All Chapters of Garden Of Mirror ( OBLIVION ): Chapter 21 - Chapter 28
28 Chapters
Page twenty
Page eighteen - Hate Tujuan manusia itu sama, meski beberapa di antaranya tidak melalui jalan kebaikan.   *** "Tuan." Suara menggema itu menyadarkannya dari lamunan. Pria yang sudah berhari-hari diam ini menoleh pada bagian dari dirinya yang lain, pada kekuatannya, pada lawan dari dirinya, doppelganger miliknya - Dammian. "Kau menemukanku." Pria itu tersenyum tapi tidak terasa tersenyum, hanya otot bibirnya yang ditarik. "Tuan, tuan tidak akan bergerak? Bellial ... " "Aku tahu, aku tahu Bellial mulai bertingkah aneh. Maksudku, dia memang aneh sejak awal aku mengenalnya, he he. Hah. Tapi dia jadi tidak seperti dirinya. Dia tidak mau bercerita padaku tentang apa yang terjadi, meski aku memaksanya, meski aku mengganggunya, dia tetap tidak mau bercerita." "Tuan, sampai kapan tuan akan menutup mata? Sampai kapan tuan akan menganggap semuanya masih bisa diatasi dengan kata? Tuan ingin sampai seperti apa?"
Read more
Page twenty one
Page nineteen - Bellial "Seorang Limmerence tidak dianjurkan untuk menikah. Aku hanya melakukan tugasku, aku tidak bisa." "Aku tidak memintamu menikah dan hidup denganku, aku memiliki calon suami. Aku tahu aku dianggap jelek karena tidak bisa menerima calon suamiku, tapi Bellial, bukankah cinta itu tidak bisa dipaksakan?" *** "Tuan, tuan jangan begini." "Diam! Diam! Diam kataku!" Limmerence yang tengah kehilangan kendalinya tersebut melemparkan barang yang ada di dekatnya, sedikit pun, Judas tidak mengelak. Ia menerima dengan baik setiap kekesalan dan kemarahan tuannya. Ia adalah bagian dari diri tuannya, ia tidak bisa menolak apa-apa yang tuannya berikan termasuk pukulan dan cacian. Sudah dua jam Bellial mengamuk dan berteriak seperti orang gila, sudah dua jam ia melemparkan barang dan senjata pada Judas. Ia terduduk di lantai, wajahnya memerah karena emosi, tapi, tidak ada yang bisa ia lakukan. Bellial merasa lump
Read more
Page twenty two
Page twenty - World Behind Aku bertindak terlalu jauh saat mencintaimu, aku bertindak terlalu jauh saat aku mencium tanah yang bekas kau injak, aku bertindak terlalu jauh menunggu mata kita saling menatap. *** Aku masih menunggu Savior, sudah tiga puluh menit berlalu dan dia belum muncul juga. Aku tahu Savior jauh lebih kuat dari Callahad, jadi, tidak mungkin Savior kalah, 'kan? Aku menggigiti bibir bawah karena gugup, mengingat malam semakin gelap dan angin semakin dingin. Aku sengaja fokus menatap dua kakiku, memperhatikan bagaimana bentuk jari kaki, kuku juga sepasang sandal yang sudah aku pakai sejak tiga tahun lalu. Bukan menghemat, tapi sandal ini sandal keberuntungan. Kenapa Savior lama sekali? Apa dia sengaja? Apa dia meninggalkanku karena marah? "Tuan?" Aku terlonjak, hampir saja aku memukul makhluk yang memanggilku dengan balok kayu. "Savior ... hah. Astaga, kau tidak bisa ya muncul dengan normal?
Read more
Page twenty three
Page twenty one - Salvation   "Rayshane, kenapa kau ini pelit sekali? Bukankah kalau kau kehabisan uang, kau bisa minta pada heirs brutal itu?" "Aku tidak pelit tapi perhitungan. Coba berkaca, kau itu menghabiskan makanan pokokku untuk satu minggu dalam satu hari!"   *** Aku berlari, yang aku tahu aku harus menemukan Callahad. Aku berlari dan tidak sekali pun menoleh ke belakang. Tidak juga kudengarkan teriakan Savior ataupun Diaval yang mencoba menghentikanku. Bagaimana ini?Bagaimana ini? Ada yang tewas, ada yang tiada. Bagaimana ini?Semuanya karena aku, semuanya terjadi karena aku yang tidak berguna. Harusnya aku menyerah saja sejak dulu. Harusnya aku mati saja, harusnya aku saja yang mati. Callahad! Langkah kakiku terhenti, aku hampir tersungkur jika bukan karena Savior yang menangkap salah satu lenganku. Di belakangnya Cassian dan Diaval menyusul. "Tuan ... "
Read more
Page twenty four
Page twenty two - The Truth   "Aku menembakkan peluru ke kepala yang harusnya aku lindungi dengan topi, dan aku membiarkan diriku tertabrak agar aku dibawa lari." *** "Callahad ... " Suara itu terdengar tenang, tidak bernada tinggi tidak juga bernada takut seperti sebelumnya. Seolah yang berdiri di hadapan tiga makhluk tersebut adalah orang yang tidak lagi sama. "Rayshane?" Diaval menatap pria yang ada di hadapannya, memastikan jika pria ini benar-benar saudaranya, benar-benar orang yang ia kenal sejak ia kecil. "Maaf ... saya tidak bermaksud membohongimu selama ini. Tetapi, saya tidak pernah benar-benar berbohong. Saya memperlakukanmu sebagaimana saya, sebagaimana saya yang menjalani kehidupan baru. Saya hanya meminjam nama itu." Pria yang seharusnya ketakutan dan menangis itu kini menatap Diaval dengan tatapan sulitnya, nada bicaranya tenang dan terasa asing untuk Diaval. Sementara makhluk yang Diaval yak
Read more
Page twenty five
Page twenty three - In Between   "Kenapa kehidupan beranjak dari gelap?""Ia ingin lebih baik, katanya." *** "Aku tidak akan minggir, aku juga tidak akan ragu untuk menghentikanmu. Tuanku sudah memberi perintah, ia yang akan memberi hukuman pada Bellial." Dammian menatap lurus pada sosok yang sama dengannya, sosok Doppelganger, perwujudan dari kekuatan yang di anugerahkan pada Savior dan Bellial. Judas diam, tidak ia menjawab tidak juga ia bergerak seolah ia yang tidak menolak keputusan yang Savior buat. "Judas, aku tahu. Aku tahu kau merasa sedih karena tuanmu, aku tahu kau ingin dia bahagia lebih dari siapa pun. Aku tahu jika kau, benar-benar peduli padanya, tapi jika kau diam, kau tidak akan pernah bisa menyelamatkannya." "Tuanku, tidak seperti tuanmu Dammian. Dia tidak pernah menganggapku sebagai teman atau saudara, dia hanya menganggapku sebagai alat. Aku adalah senjatanya, kekuatannya, hanya itu. Aku t
Read more
Page twenty six
Page twenty four - Ending   "Kenapa kehidupan beranjak dari gelap?""Ia ingin lebih baik, katanya." *** Dua makhluk yang ditinggalkan itu tidak saling bertanya, tidak saling menatap hanya diam menghabiskan waktu di antara mereka. Hingga malam pun terlewat, menjelang pagi dengan matahari yang muncul seolah tidak terjadi apa-apa. Sepasang mata terasa lelah, Limmerence yang ikut berjaga semalaman itu melewatkan salam pertamanya pada pimpinan baru mereka. Tidak apa pikirnya, ia dapat tugas yang lain dari raja. Sementara sepasang mata yang lain tidak mau tertutup, ia tetap memaksa untuk terjaga. Tidak tahu apa dan tidak tahu kenapa, seakan dia yang belum menerima kenyataan yang ada. Benarkah? Benarkah yang terjadi? Ia selalu menanyakan hal yang sama, ia selalu bertanya pada dirinya sendiri tanpa bisa menjawab. "Semuanya sudah berlalu. Sudah lewat, sudah terjadi. Seperti katanya, jika kau memen
Read more
Page special
Di suatu hari tanpa sengaja   Di suatu hari tanpa sengaja senja menghampiri kau dan aku.Kau berdiri, tegak kulihat.Aku duduk, gemetar. Di suatu hari tanpa sengaja teriakan itu terdengar.Siapa? Aku jawabmu.Kau takut dan aku ragu. Di suatu hari tanpa sengaja hujan datang.Kau bilang hari akan cerah, kau bilang matahari akan bersinar.Salah, aku yang percaya, bukan kau yang mengatakannya. Di suatu hari tanpa sengaja aku melihatmu berlari.Tidak begitu cepat, tapi tidak kukejar.Ada apa? Bukan begitu.Aku berdiri, gemetar. Di suatu hari tanpa sengaja kita kembali berdiri di tempat yang sama.Angin berbisik, memintaku pergi.Kau duduk, tegap. Di suatu hari tanpa sengaja senja menghampiri kau dan aku.Kau tidak lagi berdiri dan aku tidak lagi duduk.Di tanah lapang, di bawah matahari yang tenggelam.Kau matahari dan aku hujan.  
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status