Semua Bab PUDING JELLY: Bab 61 - Bab 70
82 Bab
61. Tak Merubah Apapun
( PoV Asmara )Bagaikan di tikam ribuan pisau belati. Hatiku hancur berkeping-keping. Lelaki yang kini memeluk erat diriku, lelaki yang selama ini aku cintai, lelaki yang sangat aku percayai, dia sebenarnya yang menghancurkanku. Dia membohongiku.Ingin sekali aku mengambil sandal dan menamparnya berkali-kali. Namun apa daya? Aku hanya bisa terdiam dan tak bergeming di pelukannya. Seakan aku larut dalam cintanya, dan tak mempermasalahkan kebohongannya.Perlahan aku melepaskan tangannya dari tubuhku. Aku menatapnya tajam. Menatap mata yang kini di penuhi dengan air mata. Entah apa maknanya air mata itu. Mungkin dia menangis karena dia menyesal. Atau mungkin dia menangis karena takut aku tinggalkan. Bahkan mungkin, kedua alasan itulah yang menyebabkan kedua matanya basah."Kamu tahu rasanya hatiku saat ini Al?" Dengan suara parau karena menangis, aku menanyakan hal itu kepadanya. Sebenarnya meskipun aku tak menanyakannya, Albert sudah pasti paham apa yang aku rasakan. Dia pasti tahu jika
Baca selengkapnya
62. Berpetualang
( PoV Asmara )"Aaaaaaa. Hahaha. Seru banget Al!" Aku berteriak ketika sepeda motor Albert 'terbang' di antara jalanan licin di hutan yang sore ini kami lewati. Hutan ini adalah tempat dimana para club sepeda motor melakukan kegiatan rutin mereka atau yang sering di sebut dengan istilah 'trabas'. Albert memang tak pernah mengikuti club motor apapun. Namun dia tahu tempat ini dari salah satu temannya yang menjadi anggota club motor di kota ini. Dan ya, tempat ini berada tak jauh dari villa keluarga Albert. Jadi Albert sudah lama mengetahuinya meskipun baru kali ini mengunjunginya."Kamu nggak takut?" Albert berteriak, bertanya kepadaku. Suara mesin motor yang keras memang membuat kami harus berteriak saat berbicara agar lawan bicara kami mampu mendengarnya. Tak apalah, ini kan di dalam hutan, jadi tak akan ada yang terganggu dengan teriakan kami."Nggak! Kan ada kamu Nggak ada yang aku takutin kalau aku sama kamu Al. Bahkan kalau kamu ngajak ke dasar neraka pun, aku ikut!" Aku memeluk A
Baca selengkapnya
63. Malam Berkemah
( PoV Albert )"Makasih ya Ra, kamu udah mau maafin aku." Aku menatap langit malam pegunungan yang indah ini. Bintang bersinar lebih terang di tempat ini. Apalagi malam ini malam spesial buat aku dan Asmara. Aku resmi menjadi pacarnya tanpa adanya kebohongan. Dan Asmara, dia mencintaiku. Jangan tanya bagaimana rasanya. Kalian yang cintanya belum pernah bertepuk sebelah tangan, tak akan tahu rasanya. Cinta yang bertepuk sebelah tangan selama bertahun-tahun ini, kini akhirnya berbalas. Meskipun dengan awal yang di penuhi dengan kebohongan.Mungkin ini sudah takdir Tuhan. Tuhan telah membuatku menderita selama ini. Dan kini, Tuhan telah membayar semua penderitaan yang aku alami menjadi sebuah kebahagiaan yang tak bisa aku bayangkan sebelumnya. Menjadi pacar Asmara."Kalau aku nggak maafin kamu, aku juga akan sakit hati Al. Karena itu berarti, aku harus kehilangan kamu." Asmara tersenyum manis ke arahku. Aku menatap Asmara yang begitu cantik dengan senyum itu. Benar-benar seperti mimpi. Ak
Baca selengkapnya
64. Anak
( PoV Albert )"Aku yakin Bu Dira ke arah sini Ra." Aku dan Asmara yang seharusnya hari ini kembali ke kota, malah melihat Bu Dira yang sedang berjalan terburu-buru ke arah jalan setapak dekat jurang dimana Asmara pernah jatuh dan hilang ingatan dulu. Dan tempat itu juga sangat dekat dengan villa keluargaku. Aku jadi penasaran dan akhirnya mengikutinya.Entah apa yang di lakukan Bu Dira di tempat ini. Mungkin saja beliau berasal dari kota ini dan saat ini datang hanya untuk berkunjung ke sanak keluarganya. Namun jika memang Bu Dira berasal dari kota ini, kenapa penampilannya aneh seperti yang aku lihat tadi? Bukankah terlalu berlebihan jika harus mengenakan kerudung dan kacamata hitam serta menutup wajahnya dengan syal jika hanya ingin berkunjung ke kerabat saja?Ah, pasti ada sesuatu karena Bu Dira jelas sekali sedang melakukan penyamaran agar tak di ketahui kedatangannya kesini oleh siapapun. Namun siapa yang beliau hindari? Siapa seseorang yang seharusnya tak tahu dengan kegiatan Bu
Baca selengkapnya
65. Anak Cantik
( PoV Andira )"Bagaimana kabarmu hari ini anakku yang cantik? Maaf jika Mama belum bisa membawamu bertemu dengan Papamu. Mungkin Papamu tak akan pernah mau menerima kamu menjadi anaknya dengan kondisi yang seperti ini. Dia lelaki jahat Nak. Itulah mengapa Mama tak mau jika kamu mengenalnya. Apalagi sampai bertemu dengannya, setidaknya untuk saat ini." Aku membenarkan selimut anak kesayanganku itu. Cuaca pegunungan yang sangat dingin, sehingga dia harus selalu memakai selimut tebal setiap hari. Apalagi dengan kondisi tubuhnya yang tak sehat. Ya! Dia sakit. Dia memang punya penyakit dari kecil. Kondisi tubuhnya begitu lemah sehingga membuatnya sering terbaring di atas tempat tidur.Dia tak merespon sama sekali. Dia bahkan tak pernah mau membuka matanya untukku. Entah mau sampai kapan dia akan seperti ini. Aku tak tahu apalagi yang harus aku lakukan untuk membuatnya membuka mata dan melihat dunia yang indah ini kembali. Meskipun aku tak yakin jika dia akan menyukainya. Mungkin saja dia a
Baca selengkapnya
66. Melupakannya
( PoV Albert )"Aneh nggak sih Ra menurut kamu?" Aku menjalankan motorku dengan sangat pelan. Kami sudah berada di jalan pulang. Entahlah. Aku merasa kepikiran saja dengan apa yang aku lihat tadi. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal. Yang membuatku sangat ingin mengetahuinya. Tentang Bu Andira dan anaknya."Udahlah Al. Bukan urusan kita juga kan? Nggak penting juga kali ah." Asmara yang dengan nyamannya bersender di pundakku, seakan tak peduli dengan keanehan yang aku rasakan. Entah karena dia memang punya pembawaan yang cuek, ataukah karena memang dia tak peduli lagi dengan apa saja yang berhubungan dengan Aksara. Bukannya apa-apa, dulu Asmara selalu tak bisa mengabaikan hal sekecil apapun mengenai Aksara? Apalagi ini adalah berita besar. Bu Andira, seseorang yang menjadi sebab Aksara berpaling darinya, memiliki seorang anak yang tak jelas darimana asal usulnya. Dan Bu Dira juga menyembunyikannya. Jelas saja ini menjadi hal yang sangat di butuhkan Asmara untuk menarik Aksara kembali j
Baca selengkapnya
67. Amel Kembali
( PoV Albert )"Hai." Suara seseorang yang sangat aku kenal menghampiriku di kamarku. Aku sedang berbaring sambil mendengarkan musik ska yang dulu pernah hits pada zamannya. Rasanya lelah sekali setelah dua hari pergi ke puncak bersama dengan Asmara. Kondisi jalan yang berliku dan dengan menggunakan sepeda motor, menjadi penyebab utama rasa lelahku ini. Selain itu rasa penasaranku dengan Bu Dira waktu itu, membuatku semakin banyak berpikir di sepanjang perjalanan kami pulang yang tentu saja ikut menguras energiku. Hampir saja aku memejamkan mataku, hingga suara tadi membuat mataku kembali terbuka dengan lebar."Amel?" Aku terkejut. Rasa terkejut yang tak semestinya, karena melihat Amel bermain ke rumahku adalah hal yang sangat biasa terjadi dulu. Namun kali ini Amel ada di depanku setelah dia menghilang beberapa bulan yang lalu karena kejadian di sekolah waktu itu. Ya! Waktu kami bertengkar di depan kelas Asmara karena Amel ingin membocorkan rahasia kalau Asmara adalah selingkuhan Aksa
Baca selengkapnya
68. Pacar Rahasia
( PoV Albert )"Mara apa kabar Al?" Tanya Amel sambil menyeruput coklat panas yang baru saja aku buatkan untuknya. Minuman yang sangat dia gemari. Minuman favorit kami di saat hujan dulu. Dan kebetulan malam ini juga turun hujan lebat tiba-tiba. Entah kenapa, setiap kali aku bertemu dengan Amel lagi, hujan selalu saja turun. Sama seperti saat aku pertama kali bertemu dengannya dulu. Hujan yang deras menemani pertemuan pertama kami."Baik." Singkat saja ku jawab sambil tersenyum ke arahnya. Aku menatap Amel lekat. Tiba-tiba ingatanku mengembara. Kembali kepada saat itu. Saat aku kecil. Aku sangat menyukainya. Menyukai segala apapun tentangnya. Aku tak pernah mengabaikannya sedikitpun. Aku selalu ada di sekitarnya. Menjaganya dan membuatnya tertawa. Membuat setiap kenangan masa kecil kami serasa tak akan pernah terlupakan. Aku bahagia semenjak ada dirinya. Namun akhirnya dia pergi. Meninggalkan luka yang belum di mengerti Alberto kecil waktu itu. Hingga akhirnya keluar janji itu. Janji y
Baca selengkapnya
69. Cuek
( PoV Albert )"Hai." Aku menyapa kekasihku dari balik telepon genggamku. Dia meneleponku terlebih dahulu. Mungkin dia lama menunggu panggilan dariku yang tak biasanya sangat lama menghubunginya."Lagi apa sih? Capek banget ya? Tumben nggak nelepon?" Nada suaranya terdengar begitu kesal. Ya. Aku memang tak pernah tak meneleponnya setiap malam. Aku selalu ingin mendengar suaranya. Bahkan dulu ketika dia masih berpacaran dengan Aksara, aku sampai mengemis agar dia mau menerima telepon dariku meskipun hanya sekedar mengucapkan selamat malam.Entah. Entah mengapa perasaanku berubah. Layaknya seperti makanan kemaren, meskipun sudah di hangatkan, tetap saja rasanya berbeda.Sejak Asmara hilang ingatan, aku merasakan aku kehilangannya. Meskipun aku mendapatkannya, namun aku rasa dia berbeda. Meskipun cinta yang dia tunjukkan sangat besar yang bahkan aku pun tak bisa membayangkannya sebelumnya, yang bahkan cinta itu hanya bisa aku dapatkan lewat anganku saja dulu, aku sama sekali tak merasakan
Baca selengkapnya
70. Teman Masa Kecil Al?
( PoV Asmara )Aku berjalan gontai menyusuri lorong sekolah kami yang panjang. Memikirkan kekasihku yang dua hari ini berubah. Entah bagaimana dia dulu kepadaku sebelum kejadian yang membuatku harus melupakan kehidupanku yang dulu, namun saat ini, dia tak seperti pertama kali kami berpacaran. Dia tak meneleponku lagi di dua hari terakhir ini. Aku yang harus meneleponnya terlebih dahulu. Itupun dengan jawaban yang tak membuatku bahagia. Dia seperti malas menerima telepon dariku. Dan ya, dia bahkan tak mengajakku berangkat bersama pagi ini. Padahal biasanya dia tak pernah melewatkan hal itu."Eh, si princess kok jalan sendirian sih? Pangerannya mana nih?" Seorang teman menegurku. Aku yang tadinya melamun, kini dengan ogah melempar senyum kepada teman sekelasku itu. Yah, malas sekali rasanya harus menghadapi mereka-mereka ini. Mereka yang selalu saja mengurusi hidupku. Yah, mungkin karena aku adalah seorang artis, jadi mungkin bagi mereka kehidupanku bisa bebas saja menjadi bahan perbinca
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status