Jessica Summer dan Steven Morgan merupakan teman dekat sejak mereka masih bayi hingga tumbuh dewasa. Keduanya memiliki sisi yang berbeda. Steve seorang playboy cap kakap yang hobby meniduri kebanyakan wanita muda di New York, tapi dia betah dengan kesendiriannya. Sedangkan Jessie, dia tak pernah sekalipun berhubungan ranjang bahkan dengan tunangannya sendiri. Kedekatan mereka berubah ketika keduanya memutuskan untuk berhubungan ranjang. Bagaimana kelanjutan hubungan mereka?
ดูเพิ่มเติม~Thea
"It's not funny anymore," she insists, glancing over my shoulder, desperately trying to insinuate that my need to come inside is greater than any sense of humour I could muster.
I face my best friend, my back to the edge of the forest.
"I'm enjoying myself," I muse, glancing around, as if I had a magical ability to see in the darkness. Quite frankly, the light from inside the house doesn't do much.
June, my best friend, hops from foot to foot, anxious to rescue me from whatever danger she thinks is out here, but can't bear to risk crossing the threshold of the doorway.
"Thea please...I'm being serious when I tell you to get inside," she says, he voice shaking, and not from the cool breeze.
I dance around on the spot, autumn leaves crunching under my feet.
"Phantom Wolves don't exist," I chant, my voice carrying itself along the breeze. June shakes her head, rubbing her arms up and down nervously.
"I swear to the Goddess that I'm not coming after you when one of them snatches you away and drags you into their rape cave," she tells me. She's not joking.
I pause, my dancing ceasing. Slowly, I turn around, the dark forest looming over me. It's endless, cold, dark, and I'm not even sure anything lives in there.
Aside from..."June, we need to get inside."
"Why?" She asks nervously, watching me back my way up the porch steps cautiously.
I scream, so loud, I'm sure the neighbouring Pack could here. June joins my shrills, as I fall past her, straight into the house, and into the clutches of the fur rug in the floor. She slams the door behind us, pressing her back against it.
I turn from where I may face down on the ground. June looks petrified, her eyes glinting with memories of all the books on Phantom Wolves she's read. I start to laugh.
"Oh, I gotcha so good!"
Her terrified expression dissolves into one of pure anger, as she realises that what I just pulled, was nothing but a prank.
"I didn't see a Phantom, but I did see your face as pale as anything," I say, failing to keep the humour from my voice. I stand, levelling myself with a livid June.
"You idiot! How many times have I told you, Phantom Wolves aren't something you mess with," she growls, slapping her hand over her forehead, as she attempts to gather her wits.
I smile. "Come on June, lighten up."
She sighs deeply, trying to collect herself. Since we were children, June has always believed in the myths the older kids at school would tell us to scare us. And most of these included Phantom Wolves.
"Lighten up? Do you want to be like Alpha Jasper?" She questioned. I roll my eyes. Here we go.
Alpha Jasper, disappeared one night and never came back. It was said he was stolen by Phantom Wolves and murdered, just like his father. And this happened years ago. No, centuries ago.
Other like minded people believe he committed suicide, and no one was up to taking over his position as Alpha.
"Jasper wasn't murdered by Phantom Wolves silly..." I tell her.
June narrowed her eyes at me. "You're right, because he's one of them."
Jessie dan Steve sarapan dengan sesekali tersenyum satu sama lain. Sesekali menggoda hingga keduanya tidak sadar jika sepasang mata sedang mengawasi mereka dan tersenyum geli melihat kekelakuan keduanya.“Menggelikan sekali.” Akhirnya Frank tak kuasa berkomentar dengan apa yang ia lihat sejak tadi.Steve dan Jessie saling pandang, lalu keduanya tersenyum, menertawakan apa yang dikatakan Frank. “Kau hanya belum mengalaminya, Frank.” Steve yang menjawab.“Well, kau sudah seperti George saja. Semalaman dia menasehatiku, membuat telingaku panas karena mendengarkan tentang macam-macam wanita yang patut kunikahi versinya. Yang benar saja. Aku tak akan menikah.”“Kau sudah berjanji padaku, Frank.” George yang mendengarnya akhirnya menyahut. Lelaki paruh baya itu sedang sibuk membuat sesuatu di dapurnya.“Berjanji untuk memberikan keturunan, bukan menikah, Dad.”“Kau ta
“Tidak mungkin.” Kali ini giliran Steve yang menggelengkan kepalanya.“Aku emosi saat Donna berkata bahwa dia perempuan yang istimewa dimatamu, karena itu kau tidak ingin menyentuhnya sebelum kalian menikah. Maka dari itu, aku marah, aku ingin kau menyamakan posisi kami. Tapi saat kau pergi, aku tak bisa tidur memikirkanmu. Bagaimana jika kau benar-benar menidurinya? Bagaimana jika kalian benar-benar seintim itu? Aku benar-benar tak dapat berpikir dengan tenang.”“Jess.”“Tidak, Steve. dan tadi siang aku melihat dia datang ke kantormu, kalian tampak sangat dekat dan intim. Menurutmu, apa yang harus kulakukan? Aku sudah melihat akhir hubungan kita. Karena itulah aku pergi.”Secepat kilat Steve meraih tubuh Jessie kemudian memeluk erat tubuh istrinya tersebut. “Dasar bodoh. Seharusnya kau membahas dulu hal itu denganku.”“Aku tidak ingin membahasnya karena aku takut mendengar sesuatu y
Jessie terbangun saat mendapati sebuah lengan memeluknya dari belakang. Bahkan sebuah telapak tangan menangkup dan mengusap lembut permukaan perutnya. Jessie bangkit seketika dan mendapati Steve berada di atas ranjang yang sama dengan dirinya.“Steve? apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya tak percaya. Jessie tidak percaya Steve berada di sisinya saat ini. dari mana lelaki itu tahu bahwa ia pulang ke Pennington? Apa Frank yang memberitahu? Apa ayahnya yang menghubungi Steve?“Hai. Aku tidur.” Jawab Steve sembari mengucek matanya seperti anak kecil.“Maksudku, darimana kau tahu aku berada di sini?”“Kembalilah, dan mari kita tidur lagi.” Ajak Steve. Steve ingin menikmati kebersamaannya dengan Jessie, ia tidak ingin membahas tentang masalah mereka terlebih dahulu.“Tidak. Katakan, kenapa kau berada di sini?” Jessie masih kukuh degan pendiriannya.Akhirnya, Steve menarik lengan Jessie
Jessie sudah bulat pada keputusannya, bahwa ia akan pulang ke Pennington sementara waktu. Memang terlihat sangat kekanakan, tapi ia tidak bisa selalu memikirkan tentang Steve dan Donna Simmon lalu berakhir stress dan membahayakan kandungannya. Jessie ingin menenangkan diri di rumah Sang ayah.Tadi siang, setelah berperang dengan batinnya sendiri, Jessie berinisiatif untuk menemui Steve lebih dulu. Ia ke tempat kerja lelaki itu, dan di sana, Jessie mendapati Steve sedang menerima tamunya.Tamu istimewa tentunya.Jessie bahkan sempat melihat posisi wanita itu yang duduk dengan berani di meja kerja Steve, dengan jemari yang menggoda dada Steve. Tentu Jessie belum sempat mendengar apa yang mereka bahas, karena Jessie memilih untuk kembali pergi setelah membuka sedikit pintu ruang kerja Steve dan mendapati pemandangan tersebut.Mungkin, mereka baru saja membahas tentang malam panas mereka semalam, mungkin mereka sedang membahas waktu untuk berci
“Katakan dengan jujur, maka aku akan menerimanya. Aku akan menerima perpisahan kita jika kau mengaku bahwa selama ini kau tidak mencintaiku.”“Tidak.” Jessie berkata cepat. “Aku mencintaimu. Sungguh.” Ya, Jessie jujur. Ia memang mencintai Henry. Karena itulah ia menerima lamaran lelaki itu.“Tapi rasa cintamu padaku tak sebesar rasa cintamu padanya, Jess. Tolong, berkatalah dengan jujur padaku.”Jessie hanya menundukkan kepalanya. Ia tidak tahu harus menjawab apa. “Aku… Aku…”“Kau mencintainya, kan?”Jessie memejamkan matanya frustasi. “Ya….” Desahnya.Kali ini giliran Henry yang memejamkan matanya frustasi. Henry sudah curiga dengan kenyataan itu. Sudah sejak lama. Dan dia baru berani mengutarakan kecurigaannya hari ini. saat hubungan mereka sudah benar-benar berakhir.
Menjelang pagi, Steve baru pulang.Sebenarnya, Steve ingin pulang ke apartmennya sendiri, tapi hatinya tidak bisa berkompromi. Ia terlalu khawatir dengan keadaan Jessie. Akhirnya Steve memilih pulang ke apartmen Jessie.Masuk ke dalam, Steve mendapati Jessie tertidur di sofa ruang tengah. Kakinya melangkah dengan sendirinya menuju ke arah Jessie, berjongkok di hadapan wanita itu, lalu mengamatinya.“Sial! Apa kau tidak bisa melihat keberadaanku, Jess? Bagaimana mungkin kau meminta suamimu untuk meniduri perempuan lain? Apa aku begitu tak berarti untukmu?”Steve menatap Jessie dengan tatapan penuh luka. Baru kali ini ada seorang wanita yang membuatnya sakit hingga seperti ini. baru kali ini ia merasa tidak diinginkan oleh seorang wanita. Kenapa harus Jessie yang melakukannya? Kenapa harus wanita ini yang menyakitinya?Steve tahu, bahwa sampai kapanpun, ia tidak akan bisa membenci Jessie. Wanita ini akan selalu menjadi wanita istimewa di
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น