All Chapters of The Hero of My Life: Chapter 21 - Chapter 30
139 Chapters
20. Kabar Tentang Lintang dan Wulan
Sampai di rumah, Lintang dan Wulan membereskan belanjaan, lalu mereka pergi mandi. Selesai itu Wulan segera memulai belajar. Sedang Lintang menemui David yang ada di ruang kerja. "Kak …" panggilnya. Pintu ruang kerja David sedikit terbuka. "Ya, masuk, Alin!" ujar David. Dia membaca sebuah buku, sedang di depannya juga ada laptop yang menyala. Lintang masuk dan duduk di depan David. "Kenapa?" David meletakkan buku dan memandang Lintang. Segar sekali wajahnya setelah mandi. Bahkan tanpa bedak, asli cantik. Lintang agak takut mau bicara. Dia cemas, setelah bertemu Lintang dan Wulan, Praja pasti memberitahu Mito, dia dan Wulan ada di mana. Dan Lintang mengungkapkan kecemasan itu pada David. David sangat paham mengapa Lintang tidak setuju Praja tahu di mana mereka tinggal. Pasti keluarga Pak Lurah akan tahu akhirnya, jika Lintang dan Wulan ada di rumah ini. Sangat mungkin mereka akan menjemput Lintang dan Wulan pulang. "Aku ga mau balik ke sana, Kak. Aku dan Ulan sudah baik-baik di si
Read more
21. Menemui Lintang dan Wulan
"Bagaimana? Yang bener kamu, Ja?!" Suara Mito berteriak mendengar kabar dari Praja. Praja menjauhkan HP dari telinganya. "Pikiranku sih, Mas. Abis gimana ceritanya dia bisa sekolah di tempat mahal dan tinggal sama dokter keren gitu," ujar Praja. Anak itu sudah mengatakan panjang lebar kejadian tak terduga saat dia bertemu Lintang dan Wulan. "Ada alamatnya?" tanya Mito, masih dengan rasa terkejut. "Ada. Aku kirim, ya?” jawab Praja. "Ya, oke ... makasih uda kabari aku,” kata Mito. Sambungan telepon putus. Praja mengirim alamat David ke ponsel Mito. Dia foto dan kirim di chat. Mito memandang gambar kartu nama yang dia terima. Dari nama dokter itu jelas ini bukan sembarang orang. Bisa jadi benar orangnya keren seperti yang Praja bilang. Mito cepat keluar kamar dan menemui ayah dan ibunya. Dia menyampaikan kalau dia mendapat kabar tentang Lintang dan Wulan. Sayangnya, kabar yang dia dapat tidak begitu menyenangkan. Kakak beradik itu tinggal dengan seorang dokter di kota. "Bagaimana m
Read more
22. Aku Tidak Akan Pulang
Lintang mulai cemas. Pak Lurah dengan tegas mengatakan dia masih bertanggung jawab atas Lintang dan Wulan. Dengan begitu dia akan mengajak keduanya pulang bersama dengannya. David melirik Lintang yang ada di sisinya. Gadis itu terlihat sangat gelisah. "Saya mengerti hal itu, Pak, Bu. Tapi Lintang dan Wulan sekarang menjadi tanggung jawab saya dan kakak saya. Mereka sudah nyaman bersama kami, jadi mereka akan tetap di sini," ujar David tenang. Dia siap menghadapi kedua orang tua asuh Lintang. Dia tidak akan membiarkan Lintang dan Wulan dibawa kembali ke desa. "Atas dasar apa kamu merasa bertanggung jawab? Lintang gadis lugu yang tak tahu kerasnya hidup. Jangan samakan dia dengan wanita lain yang mau diperlakukan seenaknya." Mito yang menyahut. Dari tadi dia memang menatap David dengan sinis. Tidak habis pikir, seorang dokter, yang tugasnya menolong orang, justru punya kelakuan tak bermoral. Itu yang ada di dalam pikiran Mito saat melihat David. "Maksud Mas Mito bagaimana, ya?" David
Read more
23. Hiduplah dengan Baik
Rasa haru meliputi Diana dan David melihat ini. Diana dan David tahu, kedua orang tua ini sangat sayang Lintang dan Wulan. Pak Lurah mengajak Wulan duduk di antara dia dan Bu Lurah. Masih ingin melepas rindu pada gadis kecil itu. Pak Lurah dan istrinya mencoba membujuk Wulan agar mau ikut kembali ke desa. Wulan melihat pada David. Dokter baik hati itu tidak bisa berkata apa-apa. Di hatinya hanya berharap Wulan akan tetap memilih tinggal di rumah ini. Dia sudah sayang pada Wulan yang ceria dan menggemaskan. "Kak Dave bilang ini rumahku sekarang. Aku sudah sekolah. Aku punya banyak teman. Ga ada yang mengejek aku lagi," kata Wulan. Ya, teman-temannya baik, mengajaknya bermain dan belajar dengan gembira. "Saya Diana, kakak David. Kami senang Lintang dan Wulan ada di rumah ini," Diana memperkenalkan diri. Dia duduk di sebelah David. "Kami seperti sedang mengulang sejarah hidup kami, Pak." Pak Lurah dan Bu Lurah memandang Diana. Tidak paham yang dia katakan. Diana menceritakan kisah hid
Read more
24. Pikirkan Dirimu
David menoleh pada Diana, mengenalkan kakaknya pada Fani. Diana tersenyum ramah, menyalami Fani. "Saya kira istrinya. Lagi mengandung pula. Pak Dokter masih betah seorang diri?" Fani tertawa. Dia memperhatikan perut Diana yang membuncit. "Belum ketemu yang bikin klepek klepek, Bu, hee ... hee ...." David tergelak. Fani tertawa lepas mendengar itu. Fani masih tidak bisa percaya dengan apa yang dialami kedua gadis itu. Hidup benar-benar penuh kejutan. Siapa yang menyangka mereka yang hidup begitu sulit sekarang mendapat pertolongan dokter baik hati ini. Fani tidak akan lupa, David pernah mengantar pulang ayah mertuanya yang hilang. Di hari itu juga, saat siang, Lintang dan Wulan datang meminta pekerjaan padanya. "Ya, hidup ga bisa diduga, Bu. Saya ketemu mereka, kami minta kerja di rumah. Mereka tinggal sama kami, akhirnya kami putuskan mereka untuk sekolah. Jadi kami merangkap wali mereka," jelas David. "Wah, sama sekali ga saya kira,” kata Fani sambil memandang Lintang. Dia terlih
Read more
25. Menyadari Rasa di Hati
David manut saja. Dia berdiri di sebelah Lintang. Lintang melihat David sebentar lalu menghadap ke depan. Wulan yang sudah pasang kamera di depan matanya, tertawa melihat keduanya berdiri lurus-lurus menghadap ke depan. "Kenapa?" tanya David, heran melihat Wulan ngakak. "Posenya mana? Yang bagus, dong. Kayak mau foto KTP aja! Haa ... haa ...." Wulan ngakak lagi. David merapat ke dekat Lintang. "Gini?" tanya David. "Aduh, kayak orang ga kenal, deh!" ujar Wulan, gemes melihat tingkah mereka berdua. Wulan mencoba mengukur dengan tangan kanan di udara, kamera di tangan kirinya. Dia minta Lintang maju sedikit di depan David. David yang ada di belakang Lintang, Wulan minta memegang pinggang. David memegang kedua pinggangnya. "Haa ... haa... di pinggang Kak Lintang, bukan pinggang sendiri!" Wulan tertawa lagi. "Gini??" David ikut aja. "Ya!! Siipp!" Wulan mulai jepret- jepret. "Pindah posisi, ayo! Aksinya yang seru, dong!" Lintang sangat nervous, terus terang saja. Senang memang bisa
Read more
26. Menjauh
Diana menggeleng sambil tersenyum. "Nggak la ... dari awal waktu kami merencanakan membantu kamu dan Wulan sekolah, kami memang mau sampai kalian selesai kuliah," jelas Diana. Diana mengajak Lintang bicara lebih jauh. Seperti apa dunia yang akan dia hadapi nanti. Dunia orang dewasa, dunia kerja itu sangat rumit dan keras. Pendidikan tinggi sangat penting untuk mencapai impian. Saat Diana bertanya apa yang Lintang cita-citakan, Lintang seketika ingat impian yang dia bangun bersama ibunya. Toko kue. Dia dan ibunya dulu membayangkan jika satu hari nanti bisa membuka sebuah toko kue. Waktu di rumah di desa, ketika ibu masih ada, mereka suka mencoba resep baru, kue sederhana saja. Kadang dengan bahan apa yang ada. Lintang suka membantu ibunya. Kebiasaan itu yang membuat Lintang pun punya keinginan membuka usaha sendiri, berkecimpung di dunia makanan. Dan itu yang dia katakan pada Diana. "Kerja di bidang kuliner?" Diana memandang Lintang. Gadis itu mengangguk. "Itu bagus, masakan kamu me
Read more
27. Pacar Pak Dokter
"Risa ...." Lintang mengulang nama yang David tulis di chat. "Aku ga asing dengan nama itu. Risa ... Risa?" Lintang membelalak. Itu nama yang Mito sebut untuk Lintang kalau dia sedang marah. Ini kebetulan atau apa? Kok David menyebut nama itu. Apa Risa ini teman dekat David? Atau pacarnya? Lintang jadi gelisah. Ya, tentu saja David dengan mudah bisa mendapatkan gadis yang sepadan dengan dia. Dia dokter muda yang hebat dan ganteng abis. Pasti banyak gadis yang suka dengannya, dan berharap meraih cintanya. Lintang hanya pembantu di rumah ini. Dia ditolong olehnya, diperlakukan begitu baik selama ini. Itu sudah terlalu banyak. Kalau kemudian Lintang mengharap David juga mencintainya, bukankan itu keterlaluan namanya? "Lintang, sadar... buka matamu. Sudahlah, jangan berharap apa-apa. Fokus pada cita-citamu, lalu pergilah. Hiduplah dengan baik, tanpa merepotkan orang lain lagi," katanya pada diri sendiri. Lintang menutup buku pelajarannya. Merapikan laptop dan menyimpannya. Lalu dia nai
Read more
28. Lintang dan Marisa
Lintang merasa bangga juga bisa menunjukkan kalau dia mampu bersaing. Rasanya tidak sia-sia semua pemberian Hero, Diana, dan David untuk dirinya. "Terima kasih, Kak, semua karena Kakak juga, mau beri aku kesempatan ini," ujar Lintang. Senyum masih bertengger di bibirnya yang mungil. Lintang masuk duluan ke dalam rumah. Dia ingin segera menghapus make up dan berganti pakaian. Di ruang tengah ada David. Dia sudah datang ternyata. Melihat Lintang masuk, cepat dia berdiri. "Woow, kamu cantik sekali!" sambut David. Dia terpana melihat Lintang dengan dress merah marun, selutut, yang membentuk tubuhnya begitu bagus. Dengan heels agak tinggi, dia terlihat sangat dewasa. Make up di wajahnya simple, tapi tetap membuat Lintang terlihat beda. Lintang berdiri di depan David, tidak tersenyum, tidak bicara apa-apa. "Congratulations. You did it," ucap David. Sedikit datar. "Makasih, Kak Dave," kata Lintang lirih, cukup bingung mau bersikap bagaimana. Di belakang muncul Hero, Diana, dan Wulan. D
Read more
29. Desakan Marisa
"Terima kasih buat hari ini, Mas David. Aku senang sekali, lama juga ga nonton. Akhirnya bisa refreshing." Senyum cantik mengukir bibir Marisa. "Sama-sama. Aku juga lama ga nonton. Banyak kesibukan, jadi ga mikir. Thanks, uda ngajak jalan hari ini." David juga tersenyum. Berjalan bersama keduanya meninggalkan gedung bioskop. Mereka menuju ke food court, makan malam bersama. Hari memang sudah menunjukkan jam enam lewat, saatnya menikmati makan malam. "Mas, ke resto Jepang aja, ya ... Aku lama juga ga makan menu masakan Jepang," ajak Marisa. David mengiyakan dan mereka pindah ke lantai atas, ke resto Jepang tempat yang Marisa pilih. Ini kali ketiga David dan Marisa keluar bersama. David mulai bisa menilai. Marisa termasuk pemilih dalam hal makanan. Pasti yang cukup berkelas. Walaupun bukan yang paling wah. Sambil menunggu makanan, mereka ngobrol. Sangat mungkin gaya hidupnya dipengaruhi pergaulannya karena dia bekerja di sebuah hotel. Makanan dihidangkan. Sambil mulai menyantap maka
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status