PUDING JELLY

PUDING JELLY

Oleh:  yessiratna  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
82Bab
3.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Asmara Berliana, gadis remaja cantik dan populer di sekolahnya. Dia seorang artis muda berbakat yang tengah naik daun. Kesuksesannya mengantarkannya kepada sosok pria idamannya. Pria yang lebih tua darinya. Dan juga pria yang sudah memiliki istri. Tumbuh tanpa sosok ayah di sisinya ketika masa kecilnya di panti asuhan, membuatnya merasa nyaman menjalin kasih dengan lelaki beristri. Lantas bagaimanakah kisah Asmara selanjutnya? Akankah dia bisa bahagia hidup sebagai seorang wanita simpanan? Ataukah dia sadar dan menemukan bahagianya tanpa merusak kebahagiaan wanita lain?

Lihat lebih banyak
PUDING JELLY Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
82 Bab
1. Namaku Asmara
( PoV Asmara )"Ra, lain kali jangan ceroboh lagi, Oke?" Aku menoleh ke arah lelaki yang saat ini tiba-tiba sudah duduk di hadapanku. Matanya yang indah sangat jelas mengatakan kepadaku kalau dia sedang memberiku peringatan akan satu hal. Sebentar aku menatapnya. Kemudian ku lanjutkan kegiatanku yang tadi sebelum dia datang, memakan cilok depan sekolah yang sudah terkenal mantap cita rasanya. Cilok jadul yang masih khas rasanya."Apa sih Al? Dateng-dateng ngatain orang ceroboh." Aku tak bersemangat. Aku memang sedang menghindar dari lelaki ini. Aku tak mau segalanya sia-sia karenanya. Aku memang tak pernah membencinya. Aku bahkan sempat mengaguminya. Namun aku tak boleh terlihat akrab dengannya. Lebih tepatnya tak boleh terlihat akrab lagi dengannya. Meskipun rasanya memang sedikit aneh jika aku harus menjauhinya."Aku lihat kamu kemaren sama Pak Aksara di mall Ra. Awalnya sih kayak nggak yakin. Tapi kayaknya beneran deh itu kamu Ra. Emm, beneran kamu sama Pak Aksa pacaran Ra?" Hah? Ak
Baca selengkapnya
2. Aku Wanita Simpanan
( PoV Asmara )"Nak Mara." Aku yang sedang fokus menatap anak-anak panti asuhan yang sedang begitu asyik menyantap puding jelly yang aku bawa, segera menoleh ke arah sumber suara."Iya Bu?" Aku tersenyum ke arah seseorang yang sedang berdiri di belakangku. Ibu Panti. Entah sudah berapa lama beliau berdiri di sana. Aku tak memperhatikannya."Pak Aksara ndak ikut?" Tanya beliau. Pertanyaan yang sebenarnya biasa saja bagi pasangan yang normal. Namun bagiku, pertanyaan itu adalah pertanyaan yang membuatku sedikit merasa canggung kepada Beliau. Ku tatap Bu Panti sekejap. Sebelum akhirnya aku tersenyum kembali kepada beliau."Ada Buk, tuh, Aksara lagi nunggu di mobil. Dia lelah katanya Buk, jadi mau di mobil aja. Apa perlu aku panggil?" Ku tunjuk mobil sport berwarna hitam yang sedang terparkir di depan panti asuhan. Mobil itu memang sengaja aku pasang kaca yang gelap dan tak bisa di lihat siapapun dari luar. Biar tak ada yang tahu, aku sedang bersama dengan siapa. Yah, aku memang harus mera
Baca selengkapnya
3. Wanita Sepertiku
( PoV Asmara )"Dingin banget. Ayo masuk." Aksara mengecup keningku sebelum akhirnya dia bangkit dan masuk ke dalam rumah. Malam ini hujan memang sangat deras. Seperti air yang di tumpahkan begitu saja dari atas langit dengan menggunakan selang raksasa. Hingga ketika mata ini melihat ke arah luar, kita tak bisa melihat apa-apa karena hujan yang memang sangat deras ini.Ku tatap Aksara yang berjalan masuk ke dalam rumah dengan menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. Dingin sekali memang. Aku yang memakai jaket tebal saja, hampir tak tahan di buatnya. Apalagi Aksara yang hanya mengenakan kaos dan celana pendek. Dia pasti begitu kedinginan hingga memutuskan untuk masuk ke dalam rumah setelah menemaniku sekitar lima belas menit di teras rumah."Ayo cepetan. Nanti kamu sakit." Suaranya yang terdengar begitu indah di telingaku, kembali bergema dari dalam ruang tamuku yang besar. Aku tersenyum. Dia memang begitu memperhatikan kesehatanku.Akhir-akhir ini kondisi tubuhku memang begitu lema
Baca selengkapnya
4. Anak Angkat
( PoV Asmara )"Duh, kemana sih. Dari kemaren kenapa kayak menghindar sih." Aku menggerutu. Berkali-kali aku menelepon Aksara, namun sama sekali tak mendapat jawaban. Entah kenapa akhir-akhir ini aku merasa ada yang aneh darinya. Mampir ke rumah hanya sebentar, dan buru-buru jika berbicara denganku di telepon. Bahkan dia juga sering mengabaikan teleponku. Gila memang."Ra, di cariin tuh, sama Mama." Albert menemuiku yang sedang sibuk menghubungi Aksara sambil menyantap bakso di kantin sekolah. Ku lihat dirinya yang juga membawa dan meletakkan bakso dan teh botol serta langsung duduk di hadapanku. Seketika langsung aku masukkan ponselku ke dalam sakuku. Bukan apa-apa, aku hanya tak enak saja jika membuat Albert merasa tak nyaman lagi."Iya. Aku sibuk banget sih Al memang. Belum sempet jenguk Tante Astia. Nanti deh kalau udah ada waktu, aku main ke rumah ya." Ku lanjutkan memakan bakso yang ada di hadapanku. Aku memang sangat lapar, karena dari tadi pagi belum sempat sarapan. Aku bangun
Baca selengkapnya
5. Pulang ke Rumah
( PoV Asmara )"Ma, Mara datang Ma!" Albert berteriak ketika kami memasuki pintu rumahnya sepulang kami dari sekolah. Rumah model american house dengan dua lantai yang begitu besar. Rumah yang selama empat tahun belakangan ini aku tempati sebagai anak angkat dari Om Anggara dan Tante Astia. Ah. Rindu juga aku dengan rumah ini. "Ma!" Albert yang tak mendapat jawaban dari Tante Astia, meletakkan tas sekolahnya di sofa ruang keluarga, kemudian menaiki tangga, mencoba mencari tahu di mana Tante Astia berada. Aku menatap Albert yang sedikit berlari, seakan tak sabar ingin mempertemukan aku kembali dengan mama angkatku itu. Aku tersenyum kecil melihatnya. Ku edarkan pandanganku ke segala penjuru ruangan. Mencoba mencari kembali kenangan yang dulu begitu banyak aku kumpulkan, hingga akhirnya aku terpaksa harus meninggalkannya. Demi cinta. Entahlah. Entah mengapa akhirnya aku harus pergi. Padahal, tak sedikitpun aku tak merasa bahagia berada di rumah ini. Sebaliknya, aku layaknya seorang t
Baca selengkapnya
6. Berubah
( PoV Asmara )"Kok diem aja Al?" Aku keluar dari kamar setelah selesai mandi dan mengganti pakaianku. Ku amati Albert yang tampak hanya menunduk di sofa ruang tamuku. Di luar hujan deras. Itulah mengapa akhirnya aku meminta Albert untuk mampir ke rumah setelah mengantarkanku pulang dari rumahnya sore tadi. "Nggak apa-apa." Albert tak bergeming. Dia masih duduk dan menunduk. Menyatukan dan menggosok kedua tangannya yang tampak pucat karena kedinginan. Dia basah kuyup. Kami memang sempat kehujanan tadi di jalan. "Ayo ganti baju." Aku menarik tangannya. Aku tak tahan melihatnya menderita menahan rasa dingin yang juga begitu aku benci. Aku sudah memintanya sedari tadi untuk mengganti pakaiannya. Kebetulan ada banyak sekali pakaian Aksara di rumahku. Tak ada salahnya jika dia memakainya, sementara aku mencuci dan mengeringkan pakaiannya yang basah kuyup. "Nggak usah. Aku balik aja." Albert menghempaskan tanganku kasar. Aku kaget. Tak biasanya dia seperti ini. Ada apa dengannya? Sumpah!
Baca selengkapnya
7. Aku yang Berubah
( PoV Asmara )"Mbak Mara nggak kenapa-kenapa?" Dengan raut wajah yang begitu panik, Bik Yuli masuk ke dalam kamarku. Menanyakan keadaanku. "Nggak apa-apa Bik. Ada Albert yang nolongin aku." Aku tersenyum kepada Bik Yuli. Sempat ku lirik Albert yang hanya menunduk. Dia hampir saja keluar, menolak permintaanku yang menginginkannya untuk membantuku mengusir ketakutanku malam ini, sebelum akhirnya Bik Yuli masuk ke dalam kamarku. "Ah. Syukurlah. Dasar anak-anak nakal memang. Malam-malam hujan-hujan, masih aja main petasan." Bik Yuli bersungut-sungut. Beliau seakan tak terima. Jelas saja. Petasan itu masuk ke dalam pagar rumahku. Untung saja hujan deras, jadi apinya kecil dan tak menyebar kemana-mana. Kalau seandainya tak ada hujan, pasti sudah lain lagi ceritanya. Masalahnya, suaranya benar-benar bikin jantungku hampir saja terlepas. "Anak-anak? Bukannya ini kawasan elite ya Bik? Mana ada anak orang kaya yang main petasan malam-malam gini? Apalagi ini hujannya deres banget. Kayaknya ng
Baca selengkapnya
8. Guru Baru
( PoV Asmara )"Selamat pagi anak-anak." Pak kepala sekolah masuk ke dalam kelas kami bersama dengan seorang wanita yang memakai pakaian kerja formal. Wanita itu membawa tas kerja berwarna merah marun, dan juga buku-buku besar di tangannya. Mungkin beliau adalah seorang guru. Bisa jadi beliau guru baru di kelas kami. Mungkin. "Selamat pagi Pak." Jawab kami serentak dengan begitu keras. Kompak sekali memang. "Anak-anak! Pagi ini, Bapak membawa seorang guru baru buat kalian semua. Silahkan Bu, perkenalkan diri Anda." Aku seratus persen benar. Beliau adalah guru baru kami. Entah mata pelajaran apa yang akan dibawakannya. Namun aku akui, guru baru ini begitu cantik. Aku yakin, tak butuh waktu lama untuknya menyesuaikan diri di sekolah ini. Dan aku yakin, semua orang akan dengan mudah menyukainya, karena kecantikannya."Selamat pagi anak-anak! Bagaimana kabar kalian hari ini?" Guru cantik itu menyapa kami dengan begitu lembut. Senyumnya begitu manis. Tutur katanya juga benar-benar menyena
Baca selengkapnya
9. Bertahan dengan Kamu
( PoV Asmara )"Sayang, ada guru baru lho di sekolahku. Wanita. Cantik banget lagi orangnya." Aku memeluk Aksara dengan begitu erat di balkon kamarku, ruang favorit kami dulu. Mencoba menikmati setiap momen kebersamaan dengannya yang akhir-akhir ini begitu langka aku dapatkan. Bagaimana tidak, Aksara mengaku sedang sibuk sekali menjalankan bisnis keluarganya dan juga bisnis keluarga Amanda, istrinya. Mau tak mau aku harus bersabar. Entahlah, aku merasa dia berubah. Mungkin dia memang sedang sibuk. Tapi, kesibukannya kini menjadi alasannya untuk selalu menghilang dan tak datang menemuiku."Oh ya? Siapa namanya?" Aksara melipat kedua tangannya di dada. Dia tak memelukku. Dia juga tak membelai rambut hitam panjangku yang selama ini selalu dia lakukan. Dia hanya menatap lurus ke arah depan. Dia bahkan tak mau menatapku."Namanya Bu Dira. Guru kesenian. Sumpah deh, kamu jangan sampai ketemu sama Bu Dira. Kamu nggak akan kuat. Aku aja yang perempuan, ngelihat Bu Dira itu udah spechless. Ngga
Baca selengkapnya
10. Kembali ke Rumah Lama
( PoV Asmara )"Hai!" Aku rebahkan tubuhku di samping Albert yang sedang asyik mendengarkan musik di atas tempat tidurnya. Aku datang untuk menemui Tante Astia karena aku merasa kesepian setelah Aksara pergi begitu saja dan tak ada kabar. Setidaknya di rumah ini, aku tak merasa sendiri. Namun sepertinya Albert tak menyadari kehadiranku. Buktinya dia sama sekali tidak keluar kamar, padahal aku sudah sekitar tiga puluh menit ngobrol bersama Tante Astia di ruang keluarga. "Mara? Kapan dateng?" Albert duduk dan langsung melepas earphonenya. Dia tampak terkejut melihatku yang tiba-tiba berada di sampingnya. Ku amati ekspresi wajah Albert, dia tampak kembali seperti semula. Dia tak tampak murung seperti saat terakhir kali aku bertemu dengannya. Berarti dia sudah tak marah denganku. "Udah setengah jam aku ngobrol sama Tante Astia. Kamu ngapain sih, sampai nggak tahu aku dateng?" Aku bangkit dan duduk di samping Albert. Aku tersenyum. Bahagia rasanya melihat Albert sudah tak menekuk wajahnya
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status