Semua Bab MENYESAL SETELAH MENDUA: Bab 11 - Bab 20
36 Bab
Keguguran
Kini Alya sudah ada di rumah sakit, Yulia terus mondar-mandir di depan ruangan di mana putrinya berada. Khawatir, panik, dan takut menjadi satu, Yulia hanya bisa berdo'a agar Alya baik-baik saja. Selang beberapa menit, Gunawan datang, pria berkemeja putih itu melangkah tergesa-gesa menghampiri sang istri. "Bagaimana keadaan Alya, Ma?" tanya Gunawan. Raut wajahnya terlihat begitu khawatir. "Mama nggak tahu, Pa. Dokter belum keluar," jawab Yulia dengan air mata yang terus menetes. "Kita berdo'a saja, semoga putri kita baik-baik saja." Gunawan merengkuh tubuh istrinya agar merasa lebih tenang. Selang sepuluh menit, pintu ruangan terbuka, seorang dokter keluar, melihat itu Gunawan dan Yulia bergegas bangkit dan berjalan menghampiri dokter tersebut. Mereka berharap semoga keadaan Alya baik-baik saja. "Bagaimana keadaan putri kami, Dok?" tanya Gunawan. "Untuk saat ini kondisinya belum stabil, dan luka yang dider
Baca selengkapnya
Ketuk Palu
Hari demi hari telah berganti, bahkan bulan pun demikian. Proses perceraian antara Alya dan Gibran berjalan dengan lancar, Gibran sama sekali tidak mempersulit jalannya sidang. Dan sekarang mereka hanya tinggal menunggu sidang terakhir, di mana mereka akan benar-benar resmi bercerai. Sementara itu, Safira masih mendekam dipenjara, Gibran dan Ratna datang menjenguknya setiap tiga hari dalam seminggu. Gibran sempat kecewa karena Safira sudah mengaku jika  dirinya yang telah menabrak Alya dengan sengaja. Namun semuanya sudah terjadi, Gibran berharap setelah keluar dari penjara Safira dapat berubah. Lalu, untuk Alya, sampai detik ini ia ingin sekali menemui Safira, tetapi kedua orang tuanya melarang. Alya boleh menemui Safira, setelah resmi bercerai dengan Gibran. Yulia dan Gunawan khawatir, kalau mereka akan memanfaatkan keadaan. Saat ini Alya tengah duduk santai di taman samping rumah. Tanaman bunga yang beraneka warna dan jenis, menambah in
Baca selengkapnya
Masa Lalu
Kini mereka berkumpul di rumah Gunawan, sudah saatnya Gibran dan Ratna tahu siapa Alya yang sesungguhnya. Gunawan akan menceritakan kepada mereka tanpa menutupinya sedikitpun. Rasanya Gibran sudah tidak sabar ingin mendengar kebenarannya, ia tidak menyangka jika ada rahasia besar di balik pernikahannya. "Gibran, apa kamu siap mendengarnya?" tanya Gunawan, untuk memastikan. "Siap, Om." Gibran mengangguk. Ekor matanya selalu melirik ke arah Alya. "Baik, dua puluh tiga tahun yang lalu, Yulia melahirkan seorang putri yang sangat cantik, yaitu Alya. Saat itu usiamu baru enam tahun, tetapi karena rasa iri Ratna, dia membuang Alya saat usianya baru satu bulan. Karena Ratna bukan hanya saja iri, tapi cemburu lantaran yang menikahinya bukan aku, melainkan adikku, Indra." Gunawan menghela napas. "Ratna pernah mengutarakan perasaannya terhadapku. Namun, aku lebih memilih Yulia, mungkin itu yang membuat Ratna membuang Alya. Beruntung, ada sepa
Baca selengkapnya
Safira Hamil
Keesokan harinya, polisi berhasil menangkap, Safira kembali. Sekarang wanita itu sudah kembali masuk ke dalam jeruji besi, Alya pun kini sudah ada di sana. Meski, Safira selalu berbuat jahat, Alya masih mempunyai hati dan perasaan, bahkan ia berniat untuk mengurangi masa tahanannya. "Kamu seneng kan, lihat aku seperti ini. Puas kamu!" bentak Safira. Sorot matanya menunjukkan rasa benci. Alya tersenyum. "Mungkin benar apa katamu, aku senang. Tapi tidak denganku, meski aku benci, tapi justru aku merasa kasihan melihatmu seperti ini.""Cih, aku nggak percaya. Lebih baik sekarang kamu pergi dari sini, aku nggak butuh kamu," usirnya. Safira benar-benar tidak suka akan kehadiran, Alya. "Kamu tenang aja, aku nggak lama kok. Aku cuma mau bilang, kalau aku akan mengurangi masa tahanan kamu," ungkap Alya. Seketika Safira diam, dan menatap mata wanita yang kini duduk berhadapan dengannya. Safira menyunggingkan senyumnya. "Aku nggak per
Baca selengkapnya
Lembaran Baru
Hari demi hari telah terlewati, sementara bulan terus berjalan. Genap sebulan Alya bekerja di perusahaan ayahnya, bahkan perusahaan itu yang dulunya dipegang oleh Gibran. Kini, Alya yang berkuasa di perusahaan tersebut. Awalnya, Alya tidak tertarik, tetapi untuk mengurangi rasa bosan. Akhirnya ia mau. Saat ini, Alya tengah sibuk dengan tumpukan berkas yang harus ia tanda tangani. Jujur, Alya sering merasa kewalahan, karena sebelumnya ia tidak pernah bekerja di kantor. Namun, Alya akan terus mencobanya, ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. "Huft, ternyata capek juga ya," keluhnya. Alya menggerakkan lehernya ke kanan dan ke kiri, agar terasa rileks. Tiba-tiba saja ponsel, Alya berdering, dengan segera ia meraih benda pipih tersebut. Saat dicek, tertera nama Rayhan, Alya pun segera menggeser tombol berwarna hijau agar sambungan telepon terhubung. [Assalamu'alaikum, Rey ada apa][Wa'alaikumsalam, aku cuma mau ngajakin
Baca selengkapnya
Rencana Buruk Gibran
Roda kehidupan terus berputar, kini Gibran tengah merasakan, bagaimana pahitnya hidup tanpa kemewahan. Harta yang dulu ia bangga-banggakan kini sudah musnah, kini Gibran menjalani hidupnya dengan penuh kesengsaraan. Tak jarang ia sering bertengkar dengan ibunya. "Gibran, mama minta uang, beras abis, minyak goreng abis, bumbu dapur juga abis," ucap Ratna seraya menyodorkan tangan kanannya. "Ini." Gibran menyerahkan satu lembar uang lima puluh ribuan. "Mana cukup uang segini, kamu tuh ada-ada aja," protesnya. Biasa memegang uang ratusan juta, kini memegang uang lima puluh ribu saja tidak setiap hari. "Adanya segitu, ini lima puluh ribu buat beli susu untuk, Rava," sahut Gibran. Anak yang Safira kandung telah lahir, dengan jenis kelamin laki-laki. Sebelum, Safira bebas dari penjara, Gibran dan Ratna yang merawat anak itu. "Ya udah, mama mau belanja dulu. Kamu jangan dulu pergi." Ratna beranjak keluar dari rumah, sementara
Baca selengkapnya
Pernikahan Alya & Reyhan
Perlahan Alya mengerjapkan matanya, cahaya  yang begitu terang masuk ke retina, membuat ia beberapa kali mengerjap. Setelah kelopak matanya terbuka sempurna, Alya mengedarkan pandangannya, ia melihat ke sekelilingnya. Alya bernapas lega saat menyadari jika ia berada di rumah. "Alya, Sayang kamu sudah sadar, Nak," ucap Yulia seraya mengusap kepala putrinya. "Ma." Alya bangkit dan terduduk, lalu memeriksa bajunya. Ia sedikit tersentak saat baju yang dikenakan sudah diganti dengan baju tidur. "Sayang, kamu kenapa?" tanya Yulia dengan raut wajah khawatir. "Ma, Alya .... " ucapannya terhenti, air matanya menetes, mengingat kejadian kemarin. "Sabar ya, Nak." Yulia memeluk tubuh putrinya, seketika tangis Alya pecah. "Apa benar kalau, mas Gibran sudah melakukannya. Kalau iya, berarti aku ... kamu tega melakukan ini, mas. Bagaimana dengan Reyhan, dia pasti akan membenciku," batin Alya. Selang bebe
Baca selengkapnya
Sah
Satu jam kemudian, keadaan kembali tenang. Suara yang sempat membuat riuh para tamu undangan, rupanya itu suara kedua teman Alya. Linda dan Nita, mereka berdua berniat ingin menyaksikan jalannya ijab kabul. Itu sebabnya, keduanya terpaksa menghentikan proses tersebut. Setelah keadaan kembali tenang, proses ijab kabul pun kembali dilaksanakan. Pak penghulu kembali menjabat tangan Reyhan, lafadz janji suci pun terucap dengan lantang dan keras. Selang beberapa menit, kata 'SAH' menggema di ruangan yang serba putih itu. Bahkan, Alya sempat meneteskan air matanya. Alya merasa terharu, sekarang dirinya sudah tak lagi menyandang status janda. Kini ia telah menjadi seorang istri, istri dari pria yang sudah lama mengaguminya. Setelah ijab kabul selesai, kini pasangan pengantin ini berdiri di atas pelaminan, untuk menerima ucapan selamat dari para tamu undangan. "Alya, selamat ya. Akhirnya kamu nikah lagi, semoga samawa ya," ucap Linda, seraya cipika-cip
Baca selengkapnya
Curiga
Alya melirik ke arah suaminya, bagaimanapun juga sekarang Reyhan adalah suaminya. Terlihat semuanya masih diam, Alya memberi kode pada Reyhan, agar mengijinkan dirinya untuk menghampiri pria tersebut, yang tak lain adalah Gibran, mantan suaminya. "Ada apa, Mas datang ke sini?" tanya Alya. "Aku butuh uang, Al untuk berobat anakku. Aku tidak tahu harus mencari kemana, itu sebabnya aku datang ke sini. Berharap kamu mau membantuku," jawab Gibran, dengan menundukkan kepalanya. Alya menghela napas, tanpa berkata ia berlalu dari hadapan Gibran. Wanita berambut panjang itu berjalan masuk ke dalam rumah. Mereka semua masih menatap Gibran, mungkin di hati mereka, Gibran sosok pria yang tidak punya malu. Lantaran datang ke rumah mantan istrinya, untuk meminta uang. Lima menit kemudian, Alya keluar. Ia berjalan menghampiri mantan suaminya, lalu memberikan uang ratusan ribu sebanyak sepuluh lembar. "Ini untuk berobat anak kamu, Mas. Maaf tidak
Baca selengkapnya
Kebohongan yang Terbongkar
Setelah menerima panggilan telepon, kini Safira tengah bersiap-siap untuk pergi, entah kemana ia akan pergi. Gibran memperhatikan istrinya yang sedari tadi sibuk berdandan, ia merasa jika ada yang tidak beres, ada sesuatu yang Safira sembunyikan. Tapi apa, jika ditanya, Safira selalu menghindar dan mengelak. "Kamu mau kemana?" tanya Gibran. "Bukan urusan kamu," jawab Safira, tanpa menoleh ke arah suaminya. Gibran menghembuskan napasnya. "Safira, apa kamu lupa, Rava itu lagi sakit. Terus sekarang kamu mau pergi.""Udahlah, aku bosen di rumah terus, makan nggak enak. Asal kamu tahu, aku tidak bisa hidup seperti ini." Safira bangkit, lalu beranjak pergi meninggalkan suaminya. "Safira, tunggu." Gibran mencekal pergelangan tangan istrinya. Namun, dengan kasar Safira mengibaskannya. "Udah deh, Mas. Urus aja tuh anak kamu, nyesel aku nikah sama kamu," ucap Safira, lalu pergi begitu saja. Sementara itu, Gib
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status