Terpaksa menjadi anak asuh di rumah Pak Lurah karena sang ibu meninggal sementara ayah lama tak pernah pulang, membuat Lintang dan adiknya Wulan harus bersikap hati-hati. Ketika anak Pak Lurah kembali dari kota, kepedihan hidup makin bertambah. Mito bersikap kejam pada keduanya, memaksa Lintang membawa adiknya kabur ke kota. Hidup di kota, semakin berat yang dijalani, hingga Wulan sakit dan hampir tak tertolong. Seorang dokter muda yang baik hati, David, menemukan Wulan di pinggir jalan dalam keadaan sakit payah. David memutuskan menolongnya. Di sinilah, hidup baru Lintang dan Wulan dimulai. Menjadi pembantu di rumah David, demi membalas semua kebaikannya karena menyelamatkan Wulan. Dokter tampan yang baik hati itu membuat Lintang jatuh hati. Sayangnya tidak mudah mendapatkan cinta David. David yang mulai merasa hatinya terpaut pada Lintang harus berhadapan dengan Marisa, yang ternyata adalah sepupu Lintang. Pertemuan dengan Marisa membawa Lintang bertemu lagi dengan ayahnya dan terbongkarlah kisah lama hidup kedua orang tua Lintang. Disusul Listy, mantan tunangan David hadir, ingin kembali pada dokter itu. Listy berusaha menggoyahkan Lintang agar melepaskan David. Lintang harus berjuang memenangkan hati David, dan menguatkan hatinya bahwa dia layak berada di sisi dokter pahlawan hidupnya. Ikuti perjuangan Lintang dan David mengejar mimpi dan cintanya. Bahwa di setiap tragedi ada kebahagiaan menanti.
View MoreManusia adakalanya mengeluh. Mungkin juga menyesali hidupnya. Mengapa aku ada di tempat ini? Mengapa harus aku yang mengalami semua yang tidak kuharapkan?
Untuk apa semua itu terjadi? Untuk apa aku ada dan hidup jika semua hanya kepedihan? Perlukah dipertanyakan? Karena seringkali jawabnya hanya ditemukan di tangan Sang Ilahi.220496________________________Senyum Dokter Ganteng"Terima kasih, Dokter. Saya jadi cepat sehat. Abis dokternya keren gini." Seorang ibu tersenyum lebar setelah selesai diperiksa seorang dokter muda dan tampan."Besok sudah bisa pulang ya, Bu Fani. Ga usah balik lagi, sehat terus," ujar dokter itu sambil tersenyum manis. Senyumannya menawan dengan mata sedikit lebar dan alis yang tajam."Kalau dokter yang periksa, sakit tiap minggu juga mau saya," kata Bu Fani. Dia tidak bosan memandang dokter berwajah tegas dengan hidung mancung yang bagus itu."Ibu bisa saja." Dokter itu tersenyum lagi."Sampai ketemu lagi, Dokter David." Ibu itu melambai.David Rodriguez Dwika Adiguna, dokter muda yang tampan, menjadi idola para perawat dan pasien. Dikenal ramah dan baik hati. Namun siapa yang tahu, hatinya menyimpan luka teramat dalam. Tunangannya pergi meninggalkan dia, tepat tiga bulan sebelum hari pernikahan mereka dilangsungkan. Hampir dua tahun berlalu, David masih sangat sulit melupakan Listy Fradianti. Wanita yang dia cintai itu telah menjadi model terkenal di ibukota. Karena karir yang dia kejar, Listy rela melepas David, sekalipun hubungan mereka telah berjalan hampir lima tahun."Model baru yang makin naik daun, Listy Fradianti, dikabarkan kini dekat dengan artis senior Boy Winston. Ya, menurut kabar …."David mengangkat wajahnya melihat ke depan, wajah cantik itu kembali berkeliaran di layar kaca. David mengambil remote dan mematikan TV."Baru lihat TV, kamu lagi yang muncul." David kesal juga. Cepat-cepat David memakan habis gado-gado di piringnya.Setelah itu dia pergi mandi dan berangkat tidur. Dia harus ambil waktu istirahat, karena sore akan praktek jam empat sampai jam delapan di klinik, lalu langsung mendampingi salah satu dokter seniornya, melakukan operasi."Aku ga bisa, Dave. Aku punya impian besar di hidupku. Kalau aku di sini, aku ga akan jadi apa-apa. Maaf, kita harus pisah." Masih terngiang jelas di telinga David, Listy memutuskan hubungan mereka."Listy, apa kita harus bubar? Pikirkan lagi. Semua sudah kita rencanakan untuk married tahun ini. Tinggal tiga bulan lagi, Listy." David membujuk Listy. Dadanya terasa carut marut mendengar apa yang Listy katakan."Setelah kita nikah, aku ga akan menghalangi karirmu. Aku bisa paham impian kamu. Kita bicarakan lagi, pasti ada solusi," lanjut David, memandang Listy dengan tatapan memelas."Dave, kalau kita nikah, semua akan berbeda. Kesan model single dan yang sudah ada pasangan itu beda. Kita mungkin memang ga berjodoh. Maafkan aku ... Terima kasih untuk kebersamaan kita selama ini." Dengan lembut, Listy mencium pipi kekasihnya, meletakkan cincin pertunangan di meja, dan meninggalkan rumah David."Listy ...." David terbangun. "Kenapa masih kepikiran terus? Sampai terbawa saat tidur?"Kepedihan karena Listy masih menganga. Banyak gadis cantik mendekat, David tak kunjung ingin beralih. Enggan memulai lagi, karena takut lukanya akan terulang.*****Tangis Gadis KecilDi sisi lain, di luar kota. Di sebuah desa yang indah dan asri.Lintang Widari Margita. Gadis hampir tujuh belas tahun itu menatap makam di depannya. Hatinya galau dan sedih. Air mata menetes di kedua pipinya yang kuning langsat. Dia elus nisan putih ibunya. Pilu, itu yang dia rasakan. Beberapa kali terdengar isakan dari gadis itu. Dia bersimpuh di sisi makam, masih mengenakan seragam SMA. Pulang sekolah, Lintang memang sengaja langsung mengunjungi makam ibunya."Ibu, hampir satu tahun Ibu pergi. Tapi aku tetap sangat kehilangan. Kehidupanku sekarang memang lebih baik. Tapi di rumah itu tidak ada Ibu lagi. Pak Lurah dan Bu Lurah sangat baik padaku dan Wulan. Walau begitu, tanpa Ibu, tetap tidak sama," kata Lintang pelan. Semua kenangan saat masih bersama ibu silih berganti memenuhi kepalanya. Hari-hari itu tidak mungkin akan kembali. Ibu telah pergi untuk selamanya.Kehidupan Lintang bagaikan gelombang laut yang terus bergelora. Ketika dia berusia sepuluh tahun, ayahnya pergi meninggalkan dia dan adiknya Wulan, bersama ibu di desa. Ayahnya menghadapi tekanan berat karena tidak punya pekerjaan setelah mengalami PHK. Situasi yang sulit membuat ayah menjadi pemabuk dan kejam pada anak dan istrinya. Ingin mengubah nasib, dia memilih pergi ke kota.Sejak itu tidak pernah ada kabar lagi tentang ayah. Ibu harus berjuang keras menghidupi kedua putrinya. Namun sayang, kesulitan hidup membuat sakit mendera tubuh ibu. Hingga akhirnya, karena tidak mampu pergi ke dokter, ibu terpaksa menghembuskan nafas, meregang nyawa, dan meninggalkan Lintang dengan Wulan, sendirian. Seorang gadis remaja yang tidak mengenal banyak asam garam kehidupan bersama adiknya, yang baru berusia sepuluh tahun.“Tapi aku janji, Bu, aku akan menjaga Wulan, aku akan melindungi dia. Dia akan baik-baik saja. Ibu jangan kuatir.” Lintang menguatkan hatinya, dia elus lagi nisan putih di depannya itu.Kehidupan terus berjalan. Meratapi nasib tidak akan ada guanya. Dia tidak boleh lemah dan menyerah. Lintang punya mimpi, entah bagaimana dia harus bisa mewujudkan mimpinya itu. Dia akan sekolah hingga selesai, kemudian dia akan bekerja di toko kue. Lintang suka membuat kue. Dia akan belajar di sana agar satu kali nanti dia bisa punya toko kue sendiri. Itu mimpinya, yang adalah mimpi ibunya juga.Setelah puas melepas rindu dan pedih di depan pusara ibunya, Lintang berdiri. Dia merapikan pakaiannya, mengangkat tas dan berjalan pulang. Ada rasa takut mendera saat Lintang semakin dekat dengan rumah Pak Lurah. Telah satu minggu, anak Pak Lurah yang telah selesai kuliah di kota pulang. Harjo Sasmito, panggilannya Mito. Dia bersikap dingin dan kasar pada Lintang dan Wulan. Dari awal dia datang, dengan tegas dia mengatakan tidak suka pada kakak beradik itu.Sekalipun Pak dan Bu Lurah menjelaskan mengapa Lintang dan Wulan tinggal dengan mereka, Mito seolah tidak lega. Dia akan bertindak semaunya bahkan semakin hari semakin kejam saat orang tuanya tidak ada di rumah. Lintang sangat kuatir dengan Wulan. Adiknya itu mulai terus ketakutan jika keluar kamar dan tampak Mito di sekitar mereka. Dua malam terakhir Wulan bahkan mengigau tidak jelas dalam tidurnya dengan tubuh gemetar.“Tuhan, kumohon, lindungi aku dan Wulan.” Lintang mengucapkan doa sambil memandang rumah Pak Lurah yang sudah tampak di depannya.*Dokter baik hati di kota dan gadis kecil yang malang di desa. Mereka tidak akan pernah mengira jika satu kali hidup yang menggulirkan suatu tragedi akan mempertemukan mereka."Tuhan, aku hanya rindu kasih sayang yang tulus. Cinta dari seorang wanita yang Kau berikan untukku. Adakah itu? Jika Kau sediakan seseorang, kirimkan dia padaku." – David.“Mimpiku punya rumah mungil yang cantik dengan seorang pria baik hati yang menyayangiku dan Wulan. Tuhan, jika aku meminta, apakah itu berlebihan?” – Lintang.Seandainya bisa melihat masa depan, ada sesuatu yang lebih indah dari mimpi sederhana nan manis itu ….'Family is the best thing you could ever wish for. They are there for you, during the ups and downs and love you, no matter what' - Anynomous.Membaca kalimat singkat di atas, tentang sebuah keluarga, sangatlah tepat. Setiap kita berasal dari sebuah keluarga. Apapun dan bagaimanapun, mereka bagian hidup kita yang tidak akan pernah hilang. Banyak hal kita belajar pertama kali dari keluarga, dari orang tua kita dan saudara-saudara kita.Memang, tidak sedikit waktu kita kecewa, marah, dan tidak puas dengan mereka yang Tuhan ijinkan menjadi keluarga kita. Kita merasa yang terjadi sangat melukai dan tidak seharusnya. Namun, keluarga adalah keluarga. Mereka orang-orang yang berarti untuk kita bertumbuh, menjadi kuat dan tangguh, justru melalui banyak konflik yang kita hadapi bersama keluarga.'No family is perfect. We argue, we fight, we even stop talking to each other at times, but in the end, family is family' - Anonymous.Jika masih ada keluarga yang kita mi
Lintang menidurkan Kendra di ranjangnya. Masih dia usap-usap lembut rambutnya, memastikan putranya memang telah terlelap. Lintang mengecup keningnya, lalu dia selimuti hingga di bagian dada. Lintang tersenyum, melihat anak lelakinya yang lucu, bertumbuh penuh semangat, dan tampan menggemaskan. "Tidur nyenyak, Sayang. Mama dan papa akan selalu menjagamu. Bertumbuhlah sehat, kuat, dan jadi laki-laki tangguh dan baik hati," bisik Lintang. Dia tinggalkan Kendra dan berpindah ke kamar sebelah. Kamar Kinanti. Gadis cantik itu berbaring sambil memejamkan mata. Saat Lintang mendekat, dia tahu Kinanti belum benar-benar tidur. Bola matanya masih bergerak-gerak. Lintang mengusap keningnya lembut. Kinanti justru membuka matanya. "Tidurlah, Sayang ..." ucap Lintang lirih. Dia duduk di sisi ranjang. "Cerita dulu, Ma." Dengan mata sayu karena mengantuk Kinanti berkata. "Hm? Mau dibacain? Cerita yang mana, Sayang?" tanya Lintang. "Queen Esther," jawab
Acara ultah selesai. Senyum dan tawa ceria terdengar lagi dari anak-anak itu. Beberapa saat berikutnya, Kinanti dengan riang berlari kecil menghampiri mama dan papanya. Dia membawa bingkisan besar, bukan satu, tapi tiga. "Lihat, Ma, Pa!" Dia tunjukkan apa yang dia bawa. Dia letakkan di meja di depan Lintang dan David. "Wah, dapat tiga?" David tersenyum lebar. Dia pandangi putrinya yang terlihat begitu gembira. "Ini buat aku, ini buat adik Ken. Yang ini ..." Kinanti menunjukkan bungkusan dengan kertas kado biru yang cantik. "... aku dapat hadiah ini, karena gaun aku paling unik." Mata gadis itu tertuju pada Lintang. "Ma ... maaf, aku tadi marah-marah sama Mama. Ternyata gaun pilihan Mama paling oke." Lintang dan David tersenyum mendengar kata-kata putri mereka. Kinanti mendekat pada Lintang dan memeluk mamanya kuat. Rasa hangat menjalar di hatinya. Dia menyesal sebelum pergi harus ribut dulu dengan sang ibu. "Aku sayang Mama. Aku ga mau
"Ga mau! Aku mau yang merah! Masa pakai biru lagi?!" Gadis kecil dengan mata bulat bening itu cemberut. Bibirnya manyun, sementara kepalanya menggeleng keras membuat rambut ekor kudanya bergerak bebas dan lucu."Sayang ... mana bisa pakai yang merah? Dress code-nya warna biru," ucap wanita cantik dengan rambut hitam tebal di depannya. Dia berusaha sabar menghadapi gadis kecil yang ngotot dengan gaun pilihannya."Tapi, birunya itu lagi. Bosan aku, Ma." Gadis kecil itu masih saja kesal pada mamanya. Dia cemberut dengan alis berkerut hampir menyatu.Mamanya sudah tidak sabar, karena tidak berapa lama mereka harus segera berangkat atau akan terlambat."Terserah, Kinan mau pakai atau Mama ga akan mengantar pergi." Hilang akal, ancaman pun muncul."Ah, jangan! Iya, aku mau pakai." Dengan wajah masih cemberut, akhirnya gadis kecil itu mengalah.Dari arah pintu muncul seorang pria tampan, memandang pada kedua makhluk cantik yang bersiteg
Mito tersenyum. "Masuk bulan keempat. Dikerjain beneran aku. Harus ekstra sabar.""Hee ... hee..." David terkekeh."Kenapa?" Mito mengerutkan keningnya. Kok David ngakak gitu?"Nasib kita sama. Ternyata bukan cuma Lintang yang aneh-aneh." David menggeleng-geleng."Lintang juga hamil?" Mito memastikan."Masuk bulan kedua. Manja banget. Suka ngambek," jawab David."Listy ngambek nggak, dikit-dikit nangis. Ga enak di hatinya dikit, nangis. Minta apa ga cepat dapat, nangis," kata Mito.Lintang yang sudah balik dari toko mendengar percakapan dua calon bapak muda itu. Dia senyum sendiri, tapi merasa kasihan juga pada mereka.
Melihat ekspresi Lintang David ingin tertawa, tapi dia tahan. Takut saja kalau Lintang makin ngambek. "Jangan sensi, becanda ini." David mengambil sendok. "Mau suap? Doa dulu." Lintang menundukkan kepala, mengucapkan doa sebelum dia mulai makan. "Udah? Ayo, makan." Dan mulai David menyuap Lintang. Ternyata cuma telor ceplok dia lahap sekali. "Pintar ... dikit lagi abis." David tersenyum. "Tapi Kak Dave ga makan. Sini, aku yang suap." Lintang mengambil sendok di tangan David, menyuapi David gantian. "Hm, aku enak juga masak telor ini," ucap David dengan mulut penuh. "Abisin deh, aku minum aja. Udah makannya." Lintang minum seteng
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments