All Chapters of Aku Madu: Chapter 11 - Chapter 20
119 Chapters
11. Marah
 “Perusahaan aku bisa bangkrut bila aku memberikan kamu kartu itu,” ucap Fathir.“Mas tahukan berapa pengeluaran yang harus aku keluarkan setiap hari setiap minggu dan setiap bulan," ungkap Farah.“Kamu sibuk dengan dunia kamu, kamu sibuk jalan-jalan dengan teman-teman mu, sedangkan kamu tidak memikirkan bagaimana aku dan juga anak kamu, anak kita itu masih kecil dia masih butuh kasih sayang ibu. Namun kamu lebih mengutamakan teman-teman mu. Satu minggu pergi dan kamu baru pulang sekarang, begitu kamu pulang kamu minta uang.” Fathir berkata  dengan begitu sangat kesal memandang wajah istrinya.“Aku pergi aku bilang ya Mas.” Farah membela dirinya.“Kamu bilang iya, memang kamu bilang dengan saya, kamu  pergi,” ucap Fathir.“Salah aku apa,” tanya Farah.“Kamu tanya salah
Read more
12. Bonus
 Fathir duduk di kursi kerjanya. Tangannya tidak ada henti-hentinya memijat pelipis keningnya. Kepalanya serasa akan pecah saat memikirkan masalah yang dihadapinya. Masalah keluarganya belum selesai.  Sekarang datang masalah baru. Ingin rasanya ia memecat semua karyawan yang ada di perusahaannya saat ini. Kalau bukan karena ulah karyawannya, kesalahan seperti ini tidak mungkin dilakukannya.Berulang kali pria itu memukul mejanya sebagai tempat pelampiasan kemarahannya.Pada saat itu Ia sengaja ingin menenangkan dirinya. Ruangan tempat kerjanya merupakan tempat yang mungkin paling nyaman yang dirasakannya. Fathir memilih minum dengan harapn bisa sedikit melupakan masalahnya. Ia meminum-minuman itu setelah jam kantor berakhir.   Fathir  yakin sudah tidak akan ada lagi karyawan yang tersisa.  Ia tidak menyangka bahwa masih ada karyawannya yang masih bekerja di malam hari.Fathir
Read more
13. Bertemu Direktur Utama
  "Aku nggak ngerti kenapa semua cleaning service diberhentikan dan sekarang masuk cleaning service yang baru." Clarissa memandang rombongan cleaning service yang baru datang. Shinta hanya menggelengkan kepalanya dan mengangkat bahunya. "Apa semuanya ada hubungan dengan kita?” tanyanya. "Maksudnya?” Clarissa bertanya dengan membesarkan matanya. “Kita diberi uang lembur, itu artinya perusahaan mungkin tahu kalau kita kerja di sini melebihi dari jam yang seharusnya." Melihat kejanggalan yang terjadi Shinta mengambil kesimpulan. “Apa karena itu mereka jadi benci sama kita?” tanya Carissa. “Aku rasa seperti itu,” ucap Sinta yang membesarkan matanya. Clarissa mengangkat telepon yang berbunyi di ruang pantry tersebut. “Halo ruang pantri di sini. Saya Clarissa. Apa ada yang bisa saya bantu,"  sapa Clarissa  saat mengangkat panggilan tele
Read more
14. Tamu
 Sinta memandang Clarissa yang masuk ke ruang pantri. "Ada apa?" tanyanya memandang temannya tersebut. Sinta memperhatikan wajah teman yang terlihat berbeda. Matanya tampak sembab seperti habis menangis. "Apa kamu dipecat?" tanya Sinta yang  begitu sangat menghawatirkan temannya.Carissa tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Clarissa tersenyum lebar hingga matanya terlihat begitu sangat kecil. "aku dikasi libur tiga hari." Clarissa mengangkat tiga jarinya. Clarissa berusaha menutupi masalahnya agar temannya tidak curiga.“Kenapa,” tanya Sinta.“Sewaktu aku mengantar kopi Aku pusing, jadi cangkir kopinya jatuh, makanya kata pak direktur aku libur aja dulu selama tiga hari." Clarissa berkata dengan raut wajah yang terlihat begitu sangat senang.“Aku merasa kamu sepertinya tidak sehat, ternyata pak direktur itu baik ya,” puji Sinta memandang temannya.
Read more
15. Kasihan
 Clarissa diam dan menelan air ludahnya ketika mendengar ucapan bosnya tersebut.“Kemarin saya tidak berani untuk melanjutkan pembicaraan karena kondisi kamu masih sangat takut dengan saya. Saya tahu setelah peristiwa itu, kamu pasti sangat trauma dan benci sama saya. Namun percayalah saya benar-benar tidak pernah berniat melakukan itu,” Fathir berkata dengan memandang gadis yang hanya menundukkan kepala didepannya. “Saya sangat tidak tenang sebelum masalah ini bisa selesai,” jelas pria itu.Clarissa hanya diam saat mendengar ucapan bosnya, dia tidak tahu harus berbicara apa saat ini.“Kamu tahu bahwa saya pria yang sudah beristri,” ungkap Fathir.Clarissa menganggukkan kepalanya."Saya sudah memiliki dua orang anak."Clarissa hanya diam saat mendengar penjelasan pria tersebut.Fathir diam cukup la
Read more
16. Jalan berdua
  Clarissa memegang dadanya yang  berdegup dengan hebatnya. Clarissa tidak menyangka bahwa bosnya akan datang ke rumahnya. Dari tatapan mata pria itu terlihat bahwa pria itu begitu sangat menyesal. "Risa tidak tahu apa yang harus Risa dilakukan," ucap Clarissa yang mengacak-ngacak rambutnya yang panjang. Ia hanya  duduk di atas kasur yang ada di dalam kamarnya. Clarissa masih ingat apa yang disampaikan oleh bosnya. Tidak ada satupun pilihan yang bisa diambilnya. Semua pilihan yang ada sulit untuk diputuskannya. Clarissa tidak mungkin meminta pertanggung jawaban dari pria tersebut atau meminta uang sebagai ganti rugi karena itu sama saja menjual harga dirinya. Clarissa menangis disaat menyadari tidak ada tempat untuknya mengadu atau sekedar meminta pendapat. "Ini sudah takdir yang harus aku dijalani. Aku cuma bisa pasrah dan jalani ini semua," ucapnya yang mengusap air matanya dan berusaha untuk tegar.
Read more
17. Makan Bersama
"Rumah kamu sayangnya nggak bisa dilalui mobil, jadinya jalan dulu ke dalam,” ucapnya ketika mobilnya berhenti di depan ruko yang berada di samping gang. “Iya pak, soalnya di sini harganya murah,” jawab Clarissa sambil sedikit tersenyum."Biar saya saja yang bawa," ucapnya ketika melihat Clarissa akan mengangkat kantong yang berisi ayam goreng."Risa saja pak," ucap Clarissa yang melepaskan kantong tersebut saat pria itu sudah menenteng kantong plastik itu lebih dulu.Clarissa berjalan di dalam gang kecil bersama bosnya. Ia berjalan menuju rumah kontrakan yang masih ditempatinya. Clarissa sedikit tersenyum saat memandangn bosnya yang menenteng kantong  ayam goreng."Alhamdulillah sudah sampai pak," ucap Clarissa yang membuka pintu rumahnya. Clarissa sangat kasihan ketika melihat keringat bosnya yang bercucuran di keningnya."Iya, ternyata di lu
Read more
18. Sayang anak
 Fathir memasukkan tas ke dalam bagasi mobilnya. Pria itu masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi.  "Panas sekali ya," ucapnya yang tersenyum memandang gadis cantik yang duduk di sampingnya. "Iya pak, cuacanya panas," jelas Clarissa yang menarik sabuk pengamannya. Fathir menyalakan mesin mobilnya. Ia menyalakan AC dan mengatur suhu terdingin, guna mendinginkan tubuhnya yang sangat kepanasan. Fathir mengusap Keringat yang menempel didahinya dengan tisu yang ada di dalam mobilnya.  Clarissa diam-diam memperhatikan bosnya. Clarissa memandang wajah bosnya sudah sangat merah. Bulir keringat menempel di dahinya. Clarissa memandang baju kemeja yang berwarna abu-abu pekat itu basah oleh keringat. "Saya tidak terlalu tahan berjalan kaki saat kondisi panas seperti ini.” Fathir merasa tidak enak hati saat gadis itu memperhatikannya. "
Read more
19. Tas 1 milyar
 Farah berjalan meninggalkan ruangan suaminya. Farah tidak menjawab sama sekali setiap ada yang menyapanya.Ia berjalan dengan gaya elegan nan angkuhnya. Tubuhnya yang tinggi dan langsing, wajahnya yang cantik dengan hidung yang mancung, membuat ia selalu menjadi pusat perhatian setiap kali datang ke kantor suaminya. Profesi artis yang dipegangnya membuat karyawan suaminya begitu sangat mengaguminya, dan  tidak ada henti-hentinya memuji kecantikannya.Farah masuk kedalam mobilnya. Ia memukul stir mobilnya dengan sangat kesal. "Sekarang kamu sudah pintar mengancam Aku mas," ucapnya yang  sangat geram saat mendengar ucapan  terakhir  suaminya."Kamu itu bukan anak kecil lagi yang harus aku urus,” Omelnya. Farah tidak terima saat suaminya mengatakan dia tidak pernah mengurus suami.Farah memandang jam yang melingkar di tangannya. Farah memukul stir mobilnya ber
Read more
20. Sarapan bersama.
 Clarissa memegang surat sertifikat rumah yang diberikan Fathir. Saat Fathir memberikannya surat kepemilikan rumah, Clarissa sudah  berusaha untuk menolaknya. Namun bosnya itu tetap memaksa agar dia menerima rumah tersebut. Clarissa melihat nama yang tertulis sebagai pemilik sertifikat adalah nama dia sendiri.  Baginya bisa tinggal di rumah seperti ini secara gratis saja,  sudah membuat ia sangat bersyukur tanpa harus memilikinya. "Gak pernah bermimpi mau tinggal di rumah seperti ini. Apa lagi memilikinya. Gak enak juga sama pak Fathir, dia ngasi ini pasti karena merasa bersalah. Kenapa waktu itu aku memaksakan diri untuk kerja," ucap Clarissa yang memandang ke sekeliling rumah tersebut. Bagi Clarissa rumah yang dimilikinya saat ini  begitu sangat mewah dan bagus. "Pak Fathir itu baik, ganteng, tapi sayang udah punya istri," ucapnya yang mengagumi bosnya secara diam-diam.Clarissa berjalan mengelilingi rumah barun
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status