All Chapters of Aku Madu: Chapter 61 - Chapter 70
119 Chapters
61. Risa Senang Di Sini
  "Abang berangkat dulu ya sayang," ucap Fathir, pria itu mencium kening istrinya. "Iya, hati-hati di jalan," ucap Clarissa. “Iya sayang. Adek jangan capek-capek banyak istirahat. Makannya nggak boleh sedikit. Nanti bila ada yang ingin dibeli telepon aja Abang. Ingat ya, jaga anak kita,” ucap Fathir yang tersenyum dan mengusap perut istrinya. “Iya,” jawab Clarissa yang tersenyum memandang wajah suaminya. “Papi kerja dulu ya nak, jagain Mimi," ucap Fathir yang mengusap perut Istrinya. Pria itu kemudian mencium perut istrinya berulang-ulang kali. “Iya tapi Papi juga nanti jangan terlambat makan,” ucap Clarissa mengambil tangan suaminya dan mencium punggung tangan suaminya. “Iya sayang, Abang kerja dulu,” ucap Fathir yang mencium kening istrinya dan mencium bibir istrinya sekilas, se
Read more
62. Ingin Makan Cempedak Hutan
  Clarissa mulai mencari hiburan yang ada di televisi. Clarissa menghentikan pencariannya ketika melihat acara berita. Clarissa melihat suaminya yang sedang melakukan klarifikasi mengenai statusnya dengan Farah. Raut wajah suaminya begitu sangat berbeda ketika melakukan klarifikasi tersebut. Tatapan mata suaminya terlihat bahwa saat itu ia sedang menahan rasa marah dan kecewa. Gaya bicaranya juga terdengar begitu sangat datar. Clarissa mulai menyimak berita yang saat ini sedang ditontonnya di televisi. Clarissa seakan tidak percaya ketika melihat tayangan-tayangan tentang video dan pemberitaan Farah. Clarissa juga melihat aksi Farah yang tertangkap oleh kamera saat di dalam kamar hotel. Clarissa menutup mulutnya ketika melihat berita tersebut. Clarissa merasakan sakit di hatinya ketika mengetahui bahwa mantan istri suaminya itu ternyata telah menghianati suaminya. Penghianatan yang dilakukan oleh wanita itu terekam oleh publik. Clarissa
Read more
63. Terburu-buru
 Setelah memutuskan sambungan telepon dari bosnya, David meminta kepada anggotanya untuk berpencar mencari  cempedak hutan tersebut. Sedangkan pria itu melajukan mobilnya ke pasar buah. David mendapatkan informasi dari pedagang buah, bahwa ternyata di pasar buah selalu ada buah-buah berbagai jenis walaupun sedang tidak musim. David mengemudikan mobilnya menuju ke pasar buah. David  sangat tidak sabaran saat melewati jalanan ibukota yang begitu sangat macet, berulang kali pria itu menekan klakson mobilnya dan meminta jalan, agar mobil didepannya mau membuka jalan untuknya. David begitu sangat lega ketika pria itu sampai di pasar buah. David memberhentikan mobilnya di areal parkir yang disediakan oleh pasar buah. Pria itu melihat jam yang melingkar di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 1 siang, sedangkan batas yang diberikan oleh bos nya sebelum jam 2 siang. David sedikit ber
Read more
64. Punya Istri
 Clarissa baru terbangun dari tidurnya ketika suaminya menghubunginya. Clarissa tertidur setelah makan siang. Pengaruh kehamilannya membuat Clarissa begitu sangat mudah mengantuk dan tertidur. Clarissa langsung bergegas ke kamar mandi. Ia menyempatkan untuk mandi sejenak  untuk menghilangkan rasa gerahnya. Clarissa keluar dari dalam kamar mandi setelah mandi ala kadarnya.  Clarissa mengenakan baju yang terlihat begitu sangat cantik. Dress berwarna kuning kunyit yang panjang selutut dengan memiliki tali pita di bawah dadanya. Dress pendek lengan itu terlihat begitu sangat cantik di tubuhnya yang langsing dan juga tinggi dan perutnya juga masih belum terlihat. Clarissa menyisir rambut pendeknya. Clarissa mengusap krim wajah di wajahnya, dan kemudian melapisi wajahnya dengan bedak yang begitu sangat tipis. Clarissa hanya merias wajahnya dengan sangat sederhana, karena memang dia t
Read more
65. Kenapa Aku Menolongnya
  Fathir duduk di atas tempat tidur bersama dengan istrinya. Pria yang sedang menonton televisi itu berulang-ulang kali memandang ke arah istrinya yang sedang sibuk makan cempedak hutan yang di goreng tepung. Clarissa tersenyum memandang suaminya yang sejak tadi lebih fokus memperhatikannya daripada memperhatikan layar pipih yang menempel di dinding. “Enak kali ya Dek,” ucapnya yang memperhatikan istrinya hanya makan sendiri tanpa menawarkannya. Clarissa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Abang nggak boleh minta lagi tadi sudah Risa beri,” ucapnya yang menggigit goreng cempedak tersebut. “Dek lagi hamil itu nggak boleh pelit, makan cempedak juga nggak boleh banyak,” ucap Fathir. Fathir masih begitu sangat ingin memakan cempedak hutan yang dimakan oleh istrinya. Walaupun ia baru mencoba rasa buah tersebut, namun ternyata rasa buah itu
Read more
66. Satu Keluarga
“Bang anak-anak ikut,” tanya Clarissa yang memandang wajah suaminya. “Nggak,” ucap Fathir. “Kenapa nggak dibawa,” tanya Clarissa yang memandang ke segala sudut rumah. Mencari keberadaan dua anak kecil tersebut. “Papinya pengen berduaan dengan miminya,” ucap Fathir yang tersenyum memandang istrinya. "Anak-anak mana bang?" tanya Clarissa ketika Ia tidak melihat keberadaan Devan dan sheren. “Lagi dibawa mama ke kamar mama, jadi mereka main di kamar,” ucap Fathir. “Kenapa,” tanya Clarissa. “Kalau dilihatnya kita mau keluar yang ada nanti dia minta ikutan. Kalau nggak diajak malah nangis," ucap Fathir. “Tapi Risa belum pernah mengajak mereka jalan-jalan, main-main di luar,” ucapnya. “Gimana mau mengajak mere
Read more
67 Bermain Bersama
  “Devan udah besar, udah bisa duduk sendiri,” ucap Fathir yang memandang putranya yang duduk di bagian posisi pintu. “Aku masih kecil Papi,” ucap Devan yang kemudian berpindah duduk ke posisi bagian tengah. Clarissa tersenyum memandangnya. Mereka tidak ada henti-hentinya tertawa ketika melihat tingkah lucu Sheren dan juga Devan yang sudah sangat pandai berbicara. “Apa kita akan memilih taman ini Pak,” ucap supir pribadi Fathir yang memberhentikan mobilnya di sebuah taman yang berada di tengah kota. Fathir memandang istrinya. “Iya Bang di sini aja,” ucap Clarissa. “Iya boleh Pak Udin,” ucap Fathir. “Baik Pak,” ucap Udin yang mencari parkir untuk mobil yang dikemudikannya. Udin memarkirkan mobil tersebut di areal parkir ya
Read more
68. Sinta
David memandang gadis yang berbaring di atas tempat tidur. Wajah gadis itu tampak pucat. David memperhatikan wajah gadis itu. Sampai sekarang dia belum tahu siapa nama gadis tersebut. David sedikit tersenyum ketika melihat gadis itu sudah membuka matanya. David begitu sangat lega ketika melihat gadis itu sudah mulai sadar. “Di mana ini,” ucap gadis tersebut yang memandang ke kanan dan ke kiri, untuk memastikan di mana saat ini ia berada. “Kamu sekarang ada di rumah sakit,” jawab David. “Kenapa aku ada di sini? Aku baik-baik sajakan?" ucap Sinta. Sinta memandang tubuhnya ke bawah untuk memastikan kondisinya. Sinta memegang pelipis keningnya yang terasa pusing. “Kamu sekarang berada di rumah sakit, maafkan aku tadi aku tidak sengaja,” ucapnya. “Tidak sengaja apa,” tanya Sinta. David sedi
Read more
69. Kenapa Tidak Pulang
 Sinta begitu sangat gelisah, ia berjalan-jalan di dalam kamar yang saat ini ditempatinya. “Gimana caranya bisa keluar dari sini, aku udah nggak punya uang,” pikirnya. Sinta harus menghemat uang sisa gajinya agar bisa naik busway ke kantor, karena memang posisi rumahnya sangat jauh dari kantor. “Orang yang mengantar tadi siapa,” ucapnya yang mengusap wajahnya dengan sangat kasar. Sinta memandang jam yang menempel di dinding yang sudah menunjukkan jam 5 sore. “Katanya tadi jam 4 mau ke sini, ini sudah jam 5,” ucap Sinta yang sudah sangat cemas dan takut bahwa orang itu sudah meninggalkannya begitu saja. Sinta perlahan-lahan berjalan menuju ke pintu.  Sinta membuka pintu kamarnya dan memandang ke kanan dan juga ke kiri untuk melihat Situasi. "Sepi, kalau langsung pulang ada yang mengejar nggak ya," ucapnya di dalam hati. Namun Sinta menggelengkan kepalanya, “nanti
Read more
70 Selalu Ramai
 “Apa jalan saya terlalu cepat,” ucap David yang memandang ke belakang dan menghentikan langkahnya. Dengan cepat Sinta menghentikan langkahnya ketika melihat David sudah berhenti di depannya. “Tidak Pak,” jawabnya. “Jadi kenapa kamu berjalan di belakang saya,” tanya David. “Saya tidak enak pak bila jalannya sejajar dengan bapak,” ucap Sinta yang melihat pakaian pria di depannya yang memakai jas rapi. Melihat tampilan pria itu, terlihat bahwa pria itu bukan orang sembarangan. Sedangkan dirinya hanya memakai baju seragam berwarna biru pekat yang memiliki tulisan cleaning servis di belakang punggungnya. **** Clarissa memasangkan dasi suaminya. Clarissa tersenyum memandang wajah suaminya. “Kenapa senyum-senyum lihat abang,” tanya Fathir. Clarissa begitu sangat malu ketik
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status