam dan tak lagi utuh. Sedangkan yang lain menertawakanku. Darah surut dengan cepat dari kepalaku, tubuhku gemetar ketakutan dan aku mulai dikuasai rasa panik. Karena aku sadar apa yang akan mereka lakukan padaku.
Read more

Episode 17

Aku mengusir ngengat yang berputar-putar di sekitar wajahku. Ada lebih banyak lagi yang datang. Menyebalkan. Ini bahkan belum musim panas. Seharusnya tadi kubawa losion pengusir serangga. Itu juga kalau aku tahu Jason bakal mengajakku ke tengah hutan begini. Dengan kesal kutepuk seekor nyamuk yang hinggap di lenganku. Kemarin Paul berhasil membujuk sebagian besar sponsor untuk menunda kontrak mereka selama Jason dalam masa pemulihan. Namun rupanya ada satu brand pakaian olahraga yang menolaknya. Mereka bersikeras agar pemotretan di selesaikan sebelum akhir minggu ini sesuai kesepakatan, agar mereka tetap bisa meluncurkan produknya untuk koleksi musim panas. Sedangkan untuk lengan Jason yang cedera mereka bilang akan menutupinya dengan properti yang senada. Jason menyetujuinya. Aku? Seperti aku punya pilihan lain saja… Berhubung konsepnya berhubungan dengan alam maka lokasi syuting dilakukan di West Park, hutan kota yang ada di pinggir
Read more

Episode 18

Aku meraba sekeliling tempat tidur dengan mata terpejam. Mencari ponselku yang secara sadis telah membangunkanku di akhir pekan yang sakral ini. Hari paling damai menuju hibernasi yang sesungguhnya. Itulah yang kusebut sebagai akhir pekan. Tak ada kuliah, dan tak harus pergi ke Red Roaster. a.k.a benar-benar bebas. Lagipula reahersal kemarin baru selesai pukul sepuluh malam. Pimpinan teaternya, Jean-Pierre, adalah orang yang perfeksionis. Kami sampai harus melewati take vocal berkali-kali. Belum lagi berapa pemain sempat mengalami perubahan bagian. Selain itu karena ini drama musikal kami juga mesti bekerja lebih keras. Sebab kombinasi adegan tari jelas membutuhkan konsentrasi dan stamina lebih ketimbang pementasan drama biasa. Akhirnya… kutemukan benda terkutuk itu terselip di bawah bantal. Aku mengerang saat melihat nama yang tertera pada layar ponsel. Kenapa sih dia tak bisa biarkan aku
Read more

Episode 19

Aku tertawa mendengarnya. "Kalau begitu kenapa kau bicara padaku?" Thomas menggeleng. "Sejujurnya aku tak suka menyerah tanpa perlawanan." "Kau pemberani," selorohku. “Melakukan segalanya demi melihat Jason terpancing." Ia mengangkat bahu. "Kadang pacarmu sangat menyebalkan,” tukasnya kesal. Aku memikirkan kata-katanya, lalu berdehem sebelum berbicara. "Dengar, Thomas, aku sangat menghargai kau menghentikan laporanmu atas Jason, sungguh." aku memulai. "Dan kuharap kau bisa … pelan-pelan melupakan masalah ini." kuamati ekspresinya. Kalau-kalau dia menunjukkan reaksi tak terima. "Aku janji, Jason tak akan pernah melakukannya lagi," ujarku sungguh-sungguh. Thomas menghela napas sambil menyandarkan punggungnya ke sofa. "Kau tahu Mia, menurutku kalian berdua mirip salah satu judul buku Dan Brown yang terkenal itu." dia berkata sambil memiringkan kepala menatapku. "Angel and Demon," ujar Thomas lalu menyeringai lebar. "Apa kau bilang?" terd
Read more

Episode 20

Paul sedang duduk berhadapan dengan dua orang pria asing berbadan tinggi besar. Aku menduga mereka adalah orang-orang dari agensi. Meskipun jujur saja penampilan mereka lebih mirip tukang pukul daripada pegawai kantor. Dari raut wajah mereka nampaknya percakapan itu cukup serius. Aku sedang berdebat dengan diriku, antara pergi menyapa Paul atau tidak, mengingat atmosfer di dalam sana sepertinya bakal sedikit canggung, sebelum ponselku tiba-tiba berbunyi. “Ya?" "Apa kau beli sepatunya di Kanada?! Cepat ke sini karena kami sudah menunggu selama dua puluh menit!" Aku memutar bola mata. "Iya, sedang dalam perjalanan. Aku segera—" "Bagus," potong Jason lalu menutup sambungan telepon. Aku mengerutkan kening dengan kesal menatap ponsel di tanganku seolah benda itu yang sudah menyinggungku. Dengan menggerutu aku berjalan kembali menuju restoran. Satu hal yang membenarkan pemikiranku tentang Forestier, saat menginjakkan kaki ke dalam, interior-nya sung
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status