Pagi yang baru sesudah melepas lelah dari perkemahan yang menjadi medan perang. Alva dan Bian sudah kembali melanjutkan perjalanannya. Kali ini Alva terlihat lebih muram, ia tidak mencoba mengajak Bian untuk bicara dan tidak pula mengganggunya seperti biasa. “Seharusnya anak ini sudah mati kemaren. Karena Adelard muncul … aku jadi lupa harus bicara apa. Lalu sesudahnya Aksa menahanku untuk mengobati anak buahnya,” pikir Alva. Ia kembali melirik Bian yang berjalan di sebelah kirinya. Secara perlahan, Alva merogoh pisau kecil miliknya. “Jika aku menebas lehernya … apa kipasnya akan spontan memotong tanganku?” pikirnya lagi. “Bian. Sebenarnya aku ingin menanyakan hal ini dari dulu. Alasan kau bisa menggerakkan kipas itu adalah karena belajar’kan? Jadi … kau belajar dari siapa?” tanya Alva. “Lingkar Hitam!” Deg! “Dia … mengaku? Justru ini menjadi kesempatan bagus untukku’kan?” pikir Alva lagi. “Jadi … apa yang akan kau laku
Read more