All Chapters of Klorofil: Chapter 31 - Chapter 40
121 Chapters
nasib
Klang!Alva berulang kali mencoba menggerakkan tangannya yang sudah terikat oleh rantai. Ternyata kedua kakinya bernasib sama pula. Mata yang sedang tertutup kain tidak membuatnya menyerah untuk mencoba melepaskan diri.“Urgh!”                                        “Sebaiknya kau duduk baik-baik dan jawab setiap pertanyaan Tuan Erca.”Alva merasakan tangan kirinya telah disuntikkan sesuatu. Ia sendiri bisa merasakan detak jantungnya berdetak melambat.“Jadi ini salah satu anggota Lingkar Hijau yang kau temukan? Lingkar Hijau memang menarik, selalu merekrut anggota dari usia mereka yang masih sangat muda. Tetapi…sejauh apa ilmu yang kau miliki?” terang seorang pria bertubuh tinggi yang sedang berjalan mendeka
Read more
perjuangan
Tes…tes!Darah mengucur di lengan kiri Bian. Lengannya yang sudah luka sejak awal ditambah tembakan Erca yang hampir mengenai paru-paru kirinya. Bian terduduk mencoba menghentikan pendarahan di lengan kirinya.Dor!Ting!Kipas Bian bergerak melindungi tubuhnya sendiri.“Haaa…fuuuh,” Bian menarik napas dan membuangnya kembali.Ia melirik ke arah Erca yang sedang menghalangi jalannya.Drap!Gedebuk!Tubuh Erca ia lemparkan ke sisi gedung yang berlawanan. Tubuh pria itu menghantam dinding. Sedikit bercak darah tertinggal saat tubuh pria itu terjatuh ke lantai.Ngiiing!Bian menggerakkan kipasnya untuk memotong rantai yang membelenggu Alva. Tubuh laki-laki itu terjatuh begitu saja.“Alva…Alva!” panggil Bian. Laki-laki itu tidak merespon. Matanya terus terpejam tanpa menunjukkan sedikit pun kesadaran.Bian mengangkat tubuh Alva dan meletakkannya di atas
Read more
mimpi buruk
Beberapa kali mata Alva berkedip. Awalnya samar-samar lalu jelas secara perlahan. Suara seorang pria terdengar dari arah samping kanannya. Ia menggerakkan kepalanya yang masih terasa berat. Selang oksigen yang terpasang di wajah membuatnya terkejut akibat gerakannya yang secara tiba-tiba menimbulkan rasa tidak enak di pipinya.“Dokter…dia sadar!” sorak seorang perawat dengan riang. Laki-laki yang ia panggil dokter segera menoleh ke arah Alva yang sedang menoleh padanya pula.“Syukurlah. Aku pikir kau tidak akan bangun lagi.”“Dokter…sepertinya dia belum sadar sepenuhnya.”“Kalau begitu mari kita coba. Apa kau ingat siapa namamu? Jika ingat kedipkan matamu dua kali!”Alva berkedip sebanyak dua kali. Dokter itu tersenyum lebar. Ia sedikit mengangkat kepala Alva dan meluruskannya kembali.“Syukurlah…sepertinya tidak ada masalah pada ingatannya.”Dokter dan p
Read more
V.K.
Dengan keadaan tubuh yang masih terpasang infus, Alva menulis apapun yang ada diingatannya. Semua bagian penting dari dua buku ia rangkum ke dalam sebuah buku yang berukuran lebih tipis dari milik aslinya.“Meskipun aku masih ingat siapa nama-nama pasienku…dan aku masih bisa menyalin informasi yang penting. Tetapi…rasanya tetap sedih karena aku kehilangan surat-surat pemberian mereka yang kutempelkan di balik kertas. Yang tersisa hanya nama Nila di Buku Klorofil jilid tiga. Mau bagaimana lagi…dari pada semua informasi yang kudapatkan diambil mereka.” Pikir Alva sembari memainkan penanya.“Aku beruntung bisa selamat. Setidaknya ada informasi yang bisa kulaporkan pada pusat. Meskipun besar kemungkinan mereka sudah melarikan diri dari tempat itu.” Ungkap Alva pada dokter yang sedang berdiri di depan jendela dengan jubah putihnya.“Kau bisa melaporkannya di ruang bawah nanti. Oh iya…sebentar lagi mereka akan
Read more
rasa bersalah
Alva membolak balik  buku seiring dengan langkah kakinya yang seirama dengan langkah kaki Bian. Sesekali ia menggaruk pipinya yang gatal akibat tusukan dari rambutnya sendiri.“Bian…kau’kan sudah sering mendengar cerita soal Lingkar Hijau. Apa yang akan kau lakukan jika bertemu salah satu dari mereka?” Tanya Alva tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.“Diam.”“Ha? Aku memintamu untuk menjawab…bukannya justru memintaku untu-oh…maksudmu kau akan diam saja. Kenapa? Bukannya dia organisasi berbahaya? Meskipun dia tidak dianggap teroris seperti Regu Venom yang paling terkenal itu,” tanya Alva dengan polosnya.Bian tak menjawab.“Jadi…apa yang akan kau lakukan jika aku adala-“Alva menghentikan ucapannya ketika tak sengaja melihat seorang pria sedang duduk bersandar di bawah pohon beringin. Seperti biasa ia berlari dan menghampiri pria itu.“Hei.
Read more
Tentang kesalahan
Suara air menggelegak terdengar riuh dari dapur yang beratapkan daun kelapa. Langkah kaki tak beralas bergerak dengan gesit untuk segera menyelesaikan tugasnya pada pagi itu.Tok … tok!“Kak!”Wanita yang berada di dapur tersebut bergegas membuka pintu. Lantas ia tersenyum saat melihat siapa yang tiba.“Masuk Lia! Kakak sedang masak.”“Kak Ade jadi pergi?” Tanya wanita yang belum melangkahkan kaki untuk memasuki rumah tersebut.“I-iya. Dia dapat tawaran dari Provinsi Dwa. Tidak lama kok, karena dia akan di tempatkan di tempat yang tak jauh dari sini.”“Padahal kakak sedang hamil. Apa dia tidak kepikiran untuk mengganti pekerjaan?”“Kalau mau bicara masuk dulu!” Suara berat Adelard muncul dari pintu dalam rumah. Dia memandangi Lia yang masih berada di ambang pintu. Pada akhirnya Lia memasuki rumah tersebut.“Kak-““Tida
Read more
tentang kesalahan-2
Srek!Pagi harinya dari atas dataran yang lebih tinggi, Lia bisa melihat perkemahan Provinsi Dwa Yang sudah mulai dikepung oleh musuh. Berulang kali Lia memeriksa setiap sudut untuk mencari keberadaan saudara tuanya itu.Hitungan menit saja seluruh pengepung bergerak menyerang.“Kakak!” Tanpa pikir panjang, Lia  menyarungkan pelindung kepala dan maskernya. Ia pun mempercepat langkah kakinya untuk menuruni tanah tinggi tersebut.Sret!Ia menarik keluar pedang yang ia sarung di punggungnya.Drap … drap!Lia berlari di antara para penyerang yang sedang beradu pedang.Ting!Lia menangkis sebuah pedang yang dilancarkan padanya.“Ughh … kakak sudah melatihku sejak lama. Aku tak’kan menyianyiakan ilmunya.”Jleb!Pedangnya menembus dada kiri musuh. Lia segera menariknya dan melanjutkan perjalanannya.“Aku harus mencari kakak,” pikirnya.
Read more
Jalan
Pemakaman berlangsung pada sore itu dengan lancar. Pria itu benar-benar menepati janjinya. Sesudah pemakaman selesai, Alva dan Bian kembali ke perkemahan  untuk menepati janji mereka pula.“Kau mengenal pria itu?” tanya sang komandan yang bernama Aksa.“Tidak terlalu. Hanya saja kami bertemu dia kemaren. Dan dia memiliki keinginan untuk dikuburkan di dekat keluarganya,” jawab Alva.“Begitu. Sebenarnya aku juga tidak menginginkan perang ini. Hanya saja … tanah yang kalian pijak ini adalah tempat yang selalu mengalami konflik sehingga perang adalah hal yang biasa. Jadi … berhubung kau sudah berjanji. Aku harap kau mau membantu barak medis bagian belakang. Ada beberapa prajuritku yang terluka parah. Sedangkan tenaga medis kami kurang karena sudah dihancurkan sejak awal.”“Dihancurkan? Kenapa begitu?”“Teknik untuk menghancurkan mental lawan. Meskipun sebenarnya itu adalah cara pe
Read more
dua masalah
Pagi yang baru sesudah melepas lelah dari perkemahan yang menjadi medan perang. Alva dan Bian sudah kembali melanjutkan perjalanannya. Kali ini Alva terlihat lebih muram, ia tidak mencoba mengajak Bian untuk bicara dan tidak pula mengganggunya seperti biasa. “Seharusnya anak ini sudah mati kemaren. Karena Adelard muncul … aku jadi lupa harus bicara apa. Lalu sesudahnya Aksa menahanku untuk mengobati anak buahnya,” pikir Alva. Ia kembali melirik Bian yang berjalan di sebelah kirinya. Secara perlahan, Alva merogoh pisau kecil miliknya. “Jika aku menebas lehernya … apa kipasnya akan spontan memotong tanganku?” pikirnya lagi. “Bian. Sebenarnya aku ingin menanyakan hal ini dari dulu. Alasan kau bisa menggerakkan kipas itu adalah karena belajar’kan? Jadi … kau belajar dari siapa?” tanya Alva. “Lingkar Hitam!” Deg! “Dia … mengaku? Justru ini menjadi kesempatan bagus untukku’kan?” pikir Alva lagi. “Jadi … apa yang akan kau laku
Read more
Dua masalah (2)
“Kevin!” ucap Alva.“Ha … ha … ha … tidak kusangka aku bisa bertemu kalian di sini. Urusanku belum selesai denganmu Ariana,” ucapnya.“Dia milikku! Jangan mengganggu!” ucap Alva tegas.“Ha? Apa? Mengganggu? Sebenarnya aku juga sedang malas untuk bertarung. Tetapi bagaimana jika  kita taruhan … Jika kau berhasil menjatuhkanku, aku akan melepaskan kalian. Jika tidak … aku akan membawa Ariana bersamaku secara paksa. Bagaimana?” tantang Kevin.“Sayangnya aku sedang tidak bisa berkompromi dengannya. Dan aku juga sedang kesal karena dari kemaren selalu saja ada yang menggangguku. Jadi … aku akan bertarung untuk melepas emosiku ini.”Alva mengambil dua pisau dan memegangnya di tiap tangan. Sedangkan Kevin memberikan simbol kepada anak buahnya untuk mengepung Bian agar tidak melarikan diri.Siiing!Kevin mengeluarkan pedang dari sarungny
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status