All Chapters of My Sweet Wife : Chapter 31 - Chapter 40
43 Chapters
Part 30 (Sebuah Kebohongan)
“Bagaimana keadaannya dokter?” tanya Riko panik. Dokter dengan name tag, Ariani, yang selesai melakukan pemeriksaan USG, meletakkan transduser dan menoleh ke arah Riko yang mengernyit. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Pak. Istri Anda hanya perlu banyak istirahat dan menjaga pola makan, karena ada kehidupan baru di dalam rahimnya. Beliau sedang hamil, Pak,” ucap sang dokter ramah. “Ha-hamil?” Ucapan Riko terdengar seperti pertanyaan yang membuat dokter muda itu bingung. “Iya, Pak. Usia kandungannya berusia 4 minggu,” ucapnya penuh keyakinan.  “Selamat ya, Pak. Nanti akan saya resepkan vitamin dan obat pereda mual,” imbuhnya. Riko tertegun. “Kalau begitu saya pamit. Tolong dijaga pola makan dan emosinya, Pak. Ibu hamil akan mudah tertekan dan mengalami penurunan nafsu makan drastis.” “Baik, Dok, terima kasih,” ucapnya kemudian. Untuk beberapa saat lamanya, Riko hanya termenung dengan tubuh membeku. Tak ada niatan
Read more
Part 31 (Sebuah Penjelasan)
Riko mengumpat berulang kali saat jalanan malam ini macet.“Sial!” Riko memukul kemudi dengan kedua tangannya.Sejak tadi, firasatnya begitu buruk ketika nomor ponsel istrinya tidak bisa dihubungi.Beruntung, papa mertuanya mengabari jika istrinya baik-baik saja dan sudah berada di rumah.Sesampainya di rumah, Riko yang baru saja pulang terlambat, tak mendapati sang istri menyambutnya. Bahkan hingga ia masuk ke kamar, pria itu tak juga mendapati keberadaan Mita.“Ke mana dia?” gumam Riko seraya melepaskan sepatu dan pakaian kerjanya, sebelum masuk ke kamar mandi, untuk membersihkan diri.Ceklek ...Sesaat Riko belum menyadari bahwa sang istri sudah berada di dalam kamar. Tepatnya di walk in closet, menyiapkan pakaian untuknya.“Eh, Sayang?” pekik Riko kaget.Seperti biasa, Mita meraih tangan Riko dan mencium punggung tangannya. Namun, ketika pria itu akan mencium dahinya, Mita seolah m
Read more
Part 32 ( Masalah Baru)
Mita hanya mampu terpaku melihat suaminya dipeluk oleh wanita lain, yang hingga kini masih terisak.Ya, setelah menerima telepon dadakan di ponsel suaminya, Mita segera bangun dan membersihkan tubuh seadanya. Pergi ke rumah sakit untuk memastikan keadaan Alyssa.“Maafkan anak saya ya, Nak,” ucap wanita lima puluh satu tahun, yang tak lain adalah mamanya Alyssa.Mita memaksa untuk tersenyum, meskipun itu sangat sulit.Memangnya wanita mana yang bisa melihat suaminya memeluk wanita lain?Apalagi kejadian itu tepat di depan matanya sendiri.“Tak apa, Nyonya. Saya bisa mengerti,” jawab Mita susah payah.“Hati kamu baik sekali, Nak. Terima kasih,” ucapnya tulus.Mita kembali menampilkan senyum yang tak sampai mata. Bohong jika dia tak merasa keberatan. Namun, melihat wajah sayu wanita paruh baya yang berada di sana, mengetuk hati nurani Mita untuk merelakan. Meskipun ia harus menahan seribu jarum
Read more
Part 33 (Pertengkaran)
“Kita harus bicara, Mita,” ucap Riko yang sudah menunggu sang istri keluar dari kamar mandi.Mita tertegun mendengar namanya disebut oleh suaminya. Selanjutnya ia tersenyum masam. Meratapi kemalangannya yang sudah jatuh ke dalam pesona pria yang sudah menikahinya.“Bicaralah,” balas Mita seraya menarik kursi dan duduk di sana.“Begini cara kamu berbicara dengan suami?”DegDada Mita berdetak kencang. Ada getaran yang mengisyaratkan kepedihan.‘Kenapa rasanya sesakit ini?’Menguatkan hati, Mita memutar badannya. Menatap ke arah pria yang kini yang masih berstatus menjadi suaminya.“Bicaralah!” ucap Mita dengan nada dingin yang menusuk. Padahal dalam hati ia menahan untuk tidak menangis.‘Sabar Mita.’Riko bangkit. Menghampiri Mita dan mengulurkan tangannya.Untuk beberapa detik lamanya, Mita hanya menatap tangan Riko. Tangan hangat yang
Read more
Part 34 (Keputusan)
“Jadi ... kamu sudah memutuskan dengan baik-baik?” tanya Dewi yang sejak tadi menunggu putrinya masih enggan berbicara.Mita yang sedari tadi menunduk dengan dua tangan yang saling bertaut, mendongak.“Atau ... kamu masih bimbang?”“Bukan begitu, Ma.”“Lalu?” Dewi meletakkan majalah di tangannya.Lantas Mita memberanikan diri menatap kedua bola mata wanita yang telah melahirkan dan merawatnya hingga saat ini. Ada setitik harapan yang terpancar di sana. Menguatkan hati, Mita mencoba menghela nafas sebelum kembali berkata.“Mita berniat  menarik kembali ucapan kemarin.”Lega. Itulah yang Mita rasakan di dalam hatinya. Meskipun rasa sakit itu masih ada, ia berusaha sekuat tenaga mempertahankan pernikahan. Mengingat semalam, suaminya juga mengatakan akan memperbaiki diri.“Bagus. Memang seharusnya seperti itu.”Mita menatap tak percaya dengan jawaba
Read more
Part 35 (Percikan Gairah)
Entah mengapa Mita merasa berdebar saat tatapan Riko memaku kedua matanya. Padahal, setiap ada kesempatan atau waktu hanya berdua sang suami tak berhenti menatapnya. Namun, kali ini semuanya berbeda.Rasanya sulit dijelaskan dengan kata-kata yang sering Mita pakai untuk mendefinisikan sebuah arti.Dan saat pertanyaan lirih disertai sentuhan lembut di dagunya, Mita terkesiap karena kegugupan yang melanda.“Mau dengar?”Nyatanya, hanya satu pertanyaan sederhana itu mampu membuat debaran di dada Mita semakin menggila. Dan untuk menuntaskan rasa penasarannya, ia mengangguk polos.Namun, semua itu tak bertahan lama tatkala Riko membisikkan kata-kata lirih tepat di depan wajahnya.“Ayah dan Bunda pengin cucu secepatnya.”Blush ...Seketika wajah Mita merona dengan tubuh yang membeku. Ditambah ajakan yang terkesan tak tahu malu yang Riko ucapkan semakin menambah warna merah hingga ke leher.“Bagaim
Read more
Part 36 (Penambah Semangat)
Telat di pagi hari karena hasrat yang tak bisa ditahan? Ehm, sepertinya itu wajar bagi pasangan pengantin baru. Mengingat semua itu berhubungan dengan permintaan para orang tua yang sudah mendambakan kehadiran calon anggota baru. Dan membahas keterlambatan, tentu saja tak ada yang akan menyalahkan mereka. Termasuk Bagas dan Dewi. Bukankah mereka pernah muda dan pernah berada pada posisi yang sama? Akan tetapi, semua itu tak lantas menjadikan Riko dan Mita tenang. Terutama Riko. Ada perasaan tak enak mengingat ia adalah seorang menantu. “Sepertinya Papa sudah berangkat, Kak.” Riko mengelus lengan istrinya. “Tak apa. Biar aku yang menjelaskan jika mereka bertanya.” Mita mengangguk dan mempersilakan suaminya duduk. Dengan cekatan, ia mulai mengisi piring Riko dengan sarapan yang sudah tersedia. Pun dengan piringnya sendiri. Mereka tampak fokus pada sarapan di hadapannya. Riko yang telah selesai melirik ke arah jam di tanga
Read more
Part 37 (Rasa yang Sama)
Riko memadamkan laptopnya dan segera bangkit meraih jas miliknya. Sesuai jadwal yang telah sekretarisnya bacakan bahwa ada meeting penting pagi ini. Dan sebelum itu, ia harus menemui papa mertuanya terlebih dahulu.“Permisi, Pak.”“Ada apa Shakila?”“Pak Rama sudah tiba di lobi dan sekarang sedang menuju ruang meeting. Asisten pribadi beliau baru saja mengabarkan,” jawab Shakila.Riko mengernyit bingung. “Sudah datang?”Shakila mengangguk. “Iya, Pak. Beliau datang lebih awal dari jadwal yang telah disepakati. Tadi saya juga sudah memberitahu sekretaris Direktur Utama tentang hal ini.”“Baiklah. Kalau begitu kamu ikut saya, karena saya tidak akan kembali ke ruangan sebelum jam makan siang berakhir.”“Baik, Pak. Mari,” Shakila menyilakan Riko berjalan lebih dulu.Riko diikuti Shakila berjalan menuju ruang meeting nomor delapan, sesuai dengan jadwa
Read more
Part 38 (Godaan Suami)
Satu keinginan diiringi sebuah hasrat yang menggebu tentu menjadi pemicu terciptanya percintaan singkat. Karena memang tidak ada pilihan, selain menyelesaikannya dengan cepat.Tiga puluh menit merupakan rekor tercepat bagi pasangan muda itu mendapatkan pelepasan. Dan sebagai akibatnya salah satu di antara mereka harus segera membersihkan diri. Ada tugas yang belum ia selesaikan di kantor.“Sini Mita pasangkan dasinya.” Wanita yang sudah memakai dres rumahan itu beranjak mendekati sang suami. Dengan telaten ia membenarkan simpul dasi yang tampak berantakan.“Mungkin ada beberapa pekerjaan yang akan menyita waktu siang ini,” ucap Riko dengan kedua mata yang masih menutup. Ia tak sanggup melihat penampilan sang istri yang semakin seksi di matanya. “Jadi ... mungkin aku akan pulang terlambat.”Tangan Mita yang sempat berhenti sesaat kini menepuk pelan dada suaminya. Lalu, mulai merapikan jas dan kemejanya agar terlihat lebi
Read more
Part 39 (Tamu tak Diundang)
Riko meletakkan ponselnya yang perlahan berubah menjadi gelap. Sudah ia pastikan jika wanita di seberang sana merajuk karenanya. Dan ini akan menjadi satu tantangan tersendiri di saat ia pulang nanti.Ah, hanya membayangkan saja Riko ingin segera pulang untuk mendekap istri manisnya itu.“Kamu itu lucu sekali, Sayang.” Riko membuka satu dokumen yang tertumpuk  di mejanya. Tak ada pilihan lain, selain menyelesaikan pekerjaannya terlebih dulu sebelum pulang.Namun, di saat ia sedang berkonsentrasi menelaah isi dari dokumen itu, satu suara pintu ruangannya dibuka dengan paksa.“Maaf, Pak. Bu –““Ri!”Riko menatap wanita yang menerobos masuk ke ruangannya tanpa kedip.“Maaf, Pak. Bu Alyssa memaksa masuk,” ucap Shakila.“Kamu bisa kembali ke tempatmu, Shakila,” titah Riko kemudian.“Baik, Pak.” Sekretaris itu pun keluar tanpa menutup pintu.
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status