All Chapters of My Sexy Bodyguard: Chapter 31 - Chapter 40
74 Chapters
Part 31 - Reality is more exciting
Part 31 - Reality is more exciting Luna bergeming mengerjapkan matanya saat kedua netra abu Axel menyorot tajam padanya. Dadanya kembali berdebar kencang saat embusan napas Axel terasa menerpa kulit wajahnya hingga merona. “Ak-aku akan katakan nanti malam, jika kau menepati janjimu,” ujar Luna terbatah. Kedua matanya berkedip berkali-kali demi menyingkirkan rasa gugupnya sambil mengalihkan tatapan ke sembarang arah. Namun, tangkupan dingin dari kedua tangan Axel mengembalikan fokusnya untuk bertemu tatap dengan sorot tajam itu. “Janji apa? Apa yang kujanjikan?” tanya Axel tak sabaran. “Kau … akan membuat pertemuan makan malam tak disengaja dengan Angel agar aku bisa kembali mendekati Valerio untuk meletakkan alat pelacak,” jawab Luna tampak sedikit ragu.
Read more
Part 32 - Regret
Part 32 - Regret Makan malam terlaksana setelah pulang sebentar ke mansion untuk mengganti pakaian juga menyiapkan Grace untuk di jemput Damian ke rumah kakeknya. Kini Axel dan Luna sudah tiba di restoran. Restoran dengan desain elegan yang berada di tengah gedung terbuka dan dinding yang hanya dilapisi kaca itu diapit oleh hotel bagian atas sebagai kamar para elit Italia. Sementara bagian bawah diperuntukan untuk kalangan menengah ke bawah. Gedung itu tampak mewah dengan menempatkan kursi meja di bagian pinggir yang dibatasi pembatas kaca yang terdapat lampu hias di sepanjang pembatas. “Wow, Ax. Aku tak pernah melihat pemandangan seindah ini di Italia.” Luna tak berhenti takjub dengan apa yang dilihatnya pemandangan langit dan pencakar gedung lainnya tampak memanjakan mata siapa saja yang melihatnya. “Bukan aku yang memilih, tapi Angelica. Tempat ini milik salah satu calon yang hendak dijodohkan padanya,” ungkap Axel. Kali in
Read more
Part 33 - What is the truth is Luna hiding?
Part 33 - What is the truth is Luna hiding? Axel meratapi wajah lelap Luna yang belum juga terbangun sejak semalam. Wajahnya tampak frustrasi mengingat kejadian semalam yang membuat rasa bersalah masih mengganjal di hatinya hingga saat ini. Kondisinya masih tampak kacau, ia bahkan masih mengenakan kemeja bekas semalam yang dibiarkan berantakan dengan kancing teratas terbuka, lengan yang digulung asal dan noda hitam berbekas di mana-mana yang tidak mencerminkan dirinya sama sekali. Entah sudah berapa kali ia merutuki kebodohannya karena berkeras menutupi kelumpuhannya bahkan hingga detik ini. Semua itu karena ucapan Valerio semalam saat pria itu datang dan memaksa menemui Luna. Membuatnya harus meladeni omong kosongnya. “Pernahkah kau berpikir kenapa Luna begitu mencurigaiku?” tanya Va
Read more
Part 34 - “Hai, Leon,  long time no see you.”
Part 34 - “Hai, Leon,  long time no see you.” Luna mengibas-ngibaskan asap yang mengepul di sekelilingnya. Ia berusaha mencari jalan untuk menghindari setiap kobaran api dari pilar dan dinding yang hampir terbakar habis. Langkahnya terhenti saat jalan di hadapannya telah terhalang api yang menyulut semakin besar sehingga ia tak menyadari adanya puing dari langit-langit yang terjatuh di belakangnya. Ia terkejut saat mendengar suara Axel yang berteriak memanggilnya. Benar saja saat ia berbalik tepat di hadapannya puing atap tersebut terjatuh di depannya, beruntung Axel memeringatinya sehingga ia masih sempat menghindar. Akan tetapi, kini Luna tak memiliki jalan keluar. Dirinya terkepung api yang membuat pandangannya semakin kabur tak bisa bertahan lebih l
Read more
Part 35 - Interrogation
Part 35 - Interrogation Kedatangan Louisa ke Italia cukup menambahkan masalah antara Axel dan Luna. Pasalnya kini bukan lagi perihal rahasia apa yang dimiliki Luna dengan Valerio. Akan tetapi, ada hubungan apa antara Louisa dengan Axel. Hal tersebut tengah menjadi pemikiran utama Luna setelah di rumah sakit tadi dirinya tampak memikirkan Axel yang terasa nyata berjalan begitu lancar. Walau kenyataan yang terlihat begitu mengecewakan. Luna mengingat bagaimana tadi dirinya segera keluar setelah dokter yang memeriksanya mengatakan ia baik-baik saja dan bisa beristirahat di rumah. “Axel, aku belum selesai bicara,” ujar Luna memelankan suaranya begitu melihat sosok cantik yang menghampiri Axel dan hendak mencium pipi Axel. Sayangnya, pria itu menghindar dan malah menahan pergeraka
Read more
Part 36 - Conspiracy or ( ? )
Part 36 - Conspiracy or ( ? ) Luna melirik ke kiri dan kanan untuk melihat keadaan di depan kamar Axel. Berharap Roberto tak ada di dekat sana atau pun arah menuju kamarnya. Demi Tuhan, dia seperti maling yang berjalan sambil melihat ke sekeliling dengan kemeja kebesaran milik Axel sambil membawa pakaian kotornya semalam. Luna dengan sengaja tak menggunakan lift untuk menghindari jikalau berpapasan dengan Roberto yang hendak naik, maka dari itu ia menyusuri tangga secara perlahan sambil mengintai ke arah  bawah. Saat merasa aman, dengan cepat ia menuruni tangga. Sial, alangkah terkejutnya dia ketika baru saja tiba tepat di depan pintu kamar dan hendak membuka pintu. Secara tiba-tiba sebuah suara menyapa. “Hai, Nona Davidde.” Sontak Luna terlonjak kaget dan berbalik badan secara perla
Read more
Part 37 - Angelica knew something
Part 37 - Angelica knew something “Ax, tolong aku!” seru Angelica. Namun, Axel yang kepalang murka, berusaha melepaskan pelukan itu, ia bahkan berdiri dan memojokan Angelica ke dinding. Emosinya sudah ditahan sejak pagi dirinya dan Roberto berspekulasi dari pesan singkat yang memintanya datang ke restoran semalam hingga Luna mengalami cedera ringan. “Apa yang sudah kau lakukan!” tuding Axel mencengkram kuat bahu Angelica hingga wanita itu meringis. “Axel, kendalikan dirimu!” Roberto bertindak dengan berusaha melepaskan Angelica dari Axel. Cukup lama Roberto berusaha melepaskan Axel yang menatap Angelica begitu tajam dengan wajah yang sangat menyeramkan. Hingga serangan Axel terlepas, tetapi Angelica masih tercengang atas tindakan Axel terlebi
Read more
Part 38 - Who visited you?
Part 38 - Who visited you? Malam hari setelah konferensi pers berakhir Axel kembali ke mansion dan membiarkan Roberto menemani Angelica di hotel. Axel tak tega saat mengetahui ketakutan wanita itu yang akan didatangi ayah juga pamannya karena mengatakan hal yang merugikan perusahaan de Luca. Sepulangnya Axel sudah ditunggu oleh dua wanita Luna dan Louisa berdiri di ambang pintu utama mansion dan menyambutnya seperti pelayan lainnya.  “Good evening, Sir.” Louisa menyapa ala-ala pelayan yang membungkuk. Dirinya begitu totalitas memerankan akting. “Good evening, Lou.”  Axel menjawab sambil melirik Luna.
Read more
Part 39 - “Please, say something.”
Part 39 - “Please, say something.” Louisa yang menyadari seketika aura menyeramkan dari Axel menguar, baru mengangkat kepalanya dan menyadari tatapan Luna yang sejak tadi memintanya untuk diam. “Hm, Ax ... maaf sepertinya aku salah mengingat. Sebenarnya bukan tamu Luna, tapi—” “Aku tak bertanya padamu, Lou!” bentak Axel menyela. “Maaf, aku akan membiarkan kalian bicara berdua,” ujar Louisa menyadari situasi untuknya menyingkir dari ruangan tersebut. Luna menghela napasnya dan meletakkan kedua alat makannya lalu membalas tatapan Axel. “Baiklah, aku akan menjawabnya. Tamu itu Valerio, dia hanya ingin melihat keadaanku setelah mendengar kabar aku dan kau terjebak di restoran yang mengalami kebakaran
Read more
Part 40 - One message hints
Part 40 - One message hints Luna memasuki kamar dan merebahkan tubuhnya di ranjang sambil memijat sisi pelipis yang terasa pusing. Pikirannya kembali berputar pada perkataan Valerio siang tadi yang mendatangi mansion secara tiba-tiba hanya untuk menemui dan memastikan dirinya baik-baik saja. Namun, bukan hanya itu. Mantan kekasihnya justru memberikan banyak informasi secara gamblang setelah sekian lama Luna berusaha mengorek informasi. “Bagaimana kau tahu, Aku dan Axel berada di sana semalam?” “Angelica mengabariku. Dia mengatakan ponselnya digunakan ayah atau pamannya agar mengarahkan Axel ke sana untuk janji temu mereka.” “Jadi kebakaran semalam juga sabotase?” tanya Luna mendapat anggukan dari Valerio.
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status