Semua Bab The Third King : Bab 11 - Bab 20
81 Bab
10. RAJA KETIGA DAN KEPUTUSAN YANG AKAN DIAMBIL RAVANIA
Pukul sepuluh malam, akhirnya Ravania tiba di rumahnya. Dengan penuh kebahagiaan, Agni sahabatnya segera menyambut kedatangan Ravania. Sayangnya kebahagiaan di wajah Agni segera menghilang ketika menyadari Ravania melupakan janjinya untuk meminta tanda tangan Raja Arsyanendra Balakosa untuknya.  “Maafkan aku, Agni. Sesuatu terjadi dan aku tidak sempat untuk meminta tanda tangan Yang Mulia Arsyanendramu itu. . .”  Dengan wajah yang sangat lelah, Ravania meminta maaf kepada Agni dan kemudian meninggalkan Agni begitu saja dan segera berbaring di tempat tidurnya. Setelah seharian menghabiskan waktu di luar rumah, perlahan rasa lelah yang sempat dilupakan oleh Ravania menyerang tubuhnya dengan cepat. Bau tempat tidurnya yang nyaman dengan segera membuat mata Ravania kehilangan kekuatannya dan menutup, membawa Ravania tenggelam dalam rasa lelahnya yang begitu dalam.  Di saat – saat sebelum matanya terpejam, Ravania memikirkan lagi ucapan Raja Muda Hi
Baca selengkapnya
11. RAJA KETIGA DAN DIMULAINYA PESTA PERBURUAN 1
Dengan mengenakan pakaian pelayan istana, Ravania kini berbaur dalam pesta perburuan yang diadakan di hutan milik istana. Pesta perburuan yang khusus hanya didatangi oleh kaum aristokrat ini didatangi oleh sepuluh kepala keluarga kaum aristokrat lengkap dengan sepuluh calon penerus mereka.  Ravania mengingat semua nama kepala keluarga kaum aristokrat bersama dengan sepuluh calon penerusnya sembari mengingat wajah – wajah mereka. Sesuai dengan perintah Arsyanendra, Ravania harus mengingat wajah mereka dan menentukan bagaimana sikap asli kaum aristokrat yang tidak dapat dilihat oleh kebanyakan orang dan hanya akan terlihat ketika mereka berada di antara kaumnya.  Ravania mengingat ucapan lain dari Arsyanendra kepada dirinya sebelum masuk dan berbaur di antara pelayan istana.  “Bahasa politik dirancang untuk membuat kebohongan terdengar jujur dan pembunuhan menjadi dihormati.” Dengan berpegang pada kalimat itu, Ravania kini berdiri di anta
Baca selengkapnya
12. RAJA KETIGA DAN DIMULAINYA PESTA PERBURUAN 2
“Salam, Yang Mulia. Zhafiro Danapati memberi hormat kepada Yang Mulia.”  Setelah memberikan hormat kepada Arsyanendra, Zhafiro kemudian kembali ke tempatnya duduk dengan anggunnya. Salam kedua diberikan oleh Variza Widyanatha yang merupakan putri dari Gyan Widyanatha.  Putri dari Gyan Widyanatha mungkin tidak memiliki ambisi yang besar seperti putri dari Shankara Danapati. Namun Arsyanendra menaruh curiga kepada Variza Widyanatha yang menaruh perasaan khusus kepadanya sejak lama dan memiliki keinginan yang besar untuk menjadi istri dari Arsyanendra terlepas dari keinginan ayahnya.  “Salam Yang Mulia. Variza Widyanatha memberi hormat kepada Yang Mulia.”  Variza Widyanatha kemudian kembali ke tendanya yang berhadapan langsung dengan tenda keluarga Danapati dan memandang tajam ke arah Zhafiro Danapati. Dengan jelas Arsyanendra dapat melihat ada ketegangan yang terjadi di antara tatapan Variza dan Zhafiri yang memiliki harapan besar un
Baca selengkapnya
13. RAJA KETIGA DAN PESTA PERBURUAN GILA
Ravania mengepalkan kedua tangannya berusaha menahan amarah dalam dirinya. Dengan terus menatap ke arah Raja Arsyanendra, Ravania tidak habis pikir Raja Ketiga itu dengan mudahnya menyetujui permainan gila yang diajukan oleh salah satu kepala keluarga kaum aristokrat.  Ravania mungkin terkejut dan tidak percaya ketika Shankara Danapati mengajukan aturan permainan gila dengan menggunakan manusia sebagai buruan. Tapi Ravania lebih tidak percaya lagi jika Raja Ketiga yang begitu dipuja oleh kaum proletar dengan mudahnya menyetujui permainan gila itu. Terlebih lagi, Sang Raja justru tersenyum menatap dirinya sembari memberikan persetujuannya.  Ravania yang kehilangan kesabaran dan niat awal keberadaan dirinya di tempat perburuan itu hendak melangkah maju dari barisan pelayan istana. Ravania berharap bisa memukul wajah Sang Raja Ketiga yang saat ini tersenyum menatap dirinya. Namun langkahnya dengan cepat dihentikan oleh gadis muda yang anggun yang sedang duduk
Baca selengkapnya
14. RAJA KETIGA DAN TATAPAN PENUH KEBENCIAN
Pesta perburuan berakhir. Setelah semua kaum aristokrat pergi meninggalkan hutan istana, Arsyanendra bersama dengan Surendra kembali ke istananya untuk melepas rasa lelahnya. Sebelum kepergiannya, Virya Balakosa yang telah ditinggal oleh Narendra, kakaknya menyempatkan diri untuk menemui Arsyanendra.  “Salam Yang Mulia.”  Virya yang berada di ruang tunggu segera mengucapkan salamnya kepada Arsyanendra ketika melihat kedatangan Arsyanendra.  “Narendra pergi lebih dulu?” Virya tersenyum mendengar pertanyaan Arsyanendra pada dirinya. “Seperti biasa. Kakak akan malu bertemu dengan Yang Mulia jika kalah dari Yang Mulia.”  Arsyanendra tertawa kecil mendengar jawaban Virya, “Jadi kapankah dia akan menang dariku dan menemuiku untuk memamerkan kemenangannya padaku?”  Virya menggelengkan sedikit kepalanya, “Sepertinya tidak akan pernah bisa menang dari Yang Mulia. Sikap tidak tenangnya dan emosinya yang sela
Baca selengkapnya
15. RAJA KETIGA YANG SELALU DISALAHPAHAMI
Setelah keluar dari ruangan Arsyanendra, Surendra segera bergegas menemukan Ravania yang tadi berlari begitu saja. Setelah selama satu jam mencari, Surendra akhirnya menemukan Ravania sedang berjongkok di samping pintu besar yang mengarah keluar dari gedung istana. Sesuai dengan perintah yang diberikan oleh Sang Raja, pengawal istana tidak memberikan ijin kepada Ravania untuk meninggalkan istana hingga keesokan hari. Hal ini dilakukan Sang Raja yang khawatir dengan keberadaan Ravania yang mungkin diketahui oleh salah satu kaum aristokrat. Sang Raja khawatir mengingat Ravania merupakan aktivis pembela kaum proletar. “Nona Ravania. . .” Surendra berjalan mendekati Ravania yang menyembunyikan wajahnya. “Apa yang membawa Tuan Surendra kemari? Aku tidak mendapat ijin pergi dari istana. Kenapa aku tidak bisa kembali ke rumahku?” Surendra dengan tetap berdiri dan menjaga sikapnya tetap sopan mengingat Ravania adala
Baca selengkapnya
16. RAJA KETIGA DAN PERTEMUANNYA DENGAN INDHIRA
“Cinta pertama?”  Ravania yang tadinya menangis melihat dua belas narapidana yang telah diselamatkan oleh Sang Raja kini memasang wajah terkejut dan melupakan rasa sedihnya ketika mendengar ucapan Surendra yang mengatakan kata cinta pertama. “Kenapa Nona Ravania terkejut? Tidak mungkin Nona Ravania berpikir Yang Mulia tidak akan pernah jatuh cinta seumur hidupnya?”  “Tuan Surendra menyadarinya. . .” Ravania terkekeh ketika menyadari pikirannya terbaca oleh Surendra. “Jadi bagaimana pertemuan mereka? Kenapa hubungan mereka hanya sebatas teman jika Yang Mulia menyukai gadis bernama Indhira? Mungkin aku tidak mengakuinya jika saat ini Yang Mulia berdiri di hadapanku. Tapi di mata banyak gadis dan wanita, Yang mulia memiliki wajah yang tampan yang mampu membuat banyak gadis dan wanita terpesona.”  “Apakah Nona Ravania termasuk ke dalam salah satunya?”  Mendengar ucapan Surendra, spontan Ravania menatap tajam ke arah Surendra ka
Baca selengkapnya
17. RAJA KETIGA DAN JEBAKAN UNTUK PUTRA MAHKOTA TERBUANG
Arsyanendra tiba di rumahnya dengan tangan yang masih digenggam erat oleh Indhira.  “Kami pulang. . .”  Teriakan Indhira membuat Davendra Balakosa yang sedang berbincang dengan Abinawa Darmawangsa menghentikan perbincangannya dan segera menghampiri ke pintu dengan untuk melihat Indhira dan Arsyanendra.  “Kamu benar – benar berhasil membawa pulang anak ini?” Davendra tersenyum melihat Indhira yang masih menggenggam tangan Arsyanendra dan memaksa putra tunggalnya ini pulang ke rumah. “Bahkan Surendra yang selalu bersama dengan Arsya pun tidak mampu membawanya pulang. Kamu benar – benar gadis yang hebat seperti ayahmu.”  Indhira tersenyum ke arah Davendra Balakosa. “Terima kasih, Paman.”  “Lepaskan tanganku.”  Arsyanendra yang masih merengut karena dipaksa pulang tidak berani banyak bicara di depan ayahnya dan juga tamu ayahnya.  Indhira melepaskan tangan Arsyanendra.  “Arsya, kenalk
Baca selengkapnya
18. RAJA KETIGA DAN HARAPAN PUTRA MAHKOTA TERBUANG
Mendengar berita buruk yang menimpa ayahnya, Arsyanendra kemudian segera ke kamarnya dan mengambil banyak barang untuk dibawanya pergi. Surendra yang juga mendengarkan berita itu segera menghentikan usaha nekat dari Arsyanendra yang berniat datang ke ibu kota untuk menyelamatkan ayahnya. “Tuan. . .” Surendra berusaha keras untuk menghentikan usaha Arsyanendra yang terus mengepak barang dengan wajah penuh amarah. “Lepaskan aku, Surendra. Kau tidak dengar berita itu? Tidak mungkin ayahku yang selalu mengalah pada Paman memimpin pemberontakan terhadap Paman. Ini sudah keterlaluan, Paman berniat membunuh ayah setelah semuanya diserahkan kepada Paman.” “Tuan, kumohon Tuan. Tolong tenangkan dirimu dulu. Setelah itu kita baru bisa menyusun rencana untuk menyelamatkan Pangeran Davendra. Tanpa rencana apapun, kita sama saja dengan mengantarkan nyawa kita jika saat ini datang ke Ibu Kota.” Ind
Baca selengkapnya
19. RAJA KETIGA DAN JALUR RAHASIA
Rencana yang disusun telah siap dan matang. Segala pertimbangan dan kemungkinan terburuk telah dipikirkan oleh Arsyanendra bersama dengan Surendra. Ketika malam tiba, Arsyanendra dan Surendra bersiap – siap untuk pergi ke ibu kota menggunakan kereta. Indhira yang merasa khawatir karena ayahnya yang ikut bersama dengan Davendra Balakosa dan tidak memberikan kabar sedikit pun, memaksa Arsyanendra untuk ikut bersama dengannya ke ibu kota.  Arsyanendra sempat ragu untuk membawa Indhira bersama dengannya mengingat Indhira sama sekali tidak tahu dengan musuh mereka yakni Jahan Balakosa. Arsyanendra sempat berpikir meninggalkan Indhira adalah langkah yang benar dan tepat demi keselamatan Indhira. Namun seperti yang Arsyanendra ketahui, Indhira adalah gadis yang keras kepala sama seperti dirinya ketika sudah membulatkan tekadnya. Jadi. . . mau tidak mau, Arsyanendra terpaksa membawa Indhira bersama dengannya.  “Kamu boleh ikut denganku, dengan beberapa syarat?”&nbs
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status