Klorofil

Klorofil

By:  MyZhafran  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
34 ratings
121Chapters
5.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Diharapkan pembaca bijak dalam menanggapi masalah di novel ini! selamat membaca. Permasalahan antara Lingkar Hitam dan Lingkar Hijau yang rumit membuat Lingkar Hitam menuju masa kehancuran. Tetapi masalah masa lalu masih menghantui Bian sebagai anggota terakhir dari perguruan tersebut. Alva seorang dokter yang menjalani misi syaratnya, bertemu seorang gadis dalam perjalanannya. Awal mula berkenal, rasa tidak percaya dan curiga membuat perjalanan mereka terasa mencekam. Seiring berjalanannya waktu dan sesudah Alva menemukan fakta siapa Bian sebenarnya perasaan itu perlahan berubah. Tetapi mereka sadar, masalah lama membuat takdir mereka saling bertabrakan. Antara impian dan cinta maukah mereka mengorbankan salah satunya?

View More
Klorofil Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
nala
apa jangan jangan Bian memang benar hilang ingatan... yg lain manggil dia Ariana. dia sendiri tidak kenal siapa Ariana. mantap Thor. terasa teka tekinya. lanjut
2021-10-27 09:31:41
2
user avatar
siti soleha
keren ceritanya
2021-10-11 17:58:04
3
user avatar
Ezzel kalila
Good, semangat thorr:D
2021-10-08 18:25:31
2
user avatar
Aily Ar
Keren thor ceritanya aku tunggu bab selanjutnya
2021-10-07 23:16:18
2
default avatar
Naonao
suka banget sama author yang penulisannya rapih gini. semangat kak, ditunggu next ceritanya^^
2021-10-07 14:04:00
1
user avatar
nala
wuih power Bian bukan main main. Rupanya Alva diam diam menyeramkan juga ya..., makin seru aja nih. lanjut thor
2021-09-28 21:55:46
2
user avatar
Kurni naziha
Ceritanya bagus kak... aku suka. Nextt...
2021-09-27 10:51:05
2
default avatar
bittermelon
Seru banget asli!!! Waktu sampe nggak berasa pas baca
2021-09-27 07:10:57
2
user avatar
Nayla
Lanjut ceritanya, bagus ka
2021-09-26 19:55:06
1
user avatar
Christina
bagus kak, seru, next yaa
2021-09-25 23:26:32
2
user avatar
Aksara Rindu
Keren banget ceritanya. Next Thor.
2021-09-25 22:45:29
2
user avatar
Putri Affrilia
ceritanya menarik.. semangat nulisnyaa kakakk
2021-09-25 21:43:11
2
user avatar
Ursa Mayor
Bab 1 itu udah seru banget acara pengroyokannya. Gimana selanjutnya, ya?
2021-09-25 20:44:27
1
user avatar
miss.possan
rasa nonton film box office. lanjut up thor
2021-09-25 17:40:24
1
user avatar
Ei Rin
wah kereennn... semangat terus lanjutkan Thor..
2021-09-25 08:07:01
2
  • 1
  • 2
  • 3
121 Chapters
Kejadian yang ditentukan
Alva berulang kali memutar bola matanya untuk mencari sosok gadis yang ingin ditemuinya. Dengan nafas terengah-engah dia memaksakan diri untuk segera bangkit dari rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya. Beberapa saat yang lalu, sesaat sebelum dia tumbang tak sadarkan diri seorang gadis memukulinya dengan keras. Dan dia tahu, saat ini gadis itu berada dalam bahaya.  “Biaaan!” teriaknya. Sudah tidak ada seorang pun yang berada di tempat itu. Ia ditinggal sendirian dikarenakan yang lain tahu, jika dia hanya akan menjadi pengganggu dari rencana mereka. Laki-laki itu segera memaksakan dirinya untuk mengikuti jejak yang tertinggal di tempat tersebut. Bekas sayatan pedang, serta kipas milik Bian yang mematahkan ranting pohon maupun jejak kaki yang tertinggal. Dia berlari dan terus berlari. Jejak yang tertinggal benar-benar berbekas sehingga Alva tahu dia harus ke mana. Hingga tak lama kemudian, suara besi yang beradu terdengar sayup-sayup. Sebuah pertarungan sengit terj
Read more
Haruskah menyesal?
Seluruh anak buahnya sudah bersiap dengan dua pisau ditiap lengannya. Mereka sudah bersiap memasang kuda-kuda dan menyudutkan Bian hingga ke tepi jurang. Alva yang melihat hal itu mulai berkeringat dingin. Satu ucapan saja yang keluar dari mulutnya saat ini akan menentukan nasibnya di Lingkar Hijau. “Tu-tunggu! Bukankah sudah kubilang dia urusanku?” tanya Alva. “Setelah mempertimbangkan beberapa hal, sebaiknya kami saja yang menyelesaikannya. Cepat, habisi dia!” seluruh anak buahnya segera bergerak menyerang Bian. Alva mulai putus asa ketika sang profesor menahan lengannya agar dia tidak ikut campur. “Jangan berpikir untuk ikut campur pertempuran ini! Diam di sini!” gertaknya. Meskipun Bian masih sanggup untuk menghindar serangan fisik lawan, namun beberapa kali dia tidak sempat menghindari serangan senjata musuh. Pisau kecil yang dilempar dalam jumlah yang banyak ke arahnya, beberapa bisa ditangkis oleh kipas maroon miliknya. Beberapa lewat begitu sa
Read more
Awal jumpa
Pertemuan pertama yang terjadi enam bulan yang lalu. Disaat seorang gadis sedang melewati perkampungan seorang diri. Rambutnya hitam pendek bergelombang, dengan kulit kuning langsat dan tubuh yang tinggi. Poni panjang yang sama panjangnya dengan rambutnya disibakkannya ke samping agar tidak mengganggu penglihatan. Pertemuan itu akan menjadi pertemuan yang akan disesali oleh laki-laki yang sedang berjalan di belakangnya sekarang. Ya, Alva sedang mengikutinya. “Hei, kau bahkan tidak penasaran siapa yang mengikutimu?” dia mulai bersuara namun dia tidak mendapatkan respon sama sekali. “Sombong sekali,” Alva mempercepat lagkahnya. Dia menghadang Bian dengan merentangkan kedua lengannya. “Kau mau ke mana? Apa aku boleh ikut?” lagi-lagi dia tidak menerima jawaban, justru gadis itu berjalan menghindarinya. “Namaku Alva. Aku dokter pengelana. Siapa namamu?” Alva mencoba menyeimbangi langkah kaki Bian yang lebar. “Kau baru saja melewati desa itu bukan?
Read more
Titik perkenalan
Bayang-bayang sudah lebih panjang dari bentuk aslinya. Matahari sudah bersiap untuk kembali kepengaduan yang ditandai dengan rona orange menghiasi angkasa sore yang menyejukkan mata. Warna hijau hutan yang semakin menggelap dibalik bayang memerintahkan seluruh makhluk untuk bersiap menghadapi dinginnya malam. Begitu juga dengan Alva dan Bian yang menyadari hari semakin malam. Bian tampak mencari potongan-potongan kayu yang hendak ia gunakan sebagai bahan bakar api unggun. Alva yang sadar dengan aktivitas gadis itu ikut membantu tanpa dipinta. “Jadi, kita akan berkemah di mana?" “Urus saja urusanmu. Jangan ikuti aku!” “Sepertinya di bawah pohon itu bagus juga. Di sana juga cukup luas untuk membuat api unggun,” tanpa rasa bersalah Alva tetap melanjutkan pencarian kayu bakarnya. Kebetulan Bian juga memiliki ide yang sama untuk bermalam. Dia meletakkan kayu bakar di tempat tersebut dan mulai menyalakan api unggun. “Aku masih ada roti untuk dimakan malam i
Read more
Masalah pertama
“Hei, kita mau ke mana?” tanya Alva. Meskipun Bian tidak mengindahkan keberadaannya, laki-laki itu tetap bersikeras mengikuti Bian. Mereka berjalan sepanjang hari menelusuri hutan yang mulai menggugurkan daunnya akibat kemarau yang mulai melanda. Hingga beberapa meter kedepannya, terlihat beberapa bagian yang sudah gundul ditebangi manusia. Mereka menyeberangi sungai yang mulai kehilangan sebagian airnya, hingga hidung mulai mencium bau tengik asap dari udara yang tak lagi segar. Alva dan Bian terus berjalan menyusuri jalan setapak di tepian sungai yang masih menemani perjalanan sedari tadi.Bau asap semakin menguat ketika sepasang manusia itu tiba di lokasi yang menghasilkan aroma tersebut. Hutan di depan mereka juga sudah habis dilalap api. Terlihat beberapa warga masih berusaha untuk memadamkan api di wilayah yang masih mengeluarkan asap dengan air seadanya. Para warga pun sudah tampak kelelahan, tampak keringat sudah membasahi sekujur tubuh. Bahkan beberapa wa
Read more
Situasi yang mereda
Para warga lain yang melihat mereka berhasil keluar dari kobaran api segera mendekat untuk memerika keadaan mereka. “Segera bawa mereka ke desa...juga sapi-sapinya, lalu siapkan air dan kain yang bersih. Aku akan mengobati mereka,” pesan Alva. Masyarakat yang mendekat langsung melaksanakan perintah Alva tanpa bertanya  lagi. Alva kembali menoleh ke tempat yang dilaluinya tadi. Jalan tersebut perlahan tertutupi oleh reruntuhan pohon. “Lokasi yang tadinya menghitam sudah mereda. Kenapa cepat sekali? Kupikir api itu sudah menjalar ke sini,” pikirnya. Ia menoleh ke tepian hutan. Banyak dahan yang panjang sudah terpotong, dan juga ia menemukan sosok Bian di sana. “Oh, jadi begitu. Selama aku mencari warga, dia berusaha memutuskan penyebaran api ini. Apa dia juga yang mengarahkan kipas ini agar melindungiku? Hmmm...menarik.” “Mas. Air dan kain bersihnya sudah dipersiapkan di desa,” seorang pria mendekatinya. “Oh, baik terima kasih. Saya akan ke
Read more
Si pengejar cantik
Sekelompok orang tiba-tiba mengelilingi mereka. Tiga orang wanita dan dua orang pria. Masing-masing dari mereka sudah siap dengan senjata dan kuda-kuda untuk menyerang. “Jangan sia-siakan kesempatan ini. Cepat, tangkap dia!” titah seorang wanita yang terlihat paling muda diantara mereka. Dibanding yang lainnya, dia sendirilah yang memakai pakaian paling mewah. Sebuah gaun biru tua berpadu biru muda dengan kilatan disetiap sisinya tampak lebih indah ketika ia kenakan. Ditambah lagi dengan parasnya yang indah membuatnya terlihat seperti boneka hidup yang menghipnotis orang lain dengan kecantikannya. Siapapun yang melihatnya akan tahu jika dia bukanlah orang biasa. Mendengar perintah dari gadis itu, kelima anak buahnya segera menyerang mereka berdua. Alva yang dari tadi sudah bersiaga ikut terbawa pertarungan yang tidak ia ketahui alasannya. Pedang kecil ia kenakan untuk menahan serangan senjata lawan yang beragam. Beberapa kali ia melempar pisaunya untuk membuat lawan
Read more
Pria dan kursi roda
“Wah..kau bisa berkomentar padaku. Tenang saja! Jika aku adalah dokter yang bekerja untuk negara saja aku bisa dikatakan melanggar aturan. Tetapi aku bekerja bukan hanya untuk negara saja, aku  juga bekerja dibawah naungan dua organisasi besar. Karena itu sistem kami sedikit berbeda.  Kami tidak hanya bekerja di rumah kesehatan saja, tetapi kami dikirim untuk menangani penyakit-penyakit yang membutuhkan penelitian secara langsung,” jelasnya panjang lebar. “Lingkar Hijau?” pikir  Bian.                                                                             “Intinya, pertarunga
Read more
Harapan yang didengar
Wanita yang berpangkat sebagai ibu tersebut terlihat kaget saat diberikan pertanyaan oleh Alva. Seketika Alva langsung merespon mimik wajah mereka.“Maaf, saya tidak seharusnya bertanya itu. Maaf.. tidak perlu menjawab,” ucap Alva.“Tidak apa-apa, aku saja yang berekspresi berlebihan. Toh kejadiannya sudah lama, mau ditangisi juga tidak akan mengubah masa depan. Ayah Hari dan Haru pergi lima belas tahun yang lalu, tepatnya saat anak-anakku masih berumur lima tahu. Tapi aku tidak punya waktu untuk bersedih, aku punya anak-anak yang harus kunafkahi,” setelah mendengar jawaban itu, Alva menjadi tersenyum. Selama dia mengembara dan menjumpai banyak orang hanya satu sosok yang membuatnya selalu terkagum-kagum. Seorang ibu yang bisa menjadi apa dan siapa pun untuk sang anak.“Seorang ibu itu hebat ya,” pujinya senang. Hari, Haru dan ibunya seketika menolehkan wajah ke arah Alva yang terlihat senang.“Ha..ha.. baru perta
Read more
Tujuan utama
Alva dan Haru berpisah saat tiba di tujuan. Sebuah bangunan yang penuh dengan kemewahan. Bukan tanpa alasan, karena bangunan itu adalah sebuah klinik yang berdiri kokok di antara sawah dan perumahan warga. Belum sempat Alva mendorong pintu klinik, pintu itu tiba-tiba terbuka. Seorang pria dewasa muncul dari sebalik pintu tersebut. Matanya langsung terbelalak saat melihat wajah Alva. “K-kau… kenapa kau di sini? Apa jangan-jangan kau dokter yang dikatakan oleh si Haru?” “Hmm… ya...tapi bagaimana kalau dokter izinkan aku masuk dulu sebelum bercerita panjang lebar?” “Ba-baiklah...ikuti aku!” Mereka berjalan menuju sebuah ruangan. Ruangan khusus yang memiliki papan nama “dr. Adi,”. Alva menyeringai saat membaca papan nama tersebut. “Silahkan duduk! Aku akan mengambil dokumennya dulu,” pria bernama Adi tersebut berpindah ke rak buku dan mengambil sebuah dokumen. Lantas dia menyerahkannya kepada  Alva. “Kau...anggota lingkar hijau’kan?”
Read more
DMCA.com Protection Status