All Chapters of PUDING JELLY: Chapter 51 - Chapter 60
82 Chapters
51. Pembalasan
( PoV Aksara )Aku menatap tajam ke arah Andira yang tengah bersiap untuk pergi mengajar. Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengannya. Segalanya tentang dia berubah. Meskipun wajah itu masih sesempurna yang dulu, namun segala tingkah lakunya, aku tak tahu itu.Ketika aku mencintainya, dia layaknya sinar mentari di pagi hari. Memberikan kehidupan. Memberikan keceriaan. Memberikan harapan.Namun tampaknya, mentari itu kini sedang terik-teriknya. Sinarnya membuat semua yang mendekatinya akan terluka. Terbakar kesakitan."Kamu nggak merasa ada yang perlu kamu bicarakan denganku?" Aku membuka percakapan kami, yang mulai dingin semenjak dia membuatku penasaran dengan 'anak kami'. Aku tahu jika dulu, ketika kami berpisah, dia sedang hamil. Namun ketika kami bertemu kembali, hingga mungkin malam itu dia keceplosan, dia tak pernah membicarakan anak kami. Bahkan ketika aku bertanya kepadanya, dia selalu menghindar."Aku sudah pernah bilang kan, aku tak mau membahasnya." Andira menatapku t
Read more
52. Dermaga Malam Ini
( PoV Albert )"Aku sadar aku salah Ra. Tak seharusnya aku cemburu sama Pak Aksara." Aku mengayunkan kakiku yang tengah tersentuh ombak di tepi dermaga. Malam ini, kami berdua bersama. Mencoba memperbaiki segala yang ada. Saling berjanji untuk tak bertingkah kekanak-kanakan, apalagi cemburuan.Aku akui, aku memang benar-benar marah saat Asmara pergi dan bertemu dengan Aksara bersama Bu Dira saat itu. Aku tak tenang. Gelisah tak menentu. Namun aku tak sedang marah dengannya. Aku marah pada diriku sendiri yang dengan teganya telah membohongi Asmara tentang apa yang terjadi di antara kami saat ini. Aku marah karena keegoisanku yang membuat Asmara menjadi milikku di tengah segala musibah yang dia alami.Namun aku bisa apa? Segalanya sudah terlanjur terjadi. Mundurpun aku tak akan bisa. Aku tak siap kehilangan Asmara bahkan sebelum aku memilikinya dulu. Dan kini ketika aku sudah memilikinya, aku tak akan melepaskannya."Nggak kenapa-kenapa kok. Wajar sih kalau kamu cemburu. Kamu kan pacar a
Read more
53. Siapa?
( PoV Albert )"Bu Dira? Ngapain ke sini? Bu Dira sakit?" Aku menghampiri Bu Andira yang tengah duduk di ruang tunggu pasien di depan poliklinik Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Wajahnya yang pucat membuatku langsung bisa menebak kalau beliau memang sedang tak sehat."Oh, Al. Kamu ngapain di sini?" Bu Andira tampak gugup setelah melihatku yang tiba-tiba muncul di hadapannya dan menyapanya."Ini, jadwal Mara check ke dokter. Dia kan masih belum pulih ingatannya Bu. Jadi ya, harus rutin tiap bulan ke sini. Itu, ruangannya di sebelah sana." Aku duduk di samping Bu Andira yang masih kosong."Oh, gitu." Jawab Bu Dira singkat. Aku menatap wajahnya yang tampak begitu tegang. Sepertinya beliau tak nyaman ada aku di dekatnya."Em, ya udah deh Bu, kalau Ibu nggak nyaman aku ada di sini, nggak apa-apa kok. Aku pergi aja ya." Aku bersiap berdiri. Ku amati lagi Bu Andira yang bahkan tak mau menatapku. Wajahnya menunduk. Aku yakin kalau beliau benar-benar sedang sakit."Al." Aku yang hampir berdiri
Read more
54. Perubahan
( PoV Albert )"Ra. Pelan-pelan dong makannya." Aku mengamati Asmara dengan begitu heran. Dia melahap semua makanan yang ada di hadapannya hanya dengan sekejap mata. Sebenarnya bukan hanya kali ini dia membuatku sedikit ragu. Semenjak kecelakaan di villa waktu itu, Asmara kadang kala terasa asing bagiku. Aku dulu mengenalnya sebagai seorang gadis yang lemah. Dia sering sekali sakit-sakitan. Dia tak tahan udara dingin. Dia juga tak suka dengan teriknya matahari. Dia bahkan tak pernah ingin keluar malam sendiri karena memang pandangan matanya yang bermasalah di malam hari. Tapi, wanita yang di hadapanku ini, sama sekali tak seperti itu."Habisnya enak sih Al." Asmara tak mengurangi kecepatannya melahap kepiting yang ada di hadapannya. Aku semakin curiga di buatnya."Jangan makan banyak-banyak Ra. Kamu inget kan dulu pernah gatal-gatal sekujur tubuh setelah makan pepes telur kepiting di rumahku?" Asmara yang aku kenal memang sangat alergi dengan seafood. Dia tak akan bisa tidur karena gat
Read more
55. Ingatan
( PoV Aksara )"Oke. Aku lihat-lihat, kenapa akting kamu jadi kaku gini ya, Sayang?" Aku menyeruput kopi hitam yang baru saja di antar oleh OB di kantorku. Hari ini ada jadwal aku bertemu dengan Mara yang sudah siap untuk melanjutkan syutingnya yang dulu tertunda. Ya, kita semua tahu, Mara baru saja kecelakaan. Dan aku juga lagi fokus sama hubungan aku dan Dira waktu itu."Hah? Maaf Pak. Sayang?" Mara yang bingung dengan panggilan yang baru saja aku lontarkan, langsung bereaksi. Dia mengernyitkan dahi tanda dia tak mengerti."Oh, sorry Ra. Salah ngomong ya aku. Maklum lah Ra, habis lembur, jadi kangen sama istri. Hehe." Aku yang juga baru menyadari jika aku sudah kelepasan, segera mencari alasan."Gitu ya Pak. Ya udah kalau Bapak capek dan kangen sama Bu Manda, ngobrolnya di tunda juga ndak apa-apa kok Pak." Mara menatapku dengan tatapan mata yang tak enak. Dia benar-benar terlihat sungkan dan menghormatiku. Seperti aku ini benar-benar hanya seorang bos baginya."Kok Manda sih?" Aku la
Read more
56. Hak
( PoV Andira )Pyaaarrr!Aku membanting piring berisi makanan yang sedari tadi aku bawa. Semua isinya berserakan di atas lantai. Begitupun pecahannya. Menghambur dan membaur bersama amarahku."Mau kamu apa? Mama sudah berusaha agar kamu segera sembuh Nak. Tapi kenapa kamu seakan ingin mati?" Aku putus asa. Di pojok kamar, aku terduduk. Meletakkan kedua tanganku di atas kepala. Ku remas rambut hitam panjangku yang memang sudah kusut sedari tadi. Aku tak tahu lagi harus bagaimana. Memang sudah lama matahariku tak bersinar. Namun setidaknya, aku ingin melihat pelitaku terus menyala."Mama capek Nak." Aku menangis. Entah apa yang keluar dari mataku. Air mataku serasa sudah kering. Aku sudah terlalu puas untuk menangisi hidupku. Atau mungkin aku sudah lelah menangisi semua yang selama ini aku alami."Mama pengen kamu sembuh" Aku memohon berkali-kali. Setelah sekian lama akhirnya aku melihat mata indahnya terbuka. Namun tetap saja dia tak mau bersuara. Dia tetap bertahan dalam hidupnya yang
Read more
57. Bercak Putih
( PoV Andira )"Sayang ini kenapa?" Aksara seketika menghentikan aktivitasnya, memijat punggungku setelah dia melihat sesuatu di sana. Dengan raut wajah yang sepertinya jijik, dia menunjuk ke arah yang dia maksud."Apa sih?" Aku buru-buru bangkit. Melangkah cepat ke arah cermin, kemudian mencoba untuk melihat punggungku. Ada apa di sana."Kamu panuan ya Dir? Hahaha. Buruan beli obat sana. Ntar malah nularin aku lagi." Tanpa memikirkan apakah aku akan sakit hati dengan ucapannya atau tidak, Aksara melontarkan hinaannya kepadaku. Dia memang lelaki gila. Dan kurang ajar tentunya. Kehidupan yang telah merubahnya. Aksara yang dulu aku kenal, tak seperti ini. Aku yang dulu begitu mencintainya, kini sangat membencinya."Diam ya kamu!" Aku berjalan ke arahnya. Mengambil piyama hitam yang tergeletak di sampingnya, dan mengenakannya kembali."Makanya kalau mandi itu yang bersih. Biar nggak kena penyakit kulit. Jijik banget sih." Dia melanjutkan ocehannya yang membuatku geram. Ingin sekali aku m
Read more
58. Tantangan
( PoV Asmara )"Cut! Oke! Kita istirahat dulu ya!" Akhirnya setelah take berulang kali, Pak sutradara itu merasa puas. Memang tak mudah beradegan berkelahi, karena saat ini aku sedang bermain di dalam film action dimana aku berperan menjadi seorang polisi wanita yang sedang menjadi mata-mata di kalangan mafia narkoba."Capek ya? Ini minum dulu." Pak Aksara mendekatiku yang sedang duduk menatap cermin. Dia memasang senyum yang begitu manis kepadaku. Entah kenapa aku merasa ada yang aneh dengannya semenjak pertama kali melihatku waktu itu, setelah aku hilang ingatan. Dia seperti sedang kasmaran kepadaku. Dia tak pernah absen sedikitpun dan tak pernah tak mengikutiku kemanapun aku pergi untuk bekerja. Bahkan ketika harus pergi ke puncak gunungpun seperti saat ini, dia juga turut serta. Padahal aku tahu, pekerjaan di kantornya juga sedang banyak. Dia selalu bersikap manis dan mencoba untuk merayuku. Dan kedua istrinya itu, apakah Aksara tak merasa cukup dengan keduanya?"Makasih ya Pak."
Read more
59. Kebenaran
( PoV Albert )"Sekarang kalau kamu pikir, masuk akal nggak kalau kamu pacaran sama dia? Masuk akal nggak kalau kamu suka sama dia? Dia itu playboy Ra. Dia emang selalu godain kamu, tapi kamu nggak pernah mau." Darahku mendidih. Bisa-bisanya Aksara memberitahukan bagaimana hubungannya dengan Asmara dulu. Belum puaskah dia dengan dua orang wanita dewasa dan cantik yang menemaninya saat ini? Apakah dia harus mengganggu Asmara yang bahkan tak ingat siapa dirinya? Apakah dia akan mengambil seseorang yang bahkan hanya di jadikan permainannya saja? Apakah dia ingin Asmara kembali setelah dia meninggalkannya demi Bu Andira dulu? Kurang ajar memang."Aku nggak yakin sih. Cuma ketika dia bilang ke aku buat tanya sama kamu, aku jadi penasaran. Apalagi dia juga bilang kalau semua kru yang kerja sama kita saat ini tahu semua soal aku sama dia dulu. Dan yang lebih gilanya, dia bilang kalau Bu Manda dan Bu Dira juga tahu." Asmara terlihat penasaran. Ekspresi wajahnya tampak kebingungan. Tampaknya di
Read more
60. Akhirnya
( PoV Albert )"Al. Kok kita nggak pulang?" Asmara mengernyitkan dahinya menatapku. Mungkin merasa bingung mengapa aku tak mengantarkannya pulang. Akupun tak yakin mengapa aku membawa Asmara ke tempat ini. Tempat yang selalu aku kunjungi setiap kali aku merasa tak bahagia. Atap Rumah Sakit."Aku lagi nggak pengen pulang. Perasaanku nggak nyaman banget." Rasanya aku ingin sekali jujur kepadanya. Rasanya aku lelah bersembunyi. Bersembunyi di balik kebohongan ini. Namun, rasanya juga sulit sekali untukku. Sulit jika akhirnya aku melihat kebencian di matanya. Sulit jika akhirnya dia menjauh dan pergi meninggalkanku. Sulit jika akhirnya harus melihatnya menganggapku sebagai kakaknya lagi. Aku tak yakin jika aku akan sanggup menjalani hidupku setelah aku mengatakannya kepadanya. Namun semakin aku bersamanya, semakin aku tak memiliki hak untuk membuatnya menderita."Kamu masih belum percaya kalau aku cinta sama kamu?" Asmara dengan lembut memelukku dari belakang. Dekapannya yang begitu hangat
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status