Semua Bab Istri Bohongan CEO: Bab 101 - Bab 110
125 Bab
101. Jangan Biarkan Kakaku Menangis.
Sangat sering Valerie menangis setiap kali mengingat nasib adiknya, tetapi apa yang bisa dia lakukan? Valerie sudah melakukan semampu yang dia bisa, membuat Nicky berobat ke berbagai tempat dan bekerja tanpa henti untuk mencukupi biaya perobatan adiknya. Penyakit ini memang sangat kejam, membuat Nicky menjadi seperti yang sekarang. Tanpa sadar, air mata Valerie jatuh di kedua pipinya, tak kuasa membayangkan bagaimana dirinya akan hidup tanpa Nicky nanti.Apakah Valerie mampu? Dia memang sudah berbahagia dengan pernikahannya. Valerie memiliki dua anak yang akan membuatnya sibuk dan terhibur. Tetapi tetap saja itu tidak bisa membuat Valerie melepaskan adik yang dia urus sejak masih sangat kecil.“Nick, kumohon sembuh lah,” bisiknya hampir tak terdengar.Lihat lah wajah adiknya itu. Bibir mungil Nicky memang tersenyum tetapi raut wajah penuh penderitaan itu tidak bisa Nicky sembunyikan dari Valerie. Rasanya, ingin sekali dia meraung ketika melihat adikn
Baca selengkapnya
102. Kau Separuh Dari Nyawaku.
“Kenapa ini sangat sulit?” keluh Valerie, ketika membuka resleting gaun pengantin di bagian punggungnya. Ini sudah beberapa menit dia mencoba, tetapi entah apa yang menghalangi resleting itu sehingga menyangkut tidak bisa dibuka.Melirik ke arah pintu, belum ada tanda tanda Jupiter akan kembali setelah tadi berlari membawa Nicky ke luar dari kamar mereka.Sekali lagi, Valerie mencobanya. Tetapi tetap saja dia kewalahan. Valerie mendudukkan diri di atas sofa dengan napas berat yang dia embuskan.“Mungkin Piter kembali ke pesta?”Bisa saja seperti itu. Di bawah sana pesta pernikahan mereka masih terus berlanjut. Jupiter sengaja membawa Nicky kembali ke kamar, untuk tidak membuat istrinya kelelahan. Meski dokter berkata kondisi kandungan Valerie sudah membaik, siapa yang menyangka jika kelelahan bisa saja kehamilannya akan beresiko lagi?“Jupiter tidak mungkin meninggalkan pesta secepat itu. Astaga, bagaimana aku akan tid
Baca selengkapnya
103. Pengorbanan Kakak Ipar
“Piter,” panggil Valerie lembut. Wajahnya menengadah untuk melihat suami yang tengah bersandar di kepala ranjang. Lelaki itu hanya bergumam untuk menjawab panggilan dari sang istri.Dia diabaikan demi sebuah benda persegi yang menampilkan laporan-laporan pekerjaan yang tidak Valerie mengerti. Valerie menjadi sedikit kesal karenanya.Bukan kah mereka baru saja menikah? Tadi malam adalah malam pertama mereka, dan pagi ini Jupiter sudah sibuk dengan pekerjaan? Tampaknya, lelaki itu seperti tidak ingin dijauhkan dari pekerjaan, bahkan setelah dia memiliki istri.Telunjuk lentik Valerie bermain di dada Jupiter. Dia jalarkan jari jarinya untuk menyusuri bulu-bulu di sekitar dada Jupiter, tak lupa memilinnya sesekali, membuat bulu-bulu itu seperti mainan. Valerie sengaja mencari perhatian dari suami yang masih sibuk dengan MacBoook-nya.Tidak ada respons. Jupiter masih setia dengan pekerjaan yang tak lepas dari matanya.Valerie memajukan bibir
Baca selengkapnya
104. Istriku Yang Mengambek
 Ketika membuka pintu kamar, Valerie melihat Jupiter tengah berbaring di atas ranjang dengan macbook yang masih setia dia pandangi. Tak ada yang berubah, bahkan posisinya sama persis seperti saat dia berbaring bersama Jupiter di sana. Entah kenapa Valerie merasa kesal sudah berlarian dari bawah sana karena memikir kan suaminya itu. Jangankan untuk berdiri seperti yang Valerie pikirkan, ternyata lelaki itu justru tidak terlalu peduli dengan kedatangannya.Oh lihat lah Jupiter yang hanya melirik sekilas dan bergumam tidak terlalu jelas.“Kau sudah kembali, Sayang? Aku pikir kau akan lama di bawah sana.”Apakah dia berharap Valerie berlama-lama saja di bawah? Sebenarnya, lelaki seperti apa sih suaminya ini? Bukannya senang melihat istrinya kembali, dia justru bertanya demikian. Geram, rasanya ingin Valerie mengomel. Tetapi dia tahan itu agar Jupiter sendiri yang menyadari kesalahannya.Valerie tidak akan mengemis perhatian pada lelaki itu, d
Baca selengkapnya
105. Hadiah Bulan Madu.
“Piter, ini... kenapa di sini sangat sepi?”Valerie menatap bingung pada bangunan vila yang mereka datangi sebagai tempat untuk berbulan madu. Sepi. Hanya ada mereka dan beberapa pengawal juga pelayan yang  sengaja mereka bawa dari mansion. Tak ada barang satu pun orang asing yang mereka temukan di sana. Dia menatap Jupiter dan bangunan yang pintunya dibuka lebar-lebar, menunggu jawaban dari sang suami.“Apakah kita tidak salah tempat?” katanya, saat Jupiter hanya tersenyum menatapnya.Lelaki itu segera memeluk pundak Valerie, meremasnya dengan lembut. Jupiter menempelkan pipinya pada milik Valerie dan berkata dengan sangat romantis.“Tentu saja tidak, Sayang. Aku sengaja menyewa satu resort ini khusus untuk kita berbulan madu. Aku tidak ingin seseorang mengganggu honeymoon yang diinginkan oleh istriku.”Menyewa satu resort? Valerie menelan salivanya.Yang dia ingat, jalan menuju villa ini sangat panj
Baca selengkapnya
106. Wanita Hamil Yang Sensitif
 “Piter, aku tidak ingin makanan pedas!”“Ya, Sayang!”“Piter, es krim ini terlalu banyak mengandung pemanis!”“Baik, Sayag, akan kukatakan pada pelayan untuk menguranginya.”“Piter, ini pakaianmu jangan meletakkannya sembarangan!”“Siap, Sayang!”“Piter, katakan pada pelayan laundry untuk mengganti softener-nya. Aku tidak suka bau seperti ini.”“Tentu, Sayang!”“Piter, baumu sangat tidak enak. Jangan dekat dekat padaku!”Sejak kehamilan Valerie semakin besar, dia menjadi sangat sensitif dalam hal apa pun. Suaranya jika berbicara, jangan ditanyakan lagi. Mungkin jika Jupiter tinggal di rumah kecil yang bertetangga kiri dan kanan, yakin lah para tetangga akan geram mendengar teriakan mereka setiap saat. Belum lagi hidungnya yang selalu tidak bersahabat, semua bau dia benci, tidak suka akan wewangian. Jupiter sa
Baca selengkapnya
107. Ada Apa Dengan Istriku?
“Sayang...!”Valerie menjerit sangat keras, membuat Jupiter yang baru saja keluar dari dalam kamar menjadi terkejut luar biasa. Lelaki itu memutar tumitnya cepat dan segera kembali untuk memastikan keadaan sang istri. Tadi, ketika dia akan keluar, Piter meninggalkan Valerie tengah berbaring di atas ranjang. Tetapi ketika dia memasuki kamar itu, betapa terkejut dia melihat istrinya yang berdiri dan bergantung pada meja nakas.Jupiter segera mengejar tempat sang istri yang terlihat panik dan ketakutan. Dia memeluk pinggang Valerie dan bertanya dengan acak.“Kenapa, Sayang? Valerie, katakan ada apa? Kau merasa sakit? Di mana itu? Di sini?” Dia meletakkan tangannya di perut Valerie sembari melihat perut buncit itu.Astaga! Mata Jupiter melebar melihat sesuatu di ujung kaki istrinya. Segera dia berjongkok untuk memastikan penglihatannya.Benar saja. Itu adalah cairan bercampur darah yang terus mengalir dari celah paha Valerie.
Baca selengkapnya
108. Ini Sangat Sakit.
“Tuan, begini. Istri Anda...”“Katakan dengan cepat, Dokter! Ada apa dengan istriku?” potong Jupiter sangat cepat, mendahului dokter yang terpaksa menghentikan ucapannya. Lelaki itu sangat tidak sabaran sehingga dia menatap sang dokter tajam.  “Katakan, jangan berlama-lama!” katanya lagi, saat baru saja dokter akan membuka mulut untuk bicara.“I-iya, Tuan. Istri... istri Anda tidak kenapa-kenapa. Maksud saya... pembukaannya hanya belum sempurna. Jadi, kita harus menunggu beberapa saat lagi, sampai semua pembukaan lengkap.” Dokter saja sampai terbata bata berbicara.“Hanya ingin mengatakan itu saja kau seperti melihat hantu?” Piter sangat kesal, sejak tadi pikirannya sudah dipenuhi dengan ketakutan luar biasa. “Katakan, berapa lama kita akan menunggu. Dan tentang darah yang keluar, apakah itu normal? Tidak ada sesuatu yang harus ditakutkan?” katanya lagi, tidak bisa membiarkan sedikit in
Baca selengkapnya
109. Kebencian Di Balik Kebahagiaan.
Bayi mungil yang sangat cantik. Raena Lemanuel, nama yang mereka berikan untuk putri cantik yang baru Valerie lahirkan. Kini bayi itu tertidur dengan lelapnya di dalam dekapan Valerie, dengan pucuk dada ibunya yang masih menempel di dalam mulut. Sepasang suami istri yang tengah berbahagia itu menatap kagum pada keajaiban di depan mereka.“Dia sangat cantik. Adik bayiku sangat cantik.” Rainer masuk dan langsung memuji adik bayinya, membuat pasangan suami istri itu mengalihkan mata untuk melihatnya.“Tentu saja, adik bayimu sangat cantik dan mirip denganmu,” sahut Valerie, tersenyum sangat lembut pada putra pertamanya.“Benarkah?” Mata Rainer berbinar mendengar perkataan ibunya. Anak itu lantas naik ke pangkuan sang ayah untuk bisa melihat lebih dekat lagi wajah baby Raena. “Benar, Raena sangat mirip denganku. Ayah, coba kau lihat, bibir kami berbentuk sama.” Dia berkata girang.Tentu saja itu benar. Rainer da
Baca selengkapnya
110. Sampai Kau Kehilangan Segalanya.
Brak!Suara benda yang diletakkan kasar di atas meja, mengejutkan lelaki yang tengah duduk di depannya. Marius mengangkat wajah, keningnya mengerut pertanda dia tengah bingung akan sikap wanita yang belakangan ini menjadi kekasihnya. Apalagi melihat Megan dengan wajah garang dan tangan berkacak pinggang, dia tahu wanita itu tengah marah.“Ada apa? Kenapa kau marah-marah tidak jelas?” tanya Marius, tidak senang akan tingkah Megan.“Kau masih bertanya?” Bukannya takut, Megan semakin garang menunjukkan kemarahannya. “Kau masih bisa duduk dengan santainya membaca tabloid? Marius, apakah kau tidak memikirkan rencana kita?”“Tentu saja aku memikirkannya. Tapi kau sendiri yang berkata kita harus menunggu, kan?” Lelaki itu balik bertanya.Beberapa bulan yang lalu, Marius sudah menyusun rencana untuk menculik Valerie di hari pernikahannya, tetapi Megan melarang. Dia menyuruh Marius untuk sedikit bersabar sehin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status