Tous les chapitres de : Chapitre 11 - Chapitre 20
38
Bab 10 - Kencan yang Membosankan
Waktu berlalu cukup cepat. Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh Jessie. Sepertinya baru beberapa jam yang lalu ia melihat Steve memotreti para modelnya dengan gaya yang tak biasa, tapi lelaki itu tentu selalu mempesona ketika bekerja. Ya, setidaknya itulah pendapat Jessie selama ini.Steve tampak sangat menarik saat lelaki itu konsentrasi pada objek tangkapan lensa kamerannya. Ketika lelaki itu memutar fokus lensanya, saat lelaki itu mengerutkan keningnya, saat lelaki itu tampak begitu serius mengambil gambar di hadapannya, Jessie menyukai saat melihat Steve yang seperti itu. Baginya, Steve tampak bertanggung jawab dengan pekerjaannya, tampak dewasa dengan ekspresi seriusnya. Tentu sangat berbeda dengan Steve yang selama ini ia kenal.Jessie tak memungkiri jika beberpa kali jantungnya berdebar tak menentu saat melihat Steve melakukan pekerjaannya dulu sebelum malam sialan itu terjadi. Meski begitu, Jessie tak akan pernah mengakui bahwa ia terpana ketika melihat Steve
Read More
Bab 11 - Retak
Kencan berakhir begitu saja setelah Steve mengantarkan Donna hingga sampai apartmen wanita itu. Donna mengundangnya masuk, tapi Steve menolak. Ia tidak sedang ingin meniduri wanita itu, jadi ia berpikir bahwa lebih baik ia pergi saja.Lagi pula, tujuannya menjalin hubungan dengan Donna adalah untuk menjalin sebuah pertemanan yang sangat dekat, bukan hanya dalam hal asmara. Ia ingin Donna mampu menggantikan sosok Jessie, ketika wanita itu nanti benar-benar pergi menghindar selama-lamanya, maka Steve tak perlu khawatir.Tapi sepertinya, semuanya gagal total. Donna tak pantas untuk menggantikan tempat Jessie, bahkan keduanya tak memiliki kemiripan sama sekali. Donna lebih asik dengan dunianya sendiri, lebih suka menceritakan tentang dirinya sendiri. sangat berbeda dengan Jessie yang tak akan membuka suara jika tidak ditanya apa yang sedang terjadi dengan wanita itu.Steve mengemudikan mobilnya cepat hingga sampailah ia pada gedung apartmennya. Ia mendapati Cody dud
Read More
Bab 12 - Hamil
Jessie mengambilkan beberapa gelas untuk sampanye yang dibawakan oleh Frank, kakaknya. Sesekali matanya melirik ke arah ruang tamunya. Disana, Frank duduk dengan santai bersama Steve di sebelahnya, sedangkan Henry memilih duduk di sofa yang lainnya.Frank memang kurang akrab dengan Henry, karena Henry memang jarang bisa diajak kumpul bersama. Tentu saja karena pekerjaan lelaki itu yang tak bisa ditinggal begitu saja.Saat Jessie menuju ke arah ruang tengah dengan empat gelas dan juga seember es batu, saat bersamaan panggilan kerja Henry berbunyi. Sebuah benda kecil yang akan berbunyi jika ada pasien yang membutuhkan pertolongannya.Henry menatap Jessie dengan penuh penyesalan. Ia ingin menghabiskan waktunya dengan Jessie dan juga Frank tentunya, tapi apa daya, pekerjaan telah memanggilnya.“Kau akan pergi?” tanya Jessie kemudian.Henry berdiri dan menuju ke arah Jessie. “Maaf, sebenarnya aku ingin lebih lama lagi. Kau tentu tahu.&
Read More
Bab 13 - New Jersey
“Bisakah kau berhenti menangis? Jika tidak, maka aku akan ke apartmenmu sekarang juga.” Frank berkata penuh penekanan ketika mendengar suara isakan dari Jessie.Ini sudah jam sebelas malam. Tadi, saat Frank asyik memeriksa beberapa naskah yang akan diterbitkan oleh Summer Media, ia mendapati telepon rumahnya berbunyi dan Jessie sudah menangis. Adiknya itu mengatakan bahwa ia dan Henry, kekasihnya, sudah putus. Lalu, berceritalah Jessie tentang kehamilannya. Sungguh, Frank tak menyangka jika semuanya akan berakhir seperti ini.“Maaf, aku memang sering menangis akhir-akhir ini.”“Oke. Lalu, apa rencanamu selanjutnya?”“Kupikir, aku akan pindah dari apartmen ini.” ucap Jessie.Ya, tak lama lagi, perutnya akan terlihat. Ia tidak ingin Steve mengetahuinya. Hubungan mereka sudah hancur, ia tidak mau menjadikan kehamilan sebagai alat untuk menarik lelaki itu kembali. Lagi pula, Jessie berpi
Read More
Bab 14 - Pesta & Bersepeda
Malam itu akhirnya tiba juga, malam dimana Jessie menghadiri undangan keluarga Morgan. Keluarga Morgan merayakan keberhasilan Emily Morgan, putri bungsu mereka yang mendapatkan gelar Dokter spesialis kandungan.Jessie hanya datang berdua dengan ayahnya, sedangkan kakaknya yang sialan, Frank, baru mengabari jika dirinya tidak bisa pulang hari ini karena ada rapat penting mengenai bukunya yang akan difilmkan.Jessie semakin gugup, perutnya terasa diremas ketika Patty, Ibu Steve, menggiringnya masuk ke dalam rumahnya. Mereka melewati ruang tengah lalu segera menuju ke arah kebun tepat di samping rumah keluarga Morgan. Ya, pesta kecil tersebut dirayakan di kebun yang sudah dihias dengan banyak sekali lampu-lampu kecil hingga membuatnya tampak begitu indah.“Steve juga sudah datang, dengan kekasihnya.” Tubuh Jessie menegang seketika saat setelah mendengar kalimat Patty. “Hei, lihat siapa yang datang.” Patty berseru keras hingga semua orang yan
Read More
Bab 15 - Kerumitan
Steve berhenti di halaman rumah Jessie ketika mendapati Suv tua milik George terparkir di halaman rumah Jessie. George mungkin akan pergi karena Steve melihat mesin Suv tersebut menyala seperti sedang dipanaskan. Dengan cepat Steve menuju ke sana, membuka Suv tersebut kemudian mendudukkan Jessie di kursi penumpang.“Apa yang terjadi?” George menghampiri Steve dan bertanya.“Dia kesakitan, aku akan membawanya ke rumah sakit.”“Apa?” George tampak terkejut dan ikut panik. “Kau baik-baik saja, Jess?” tanyanya pada puterinya tersebut.“Aku baik-baik saja, Dad.”“Kau ingin aku ikut?” tanyanya lagi.“Tidak.” Jessie menjawab cepat. Ia melihat ke arah Steve dan berkata “Aku ingin, hanya Steve yang mengantarku.”George hanya mengangguk. Ia tahu bahwa Jessie mungkin ingin menyelesaikan masalahnya saat ini hanya bersama dengan Steve. Dan George akan m
Read More
Bab 16 - Ciuman
Steve keluar dari dalam kamar mandi ketika Emily sudah meninggalkan ruang inap Jessie. Emily berkata jika dirinya ada kencan malam ini, jadi ia harus pulang lebih cepat.Suasana canggung terasa saat Steve bukannya mendekat ke arah Jessie, tapi malah kembali ke arah sofa panjang yang tadi sempat ia tiduri. Jessie hanya memperhatikan apa yang dilakukan Steve. Ia tahu bahwa lelaki itu masih marah padanya.“Kau, tidak makan?” tanya Jessie memecah keheningan.“Kau bertanya padaku?” Steve bertanya balik dengan nada menyindir.Jessie mendengus sebal. Steve benar-benar kekanakan. “Kau tahu, aku minta maaf atas semua ini. Tapi kau tidak perlu bersikap kekanakan seperti ini padaku, Steve.”“Baiklah.” Akhirnya Steve bangkit. Ia kemudian berjalan menuju ke arah Jessie, dan sialnya hal itu benar-benar mempengaruhi Jessie.Steve duduk di sebuah kursi yang tersedia di sebelah ranjang Jessie, ia menariknya men
Read More
Bab 17 - Kepergok Frank
Setelah dicumbu habis-habisan oleh temannya, ralat, mantan temannya, ralat lagi, ayah dari bayi yang ia kandung, akhirnya Jessie tak kuasa untuk menahan rona merah di pipinya. Masalahnya, meski ia ingin menolak, nyatanya ia menikmati apa yang dilakukan Steve. Jessie bahkan membalas cumbuan dari Steve.Jujur saja, Jessie tak pernah dicumbu dengan begitu bergairah hingga membuatnya nyaris basah seperti yang dilakukan Steve. Tidak dengan Henry, tidak juga dengan mantan kekasihnya yang lain.Atau mungkin, ini perasaan Jessie saja? Entahlah. Yang pasti, cumbuan Steve begitu menuntut hingga Jessie yakin jika mereka saat ini berada di dalam sebuah kamar, maka kejadian panas malam itu akan kembali terulang.Dalam hati Jessie sempat bersyukur karena Steve mencumbunya di dalam lift, karena jika saja mereka saling mencumbu di dalam apartmennya, Jessie tak yakin dapat menolak lelaki itu jika lelaki itu menuntut lebih kepadanya.Lengan Jessie masih setia mengalung, se
Read More
Bab 18 - "Menikahlah denganku"
Steve dan Frank duduk di sebuah bar dengan sesekali bersulang. Frank merasa senang jika pada akhirnya nanti Jessie akan menikah dengan Steve. Frank cukup mengenal Steve bahkan sejak kecil hal itulah yang membuat Frank setuju jika nanti keduanya berakhir dengan sebuah pernikahan. Tapi tampaknya, Frank tak melihat hal serupa pada diri Steve.“Kau, tampak tidak suka dengan keadaan ini.”Frank membuka suara.Jika boleh jujur, Steve lebih nyaman berbicara dengan Hank, temannya. Ketimbang dengan Frank. Ia memang mengenal Frank sejak kecil, tapi tetap saja, lelaki itu adalah kakak Jessie. Akan sangat tidak nyaman jika dirinya membicarakan hubungannya dengan Jessie pada Frank.“Maksudmu?”“Kau tahu, hubunganmu dengan Jess.”Steve menghela napas panjang. “Bukan aku tidak suka. Aku hanya terlalu terkejut dan kurang bisa menyesuaikan keadaan. Aku akan menjadi ayah, dan jujur saja, aku sedikit tertekan.”Fr
Read More
Bab 19 - "Baiklah, kita menikah"
“Kau mendengarku?” tanya Steve ketika ia tidak mendapatkan respon dari Jessie. “Menikahlah denganku. Dan aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu, serta ayah yang hebat untuk anak kita. Kumohon. Menikahlah denganku.” Lanjut Steve dengan nada lirih.“Kita sudah sepakat untuk tidak membahas tentang hal ini, Steve.”“Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Jess.”“Kenapa tidak?” Jessie melepaskan pelukan Steve lalu menatap lelaki itu dengan sungguh-sungguh. “Bukankah selama ini komitmen atau pernikahan tak pernah mampir dalam pikiranmu? Kenapa sekarang Steve?”“Sebab seluruh warga Pennington akan tahu bahwa kau hamil dan akan memiliki anak. Mereka harus tahu siapa ayahnya, dan itu adalah aku.”“Kau ingin menikah karena bayi ini?”“Jess. Aku tidak pernah seserius ini sebelumnya. Meski bayi itu adalah alasan utama, tapi bukan hanya kare
Read More
Dernier
1234
DMCA.com Protection Status