All Chapters of Bright Pearl: Chapter 21 - Chapter 30
49 Chapters
Chapter 21: Si Buta dan Si Bisu
Roh Yu Jian Hua seolah kembali hingga ia bisa merasakan sakit di setiap inchi tubuhnya. Ngilu itu sampai ke pangkal lengan ketika jari telunjuk digerakkan. Namun, Yu Jian Hua tetap memaksakan diri. Laki-laki itu bahkan berusaha bangkit dan gagal berkali-kali. Seperti tertindih batu ribuan ton, tidak ada kesempatan untuk Yu Jian Hua bisa bergerak dengan kekuatan seperti itu. Lagi pula, tempat itu terlalu gelap. Ia sempat berpikir mungkin tempat itu adalah jurang yang tidak terjamah di bumi. Aroma akar kering dan tanah membuatnya yakin. Begitu senyap dengan rasa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Ujung jarinya meraba kasar setiap hal, hingga pikirannya pun dipenuhi bayangan tentang betapa buruk dan tidak nyaman tinggal di tempat itu. Tapi, tentu lebih aman, karena tidak ada energi makhluk dimensi lain yang dirasakan. Jika hanya binatang dan serangga beracun tidak akan bisa membunuh Yu Jian Hua begitu saja. Sampai ketika Yu Jian Hua teringat tentang matanya yang terluka. Ia mulai gu
Read more
Chapter 22: Hutan Asing dan Yang Terbuang
Tongkat diayun. Serupa tarian yang menyibak daun-daun kering. Indah namun berbahaya jika didekati. Setelah berpuluh-puluh hari hanya berkultivasi di atas tempat tidur, sekarang Yu Jian Hua berani menantang alam. Ia belajar mengenali setiap hal yang ia pijak. Belajar percaya dengan apa yang ia dengar dan belajar mengakrabkan diri dengan cara menyentuh. Tongkat di tangannya, nantinya tidak hanya untuk berlatih, tapi juga untuk melangkah. Tidak buta sejak lahir, seharusnya cukup untuk Yu Jian Hua bersyukur. Hanya dengan sedikit sentuhan di ujung tongkat, ia sudah tahu benda apa itu. Penciumannya juga lebih sensitif. Ia tahu Yu Yan datang, tidak hanya dari derap langkah perempuan itu, tapi dari aroma peony yang tercium semakin pekat. Namun, Yu Jian Hua sempat salah perhitungan. Ketika tongkat masih bergerak, kekuatan yang memancar tidaklah kecil. Yu Yan akan terpental ke belakang dan itulah yang Yu Jian Hua rasakan. Apa yang ia bayangkan tidak meleset. Ia bergegas menangkap tubuh Yu Yan
Read more
Chapter 23: Perasaan yang Lebih Baik
Terlalu sulit untuk mengerti apa yang terjadi. Yu Jian Hua memilih bertahan, menetapi janji yang ia buat dengan Yu Yan. Tidak tahu akan sampai kapan. Cahaya sedikit menyentuh sudut matanya, pertanda malam telah berlalu. Kemudian, derap langkah yang gelisah dan tidak tentu arah mulai terdengar. Yu Jian Hua bergeming. Orang yang datang, mungkin Yu Yan. Atau orang lain yang akan membahayakan nyawanya. Yu Jian Hua memilih tidak peduli. Hatinya terlanjur merasa takut untuk berharap. Ketika derap langkah mendekat, Yu Jian Hua tetap tidak bereaksi. Tapi, tidak ada pilihan ketika seseorang menyentuh sekali lagi jemarinya. Yu Jian Hua terpaksa menyentakkan tangan dan berdiri. Ia memukulkan ujung tongkat ke tanah dan berusaha melarikan diri. Sentuhan itu, tentu saja Yu Jian Hua kenal. Yu Yan sekali lagi menangkap lengan Yu Jian Hua sambil berusaha menuliskan sesuatu, [Maafkan...] Segera Yu Jian Hua menarik lagi tangannya. Bagi Yu Jian Hua, penjelasan apa pun tidak berguna. Tidak. Yu Jian Hu
Read more
Chapter 24: Komitmen Pernikahan
Benih sayuran disemai, kemudian ditanam di pekarangan. Begitulah rutinitas baru Yu Jian Hua setiap pagi. Sejak kaki Yu Yan terluka, Yu Jian Hua tidak mengizinkan perempuan itu pergi ke hutan.Setelah tanaman bertunas, hanya sekali Yu Jian Hua menyirami mereka. Tanaman-tanaman itu akan lebih banyak menerima kekuatan dari Yu Jian Hua kemudian. Hingga pagi keesokan harinya, tanaman itu sudah bisa dipanen.Yu Yan akan bertanya, [Kenapa bisa begitu?]Lalu, dengan senyum yang terkesan misterius, Yu Jian Hua membiarkan pertanyaan itu tanpa jawaban. Yu Yan tidak boleh tahu bahwa ia bersama dengan makhluk bukan sebangsa manusia.Yu Yan berjalan ke arah Yu Jian Hua dengan terpincang-pincang. Setengahnya mungkin merasa heran dengan langkah Yu Jian Hua yang begitu leluasa. Padahal dia buta. Insting Yu Jian Hua memang sudah terasah. Dari tempatnya berdiri, di pintu masuk gubug mereka, dia sudah tahu berapa langkah untuk sampai ke tempat tidur. Berapa langkah untuk sampai ke meja makan dan berapa
Read more
Chapter 25: Hilang Kendali
[Kakek meninggalkan beberapa gelang giok untukku. Kita akan ke kota. Aku akan menjual gelang-gelang ini. Kemudian mencari orang yang mau menikahkan kita. Bagaimana menurut, Tuan?] Yu Jian Hua tersenyum. Di dalam hati merasa buruk karena tidak bisa memberikan apa-apa sebagai hadiah pernikahan. "Simpan saja peninggalan kakek! Kau bisa menjual ini!" Yu Jian Hua menarik sesuatu yang tertancap di rambutnya hingga rambutnya terurai. Tusuk rambut yang terbuat dari Giok Biru Fenghuang. Giok Biru Fenghuang bukan benda langka di Yueliang Palace, tapi itu tetap saja benda pusaka. Di dunia manusia, giok akan tetap memiliki nilai. Meski manfaat sebenarnya akan jauh lebih besar. Manusia yang memakai benda itu, akan terhindar dari roh-roh pengganggu. Jika yang menggunakan giok itu adalah penghuni dimensi lain, mereka akan mendapat berkat perlindungan langsung dari Yu Jian Hua. Dan di sinilah mereka berada. Di sebuah altar pernikahan. Tidak terdengar ada orang lain lagi, kecuali orang yang memimpi
Read more
Chapter 26: Lembah Sunyi
"Yu Yan, kau sangat harum!" Yu Jian Hua tersenyum dan menarik Yu Yan lebih dekat kepadanya. Yu Yan yang sudah terjaga, memang tidak tahan untuk menganggu Yu Jian Hua. Sampai laki-laki itu mengigau berkali-kali dan mengatakan hal-hal yang sepertinya jujur dari hatinya. Garis mata Yu Jian Hua disentuh, ujung bibirnya juga tidak luput untuk dipermainkan. "Berhenti melakukan itu! Kau sangat kejam!" Yu Jian Hua secara tidak sadar menghalau lengan Yu Yan. Yu Yan tertawa tanpa suara. Seperti ulat, telunjuk Yu Yan kembali menggerayangi lekuk wajah laki-laki yang sudah tidur bersamanya malam itu. Ulat itu terpeleset ke lembah di antara mata, kemudian memanjat naik lagi ke puncak hidung, sebelum menjatuhkan diri ke atas bibir yang selalu tampak basah meski telah berwarna merah tua cenderung menghitam. Yu Jian Hua menangkap pergelangan tangan Yu Yan. Ia bangun. Bukan terganggu karena pergerakan tangan itu, tapi karena rasa tertusuk di jantungnya. Ketika membuka mata, Yu Jian Hua harus meyaki
Read more
Chapter 27: Iblis Kecil, Ada Apa Denganmu?
"Yang Mulia! Penasihat Istana ..." Zhian Yu Fei bergegas ke kediaman Yu Jian Hua tanpa mempedulikan kata-kata Ye Luo. Sudah tiga hari sejak Yu Jian Hua ditemukan tidak sadarkan diri di Lembah Peony di selatan kota Sina. Kota Sina masih berada di wilayah kekuasaan Jufeng Mo. Tentu saja Yu Jian Hua, -bahkan Raja Zhian sendiri- merasa asing dengan tempat itu. Meski status politik Negeri Selatan berada di bawah pengawasan negara lain akibat perang, Raja Zhian tidak akan ceroboh untuk mengobrak-abrik wilayah-wilayah kecil di bawahnya. Manusia yang hidup di bumi selatan tidak mengerti apa-apa. Sedikit kekacauan yang dibuat oleh penghuni dimensi lain, hanya akan memporak-porandakan kehidupan mereka. Karena pertimbangan menghindari konflik dengan Jufeng Mo, pencarian Yu Jian Hua tidak difokuskan ke wilayah selatan. Khusus di wilayah ini, Raja Zhian hanya mengirim beberapa mata-mata untuk menyelidiki kemungkinan keberadaan Yu Jian Hua. Raja Zhian berpikir, kehati-hatiannyalah yang membuat Y
Read more
Chapter 28: Keindahan Semu
"Hmmm., setelah mendengar ceritamu... aku jadi tidak yakin..." Raja Zhian mengetuk-ngetuk dagunya dengan ujung jari telunjuk sebelum meneruskan kata-katanya. Tentu saja Yu Jian Hua penasaran tentang apa yang membuat Yang Mulia tidak yakin. Namun, enggan bertanya. "Dia tiba-tiba menghilang. Mungkin dia perempuan yang jelek, jadi dia tidak mau kau melihat dirinya. Dia malu, lalu melarikan diri!" Raja Zhian tertawa setelah mengatakan itu. "Yang Mulia!" tegur Yu Jian Hua. Yu Jian Hua seharusnya paham Rajanya itu suka bercanda. Tapi, bukan kali ini saja Yu Jian Hua meminta Raja Zhian untuk bisa menempatkan diri. "Atau mungkin dia adalah hantu rendahan. Sadar akan derajadmu yang tinggi, dia merasa tidak pantas dan menyerah lebih dulu. Jenis hantu seperti ini, pernah kutemui beberapa kali. Hantu baik dengan perasaannya yang tulus. Lemah, tapi jiwanya tidak mudah untuk dihancurkan. Dan dia...," ada jeda sejenak, "mungkin juga hantu yang jelek. Dia malu, lalu melarikan diri!" sekali lagi
Read more
Chapter 29: Manusia Belia
Di kota Sina, wajah Yu Jian Hua semakin dikenal. Semua orang tahu laki-laki itu tinggal di Lembah Peony. Setiap pagi, dengan pakaian lusuhnya, ia naik ke kota dan menanyai semua orang yang ia jumpai. "Apa kau mengenal tabib yang tinggal di Lembah Peony, dia punya cucu perempuan. Cucu perempuannya itu, apa kau pernah melihat dia?"Dan jawaban yang didapat Yu Jian Hua,"Aku memang pernah mendengar tentang tabib itu, dia telah meninggal beberapa tahun lalu. Tapi, aku tidak pernah mendengar dia punya cucu. Setahuku, dia tinggal sendirian di Lembah Peony."Ribuan kali Yu Jian Hua mendengar jawaban seperti itu, ribuan kali merasa kecewa. Tapi, tetap belum ingin menyerah."Baik. Terima kasih," katanya lesu. Yu Jian Hua biasanya akan melangkah lagi dan berhenti pada orang yang ia temui berikutnya. Lalu,menanyakan pertanyaan yang sama.Namun, sebelum itu terjadi. Seseorang yang baru saja ditanyai olehnya bersuara, "Tuan! Tidakkah kau ingat sebelumnya kau juga menanyakan hal yang sama, mungkin s
Read more
Chapter 30: Orang-orangan Salju
Sebilah pedang dililit dengan kain, diikat dan digantung di punggung. Bukan Pedang Fenghuang, hanya pedang biasa yang tidak sengaja ditemukan Yu Jian Hua di jalan, bersama mayat-mayat berserakan.Memang terlalu merepotkan mengurusi perihal manusia. Berpikir apa yang layak dan tidak layak, ia dibuat berdecak berkali-kali. Haruskah menguburkan mereka atau dibiarkan saja? Di dunia ini, banyak yang mendapatkan penghormatan sampai akhir. Tapi, banyak juga yang tidak seberuntung itu. Mereka yang tenggelam di lautan, hilang di hutan dan korban perang di perbatasan, jasad mereka terurai begitu saja. Seharusnya, ketika mati, urusan mereka selesai. Malaikat maut telah datang, tapi di mata Yu Jian Hua, tidak pernah jelas yang mereka lakukan. Mereka membawa sebagian ruh, dan meninggalkan yang lainnya untuk menjadi bagian dari dimensi lain. Kadang, Yu Jian Hua berpikir mungkin begitu lebih baik. Jiwa yang tidak tenang, datang kembali untuk menuntut balas. Utang yang belum lunas, tentu harus dibaya
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status