Semua Bab The Hero of My Life: Bab 31 - Bab 40
139 Bab
30. Berjumpa Kawan Lama
Lintang berjalan menuju ke perpustakaan kampus. Hari ini dia akan mengembalikan buku dan meminjam buku yang lain untuk menyelesaikan tugas. Belum dua minggu kuliah, tapi sudah kelihatan kesibukannya di depan akan seperti apa. Jadi tidak boleh ada waktu yang terbuang. Nanti dia yang keteteran. Memang nanti akan lebih banyak praktek, tetapi sekarang materi lebih pada penguatan pemahaman dan teori yang diperlukan mahasiswa. Makanya selepas kelas, Lintang menyempatkan waktu untuk belajar di perpustakaan. Belum sampai di pintu perpustakaan, seseorang memanggil Lintang. "Lintang!" Lintang menoleh. Wajahnya langsung berbinar, matanya melebar tak percaya menatap sosok di depannya. "Bimo! Ya Tuhan, Bimo!" Lintang tersenyum senang. Tidak pernah dia kira akan bertemu Bimo lagi. Mereka satu kampus? Luar biasa! "Astaga! Kamu di sini? Woww! Lintang ...." Bimo memegang kedua tangan Lintang seperti tidak yakin dia benar-benar bertemu Lintang. "Bimo, apa kabar? Kamu kuliah di sini?" tanya Lintang
Baca selengkapnya
31. Perhatikan Mereka
"Bimo ... teman yang di desa ...." Hati David bergejolak. Yang dia rasa, Bimo suka pada Lintang. Dan ada sesuatu yang mengganjal di dada David memikirkan itu. "Ah, belum tentu. Mereka teman lama, ga ada apa-apa," gumam David. Dia mencoba menghibur diri. Tapi tetap saja dia sedikit gelisah memikirkan hal ini. Lintang sangat cantik sekarang. Dia mulai tahu berdandan meski simple. Diana yang mengajarinya. Pasti akan ada cowok-cowok suka padanya. Entah kenapa David makin resah saja. Selama praktek dia berusaha keras untuk fokus. Untung tidak terlalu banyak pasien sore itu. Sebelum jam delapan, David sudah balik pulang. Dia ingin melihat Lintang. Apakah pemuda itu masih di sana? Segera David menuju ke rumah. Bimo sudah tidak ada. Motornya tidak tampak lagi di depan rumah. David masuk, ada Lintang dan Diana di ruang tengah. Mereka main dengan Tio yang masih belum tidur. "Boleh ya, Kak? Aku bereskan semua pekerjaan Jumat malam. Jadi ga ada hutang kerja di rumah." Lintang sedang bicara den
Baca selengkapnya
32. Kesal dan Cemburu
Menyadari Lintang yang melihat dia dan Marisa berpelukan, David mendorong Marisa agar menjauh. "Risa, jangan seperti ini. Kita tidak akan bahagia jika memaksakan diri,” kata David dengan suara lebih pelan. "Aku tulus sayang kamu, Mas," Marisa terus mencoba meyakinkan David. Dia menarik lagi tangan David dan memegangnya erat. "Aku akan menyakiti kamu jika memaksa menerima kamu. Karena hatiku untuk orang lain." Akhirnya David mengakui perasaannya. Dia memilih mengatakan ini agar Marisa mundur dan tidak terus mengejarnya. "Jadi, Mas David sudah punya kekasih?" Marisa tak percaya mendengar ini. Matanya melebar memandang David dengan wajah merah. Apa benar yang David katakan? Apa benar David sedang dekat dengan wanita lain? David tidak menjawab. Ya, dia punya hati untuk Lintang, tapi Lintang bukan kekasihnya. Dia juga tidak mau mendustai Marisa. Dia hanya jujur mengatakan perasaannya diisi oleh cinta untuk orang lain. "Siapa dia, Mas? Aku harus tahu." Tatapan Marisa tajam. Rasa marah
Baca selengkapnya
33. Galau dan Baper
David menatap pria tampan di depannya. "Astaga, Diego!" David memeluk temannya itu erat. "Kamu balik ke sini? Udah bosan di Kanada? Sejak kapan?" "Baru seminggu. Besok aku mau bikin syukuran. Datang, Bro," kata Diego. Dia tersenyum lebar, senang sekali tanpa sengaja bisa bertemu kawan lamanya. Kedua pria itu bicara dengan wajah cerah. Jelas sekali mereka terlihat gembira bisa bertemu. Tapi tampak mereka akrab satu sama lain. Diego memastikan kalau David akan datang ke acaranya besok sore. “Don't be late. At 6 pm. Okay?" Diego menepuk bahu David. "Dan, ajak pasangan, hmm ..." Diego mengangkat alis dan melirik ke Lintang. "Oya, kenalkan. Ini Lintang." David menunjuk Lintang. "Hai, aku Diego, teman SMA David,” kata Diego. Lintang mengangguk sambil tersenyum. "Cocok. Cantik sekali. Kapan kirim undangan? Jangan sampai jadi bujang lapuk, hee ... hee ...." gurau Diego. Lintang tersipu mendengar itu. "Tenang saja, nanti dikirim, hee ... hee ...." David merangkul bahu Lintang. Kaget, L
Baca selengkapnya
34. Aku Cinta Kamu
Ternyata pergi ke tempat wisata dengan motor asyik sekali. Ini kali pertama Lintang pergi dengan motor untuk jarak yang lumayan jauh. Seru juga, melihat pemandangan, jalan berkelok-kelok, tidak jenuh. Apalagi saat tiba di tujuan. Lintang makin girang. Melihat hutan yang hijau dengan air terjun yang tinggi dan cantik. Rasanya tidak bosan memandangnya. Lintang berdiri dekat ke air terjun. Merasakan dentuman air jatuh di belakangnya. Air terciprat dan angin menerpa. Pengalaman yang sangat menyenangkan. Bimo senang sekali bisa membuat Lintang tersenyum lepas seperti itu. Dia mengambil gambar Lintang saat berada dekat air terjun. Juga waktu dia main di sungai. Sempat ambil gambar berdua, buat kenangan katanya. Puas menikmati air terjun, mereka mencari tempat untuk duduk dan membeli makan siang. Ramai juga pengunjung hari itu. Karena weekend, orang menyempatkan diri untuk melepas penat dari segala aktivitas dengan menikmati indahnya alam. "Dari sini kita bisa ke Paralayang, ga terlalu ja
Baca selengkapnya
35. Tidak Boleh Pacaran
Diana memandang Lintang. Kenapa Lintang menanyakan itu padanya? "Harusnya Kak Dave pergi sama pacarnya, bukan aku." Lintang meneruskan kalimatnya, menjelaskan maksudnya. "Pacar yang mana?" tanya Diana. "Risa?" ucap Lintang. Yang muncul di pikirannya, saat David berpelukan dengan Marisa. "Risa bukan pacarnya." Diana merapikan meja di depannya. Bukan? Apa Lintang tidak salah dengar? Atau Diana saja yang belum tahu kalau David berpacaran dengan Marisa? Diana menjelaskan kalau David dan Marisa tidak pacaran. Marisa yang suka dengan adiknya itu. "Beneran Kak, mereka ga pacaran?" Jantung Lintang langsung deg deg plas mendengar itu. "Iya. Dave ga mungkin ga cerita sama aku, Lin," kata Diana. Ada rasa lega menyapu dada Lintang. Senyum tipis menghias bibirnya. Dari perkataan Lintang dan ekspresi wajahnya, Diana yakin, Lintang memang jatuh hati pada David. Lintang terlihat begitu lega saat tahu David tidak pacaran dengan Marisa. Lintang sudah siap, Diana mengajak Lintang keluar kamar. D
Baca selengkapnya
36. Di Pesta Malam Itu
David hanya tertawa saja mendengar pertanyaan itu. Bahkan pertanyaan-pertanyaan lain yang juga sengaja teman-temannya tanyakan untuk menggodanya. Seolah reuni saja datang ke acara Diego. David bertemu dengan beberapa teman yang bahkan hilang kontak sekian tahun. Cukup menyenangkan bisa tahu seperti apa kehidupan teman-temannya. Kemudian, David dan Lintang mengambil salad buah, berdua duduk di balkon. Dari situ mereka bisa melihat pemandangan cantik perumahan yang luas di area itu dengan lampu-lampu yang menghiasinya. Juga lampu-lampu kota di kejauhan, berkelap-kelip begitu manis. "Apa maksudnya Kak Diego bilang Kak Dave menyelamatkan dia?" Lintang penasaran dengan kata-kata Diego tadi. David menuturkan kisah lama saat dia di SMA. Diego itu pernah tenggelam di kolam renang waktu dia masih kecil. Jadi Diego mengalami trauma jika melihat air yang banyak. Kolam, danau, dan laut tempat yang menakutkan buat Diego. Dia akan berusaha menghindar tidak terlalu dekat dengan air. Satu kali mer
Baca selengkapnya
37. Alin, Aku Sayang Kamu, Cinta Kamu
Lintang termenung di kamarnya. Rasanya masih tak percaya. Dadanya terus saja meletup-letup. Dunia seperti masih terbolak balik. Berulang kali Lintang mendesah, menarik napas dalam, menghembuskan nafas, tetap belum netral sepenuhnya di dada. "Ya Tuhan ... Ya Tuhan ..." bisiknya. Senyum mengembang di bibirnya. Senang sekali. Ya, senang sekali! Pelukan hangat David membuat Lintang merasa melayang. Membuat Lintang merasa aman, terlindungi. Sudah lewat jam satu malam. Lintang berusaha tidur tapi tidak bisa. Mengetahui kenyataan ini, hatinya berbunga. David juga mencintainya. "Alin ... aku sayang kamu, cinta kamu ...." kata-kata itu bolak balik terngiang. Ah, indah sekali rasa sayang mendapat balasan dari orang yang dicintai. "Jangn cari cinta yang lain, aku di sini ... aku cinta kamu," kata-kata itu juga muncul membuatnya seperti makin terbang tinggi. "Ibu, aku jatuh cinta, dan dia juga cinta aku ... Ibu ..." Lintang memejamkan mata. Lintang mengingat momen dia masih bersama ibu. Samp
Baca selengkapnya
38. Maafkan Aku, Bimo
"Ulan ...." panggil Lintang. Dia tatap mata Wulan. Dia tidak suka adiknya minta-minta begitu. Menurutnya tidak sopan. Mereka bisa tinggal di rumah ini, dan bisa sekolah itu sudah sangat bagus. Tidak perlu minta yang lain-lain. Kalau mereka yang mengajak itu lain ceritanya. "Iya, aku ga lupa," ujar David. Dia memperhatikan Wulan yang menunduk menatap piringnya, seolah sibuk makan. David tahu Wulan pasti merasa bersalah menanyakan itu. "Lama juga kita ga ke pantai. Boleh, tuh. Nanti Tio bisa ikut lihat pantai," tandas Diana. Lintang masih menatap Wulan. Adiknya itu terus saja menunduk, merasa tidak enak jadinya. David melihat reaksi mereka berdua. "Alin, jangan marah sama Wulan. Aku yang tawarin dia mau jalan-jalan ke mana." David melihat Lintang. "Pokoknya begitu kalian liburan aku akan ajak jalan," janji David. Tatapannya masih pada Lintang, "... dan ke makam ibu kamu." Lintang melihat David. Ternyata dia juga memikirkan itu. Lintang menatap David, tidak menjawab apa-apa. Tapi D
Baca selengkapnya
39. Merebut Hati
David hampir selesai praktek, ketika pintu ruangan dibuka. David melihat siapa yang datang. Marisa. "Risa ...." sapanya. "Kamu sakit?" David memperhatikan Marisa tidak pucat. Dia nampak sehat. "Kenapa kamu menghindar terus, Mas?" Marisa duduk di kursi di depan David. Wajahnya terlihat kesal. "Risa, aku sudah jelaskan padamu. Aku tidak punya perasaan denganmu, hatiku milik orang lain," kata David tegas. Tetapi jelas Marisa masih juga tidak mau mengerti dan terus berharap David mau memberi dia kesempatan. "Aku perlu waktu membuktikan aku sungguh sayang kamu." Marisa menatap David. "Itu ga ada gunanya. Sekian lama kita dekat, tidak ada apapun selain aku menganggap kamu teman. Bersikaplah dewasa, Risa," tegas David. "Aku ga akan menyerah, Mas." Marisa berdiri, mendekati David. Dia memeluk David tiba-tiba dan berjinjit menarik wajah David, berusaha menciumnya. "Marisa!" David mendorong Marisa. Wanita ini makin nekat. "Aku menghormati kamu sebagai wanita. Aku tidak pernah menyentuh k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status