Lahat ng Kabanata ng Jeruji Tanah Anarki: Kabanata 41 - Kabanata 50
92 Kabanata
Sindiran kemarin sore
Darah yang bercucuran di pertarungan semalam, yang membasahi tanah dan mengubah warnanya dari cokelat gelap menjadi merah pekat di jenggala timur dungeon sudah mengering. 10 prajurit diperintah Dorn untuk menguruknya, guna mencegah hewan liar berdatangan dan menghilangkan ambu amis anyirnya yang menyengat hidung."Tuan ...!"Panggilan dari satu sel menghentikan langkah Dorn. Ia berbalik mendekat, melempar senyum pada sang pemanggil."Ada sesuatu yang Anda butuhkan, Tuan?" tanyanya, ramah."Tuan ... saya dengar ada pertarungan di timur dungeon tadi malam, dan Shaw serta Tuan Muda terlibat di dalamnya. Bagaimana keadaan mereka? Apakah mereka terluka?"Spencer dan Gracie berdiri bersisian dengan raut khawatir. Mereka menatap tidak sabar dengan kedua tangan memegang jeruji besi.Dorn menggeleng, memasang senyum yang lebih mengembang sebelum menjawabnya."Tuan dan Nyonya tenanglah .... Shaw dan Tuan Muda baik-baik saja, dan mereka ti
Magbasa pa
Shaw Sang Ceraki
Puas memandang luar, Shaw menarik kembali kepalanya; menolehkan ke samping. Senyum cerah di parasnya berganti tanya, menatap Edvard yang terlihat melamun."Gundah tidak akan selesai dengan lamunan, Tuan Dokter." Shaw menceletuk, membawa kesadaran Edvard kembali ke dunia nyata."Aku hanya sedang mengingat beberapa hal," tukas Edvard, menyandarkan punggungnya.Shaw mengikut, menyandarkan punggungnya seraya memejamkan mata. Berselang 3 detik, matanya kembali terbuka perlahan, bergerak ke samping; menatap Edvard."Tuan, kenapa orang terkadang menyebut panasea, terkadang juga menyebut obat jika sudah digenggaman? Sudah terambil dari pohonnya. Tetapi ... jika hendak ke luar, orang akan menyebut keseluruhannya sebagai panasea."Senyum tersimpul di paras Edvard, merespon pertanyaan Shaw. Matanya lurus memandang ke depan."Itu karena orang sudah mengetahui jenisnya. Obat, adalah ketika jenisnya sudah diketahui, yang artinya termasuk manfaatnya
Magbasa pa
Mendapatkan kesembuhan penduduk
Pena dan tinta kembali beradu dengan bertumpuk-tumpuk lembar kertas seusai makan malam. Prajurit dan pelayan membersihkan area balai pengobatan meliputi halaman luar sampai benar-benar bersih. Mereka tak sampai hati berleha-leha sementara para tenaga kesehatan masih berkutat dengan pekerjaannya, kendati bagian mereka lebih menguras tenaga.Selesai dengan tugas, semua orang meninggalkan balai pengobatan. Tempat yang dituju Edvard tidak jauh, hanya perlu berjalan kaki sekitar 5 menit. Dari arah selatan, seorang remaja datang berlari tergopoh menghentikan jalan Shaw, Edvard, dan rombongan yang hendak ke penginapan."Dokter, tolonglah kakek saya ...," pintanya dengan nada memohon sembari terisak, air matanya berambai deras dan hidungnya memerah."Tunjukkan jalannya," tandas Edvard, kemudian mengikut langkah sang remaja.Sebuah rumah kayu ditujunya, sederhana dan terlihat sejuk. Seorang pria rimpuh dengan buih keluar dari mulut di kamarnya, membuat Edvar
Magbasa pa
Peti berisi emas
Barangkali payoda sedang bersenang hati, tersenyum berpancarkan cerah menyamarkan diri; membiarkan gemintang menerangi. Suasana tenang menyelimuti, bak mengatakan sudah waktunya semua kembali. Bingkai senyum merekah, nada ceria terdengar di rumah-rumah. Cerita bahagia bergema tanpa duka; para penduduk sudah mendapatkan kembali kesembuhan mereka.Syukur tak lepas dari sanubari, merekam dengan detail hari-hari suram, hingga kehidupan damai kembali mereka genggam. Para penduduk mengingat dalam diam, siapa saja yang dirasa perlu untuk mereka balas jasanya. Tidak hari ini, mungkin esok lusa."Ini adalah jejak kaki manusia. Sepertinya wabah ini memang disengaja.""Kita bawa saja kendi-kendi ke balai pengobatan. Kalian teruslah bersihkan airnya, kami akan kembali lagi setelah menyerahkan kendi-kendi ini."Peluh kepayahan hasil menyusuri sungai dan jenggala tak berakhir percuma. 5 kendi ditemukan, berisikan cairan aneh yang mencurigakan, mereka bawa ke bala
Magbasa pa
Manusia ikan
"Tuan, semua prajurit di selatan ditangkap oleh anak buah Tuan Larson beserta kapal dan semua petinya. Sedang prajurit yang ditugaskan ke barat laut juga ditangkap oleh anak buah Tuan Hunt, tetapi peti-peti emas berhasil berlayar," lapornya setelah menunduk memberi hormat. Ia berharap dengan cemas, menunggu respon 4 tuan di depannya.Drafarn tampak berpikir sejenak, mengetuk-ngetukkan jari telunjuk tangan kanannya ke meja sembari berpikir. Setelah bernala-nala, ia bersua."Ah, tidak masalah. Prajurit di selatan adalah yang baru direkrut, juga belum pernah mendengar tentang kita atau bertemu," ujarnya, mengambil cangkir teh. Sang prajurit diam-diam menghela napas lega. Namun, laporannya belum selesai, dan itu membuatnya kembali tegang."Peti emas yang dikirim melalui pelabuhan selatan pun hanya beberapa. Tujuan utama adalah barat laut, jadi tidak masalah. Nah, sekarang mari bersulang," ujarnya lagi, mengangkat cangkir di tangan seraya memasang senyum cerah.
Magbasa pa
Dalang di balik terbunuhnya sang viking
Interogasi berjalan lama, diwarnai bising teriakan dari ruangan rustic itu. Mulut yang bungkam pada akhirnya terbuka, tidak tahan ketika cambuk menyentuh tulang punggung mereka.Usai puas dengan semua jawaban, para awak kapal dipindahkan ke dungeon. Ascal dan Bexter kembali dengan kereta-kereta kuda berisi peti-peti di dalamnya beserta para prajurit yang mengawal.Saat melewati kastil, ucapan Emilie terngiang di kepala Bexter. Ia lantas mempercepat laju kudanya, mensejajarkannya dengan kuda Ascal dan memberitahukan perkataan Emilie."Beristirahatlah dulu. Kita ke kastil setelah makan siang," tukas Ascal, menghentak tali kekang dengan lebih kuat.Burung merpati di kandang sudah bangun, mengepakkan sayap seakan menjemput tuannya dari alam mimpi. Bailey perlahan membuka mata, mengerjap dan mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Ia lantas beranjak, mengambil makanan sang merpati dan memberikannya.Derap ramai tapal kuda terdengar berhenti d
Magbasa pa
Sosok di ruang bawah tanah kastil
Ascal menyandarkan daksanya, menghembuskan napas lelah. Kepalanya berdenyut mendengar penuturan Jill dan Bailey. Setelah menghembuskan napas ke sekian kali, ia menatap Bailey."Kenapa kau ke sini?"Bailey melirik ibunya sesaat sebelum kemudian menjawab."Aku hanya ingin bertanya apakah Ayah dan Ibu akan sarapan atau tidak, karena aku harus berangkat sekolah."Jill membulatkan mata, lalu refleks melihat jam. Ascal pun melihat jam, tidak sadar jarum jam sudah menunjuk angka 7.15."Ah, Ibu lupa! Ibu tadi ke sini juga untuk mengajak ayahmu sarapan. Ya sudah, ayo, sarapan!" seru Jill, bangun dari duduknya dan berjalan ke pintu setelah memberi gestur mengajak dengan tangannya.Ascal beranjak dari kursi, merangkul Bailey dan berjalan menyusul Jill. Bailey terkejut, tapi tetap melangkah; membiarkan Ascal merangkulnya.Sesuai ucapan pagi buta tadi, Bexter menyiapkan kudanya yang lain ... sebab kuda yang ia tunggangi semalam masih tertidu
Magbasa pa
Tubuh tersisa tulang
Orang tua Bexter meninggal dalam pertempuran kedua setelah Hao Yi dan Maru pergi dari Zanwan. Ia masih sangat muda saat itu, mengurung diri beberapa hari sebelum menegarkan dirinya dan kembali pada aktivitasnya. Duka masih terasa, tapi ia menguatkan diri sendiri, berdiri di depan cermin sembari mengatakan tidak boleh terlalu lama larut dalam kesedihan ... sebab orang-orang masih membutuhkan dirinya, terutama Dexter dan Cerys. Semenjak itu, Bexter menjadi lebih tertutup dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan pekerjaannya. Untuk menutupi kesedihan dan mengalihkan perhatian.Taeral kembali dengan membawa nampan dan dua gelas cokelat hitam serta sepiring kue jahe di atasnya, menaruhnya di meja dan duduk. Ia menoleh, menatap Bexter yang masih mematung."Bexter, kemari," serunya, memindahkan gelas cokelat dan piring kue jahe dari nampan.Bexter mengangkat kepala, menoleh menatap Ascal dan dibalas anggukan."Ayo!" Ascal menepuk pundak Bexter, lalu meng
Magbasa pa
Menentang perjodohan
"Kau jangan terlalu sibuk. Sesekali berbaurlah ... siapa tahu kau bertemu seseorang yang membuatmu ingin terus melihatnya." Taeral kembali menggoda, membuat wajah Bexter kian memerah."Masih ada banyak hal lain yang harus saya utamakan, Tuan."Bexter terus mengelak. Dirinya sudah lupa kapan terakhir kali memikirkan tentang membangun keluarga. Terlalu mendalami pekerjaan membuat Bexter tidak banyak berbaur dengan orang lain selain yang berhubungan dengan urusannya. Di waktu luang pun ia lebih sering menghabiskannya dengan Cerys dan Dexter ... itupun tetap di mansion Hunt."Ahaha ya sudah ... kau yang lebih mengenal dirimu, tahu apa yang lebih penting bagimu saat ini."Senyum Taeral terus mengembang, menggambarkan betapa sedang senang hatinya. Ia meminum lagi cokelat hitamnya yang sudah mendingin hingga tandas.Di ruang kerja Ascal, lebih dari 10 buku sudah keluar dari lemari. Bailey k
Magbasa pa
Yang dijanjikan
Sekali lagi Shaw membolak-balikkan surat, masih tidak menemukan nama di luarnya. Karena penasaran, ia membuka perekat dan membaca suratnya.“Kau melakukan hal bagus, tapi kenapa tas pemberian Daniel belum kau indahkan?’’GREKK!Shaw menelan ludah, diam dengan napas tertahan. Ia menengok kanan kiri sembari mengusap tangan dan tengkuknya, merasakan merinding yang menjadi."B-bagaimana bisa tahu kalau aku belum benar-benar melihat isi tas pemberian kak Daniel? Aku hanya mengeceknya saja saat tas itu tiba-tiba ada di meja yang ternyata dibawa oleh Jubah Hitam." Shaw berujar sangat lirih, mengitari kamar dengan matanya."Di ruangan ini tidak ada hantu, 'kan?" tanyanya, entah pada siapa."Atau mungkin surat ini dari Jubah Hitam? Tapi waktu itu Jubah Hitam sudah pergi ... meskipun aku tidak melihat kepergiannya, tapi aku ingat tidak ada orang saat aku meny
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status