Part 35 - Interrogation
Kedatangan Louisa ke Italia cukup menambahkan masalah antara Axel dan Luna. Pasalnya kini bukan lagi perihal rahasia apa yang dimiliki Luna dengan Valerio. Akan tetapi, ada hubungan apa antara Louisa dengan Axel. Hal tersebut tengah menjadi pemikiran utama Luna setelah di rumah sakit tadi dirinya tampak memikirkan Axel yang terasa nyata berjalan begitu lancar. Walau kenyataan yang terlihat begitu mengecewakan.
Luna mengingat bagaimana tadi dirinya segera keluar setelah dokter yang memeriksanya mengatakan ia baik-baik saja dan bisa beristirahat di rumah.
“Axel, aku belum selesai bicara,” ujar Luna memelankan suaranya begitu melihat sosok cantik yang menghampiri Axel dan hendak mencium pipi Axel.
Sayangnya, pria itu menghindar dan malah menahan pergeraka
Mohon maaf aku baru update lagi 🙏🏻 Apa kabar kalian? Semoga sehat selalu yaa 🥰 See you ... 💕N.J🦢
Part 36 - Conspiracy or ( ? ) Luna melirik ke kiri dan kanan untuk melihat keadaan di depan kamar Axel. Berharap Roberto tak ada di dekat sana atau pun arah menuju kamarnya. Demi Tuhan, dia seperti maling yang berjalan sambil melihat ke sekeliling dengan kemeja kebesaran milik Axel sambil membawa pakaian kotornya semalam. Luna dengan sengaja tak menggunakan lift untuk menghindari jikalau berpapasan dengan Roberto yang hendak naik, maka dari itu ia menyusuri tangga secara perlahan sambil mengintai ke arah bawah. Saat merasa aman, dengan cepat ia menuruni tangga. Sial, alangkah terkejutnya dia ketika baru saja tiba tepat di depan pintu kamar dan hendak membuka pintu. Secara tiba-tiba sebuah suara menyapa. “Hai, Nona Davidde.” Sontak Luna terlonjak kaget dan berbalik badan secara perla
Part 37 - Angelica knew something “Ax, tolong aku!” seru Angelica. Namun, Axel yang kepalang murka, berusaha melepaskan pelukan itu, ia bahkan berdiri dan memojokan Angelica ke dinding. Emosinya sudah ditahan sejak pagi dirinya dan Roberto berspekulasi dari pesan singkat yang memintanya datang ke restoran semalam hingga Luna mengalami cedera ringan. “Apa yang sudah kau lakukan!” tuding Axel mencengkram kuat bahu Angelica hingga wanita itu meringis. “Axel, kendalikan dirimu!” Roberto bertindak dengan berusaha melepaskan Angelica dari Axel. Cukup lama Roberto berusaha melepaskan Axel yang menatap Angelica begitu tajam dengan wajah yang sangat menyeramkan. Hingga serangan Axel terlepas, tetapi Angelica masih tercengang atas tindakan Axel terlebi
Part 38 - Who visited you? Malam hari setelah konferensi pers berakhir Axel kembali ke mansion dan membiarkan Roberto menemani Angelica di hotel. Axel tak tega saat mengetahui ketakutan wanita itu yang akan didatangi ayah juga pamannya karena mengatakan hal yang merugikan perusahaan de Luca. Sepulangnya Axel sudah ditunggu oleh dua wanita Luna dan Louisa berdiri di ambang pintu utama mansion dan menyambutnya seperti pelayan lainnya. “Good evening, Sir.” Louisa menyapa ala-ala pelayan yang membungkuk. Dirinya begitu totalitas memerankan akting. “Good evening, Lou.” Axel menjawab sambil melirik Luna.
Part 39 - “Please, say something.” Louisa yang menyadari seketika aura menyeramkan dari Axel menguar, baru mengangkat kepalanya dan menyadari tatapan Luna yang sejak tadi memintanya untuk diam. “Hm, Ax ... maaf sepertinya aku salah mengingat. Sebenarnya bukan tamu Luna, tapi—” “Aku tak bertanya padamu, Lou!” bentak Axel menyela. “Maaf, aku akan membiarkan kalian bicara berdua,” ujar Louisa menyadari situasi untuknya menyingkir dari ruangan tersebut. Luna menghela napasnya dan meletakkan kedua alat makannya lalu membalas tatapan Axel. “Baiklah, aku akan menjawabnya. Tamu itu Valerio, dia hanya ingin melihat keadaanku setelah mendengar kabar aku dan kau terjebak di restoran yang mengalami kebakaran
Part 40 - One message hints Luna memasuki kamar dan merebahkan tubuhnya di ranjang sambil memijat sisi pelipis yang terasa pusing. Pikirannya kembali berputar pada perkataan Valerio siang tadi yang mendatangi mansion secara tiba-tiba hanya untuk menemui dan memastikan dirinya baik-baik saja. Namun, bukan hanya itu. Mantan kekasihnya justru memberikan banyak informasi secara gamblang setelah sekian lama Luna berusaha mengorek informasi. “Bagaimana kau tahu, Aku dan Axel berada di sana semalam?” “Angelica mengabariku. Dia mengatakan ponselnya digunakan ayah atau pamannya agar mengarahkan Axel ke sana untuk janji temu mereka.” “Jadi kebakaran semalam juga sabotase?” tanya Luna mendapat anggukan dari Valerio.
Part 41 - Painful truth Axel tercengang setelah membaca pesan tersebut. Dirinya kembali mencari pesan lain yang terdapat dari Damian, dan mendapatkan isi pesan mengejutkan lainnya tentang bagaimana Luna meminta bantuan Damian. To : Damian | 11.30 AM [Dam, aku ditolak. Bantu aku melakukan sesuatu agar dia menerimaku.] [Sudah kuduga, dia tak akan semudah itu. Apa lagi rencanamu, Luna?] From : Damian | 21.00 PM [Bagaimana Luna? Apa kita berhasil mengelabuinya?] [Aku sudah diterima. Dengan begini aku bisa mencari informasi siapa yang berpotensi ingin menghancurkan Dante's corporated. Terima kasih sudah mendekatkanku padanya.]
Part 42 - Acknowledgement Luna tercengang melihat Axel terduduk di lantai pada ujung ranjangnya sambil bersandar menengadahkan kepalanya ke atas. Kondisinya saat ini tengah bertelanjang dada dengan handuk kecil tersampir pada lehernya. Pria itu tak menoleh sedikitpun saat Luna mendekat secara perlahan sambil memerhatikan kondisinya. Pandangan Axel hanya tertuju pada satu titik dengan tatapan kosong seakan jiwanya melayang entah kemana. Pikirannya berkecamuk antara ingin menunjukkan sesuatu yang baru ia ketahui, terungkap tanpa pengakuan dari orang yang ingin ia pastikan kebenarannya. “Ax, ada apa .... kenapa kau menyiksa dirimu?” tanya Luna begitu dirinya tiba di hadapan pria itu dan melihat luka menganga yang dibiarkan Axel begitu saja. Axel hanya tersenyum getir lalu menatap Luna begitu
Part 43 - Act of love “Ax, kau bilang apa?” tanya Luna memastikan pendengarannya. Seketika tatapan tajam tersorot dari netra abu milik Axel. Pria itu menenggak habis minumannya dan tanpa berniat menjawab, Axel malah mengikis jaraknya lalu menarik tengkuk Luna hingga wajah keduanya begitu dekat bahkan napas mereka menerpa kulit wajah satu sama lain. “Aku tak pernah mengulang pernyataan, jadi lebih baik kau menilai tindakanku,” desis Axel lalu mendaratkan pagutan dengan lumatan keras berbalut tuntutan sambil tangannya memegang pinggang Luna dan membawa wanita itu naik ke atas pangkuannya. Luna membalasnya tak kalah menuntut, ia merasa lega sekaligus bahagia saat semua beban yang sejak lama mengganjal dadanya kini telah lepas dan Axel menyambutnya dengan balasan rasa yang membuatnya ba