All Chapters of The Third King : Chapter 51 - Chapter 60
81 Chapters
50. RAJA KETIGA DAN EMPAT ORANG DI SISINYA
“Ahh, aku terkejut. Ini pertama kalinya Tuan Yasawirya meninggikan nada suara Tuan sekaligus memperlihatkan raut wajah yang ketakutan di hadapanku.”  “Maafkan sikapku yang lancang ini, Yang Mulia. Tapi saya benar – benar khawatir dengan perbuatan Yang Mulia ini. Yang Mulia baru naik takhta kurang dari setahun dan sekarang Yang Mulia sudah berani menantang kaum aristokrat bahkan sebelum kekuatan kaum proletar kembali. Ini tindakan yang gila dan berbahaya, Yang Mulia.”  “Aku tahu hal itu dengan baik, Tuan Yasawirya. Tapi. . .” Arsyanendra yang tadinya duduk di hadapan Yasawirya Pramanaya kemudian bangkit dari duduknya dan kemudian berjalan mendekat ke Yasawirya Pramanaya. “Justru tindakan Tuan saat ini pun sama gilanya dengan tindakanku. Kenapa Tuan membahayakan posisi Tuan dan datang kemari? Tindakan Tuan saat ini mungkin bisa membuat Tuan berada dalam posisi yang sama bahayanya dengan posisiku.”  “Janji, Yang Mulia. Sepuluh tahun yang lalu, aku
Read more
51. RAJA KETIGA DAN KELUHAN KAUM PROLETAR
Virya terdiam mendengar ucapan Arsyanendra dengan senyuman di wajahnya. Virya tahu dengan baik bahwa tinggal di istana sangat menyiksa Arsyanendra karena istana ini pula adalah tempat di mana Davendra Balakosa yang merupakan ayah dari Arsyanendra meregang nyawanya.  “Yang Mulia akan pergi ke mana?” tanya Virya dengan suara lembutnya.  “Ke mana saja asal menjauh dari istana ini. Menjauh dari segala urusan berat yang membuatku bertambah tua sebelum waktunya.”  Arsyanendra kemudian tersenyum lagi setelah mengatakan kata “bertambah tua sebelum waktunya” kepada Virya.  Sementara Virya Balakosa yang mendengar ucapan Arsyanendra itu kemudian tertawa kecil dan berkata, “Yang Mulia tidak terlihat tua sebelum waktunya. Tidakkah Yang Mulia tahu bahwa Yang Mulia adalah satu dari beberapa orang dengan wajah yang sangat tampan di mata rakyat Hindinia?”  “Aku tahu itu, Virya dan karena wajahku yang tampan ini, kelak aku akan kesulita
Read more
52. RAJA KETIGA DAN HUKUMAN UNTUK SHANKARA
“Salam Tuanku, Tuan Arkatama. . .” Salah satu pengawal Arkatama Agastya datang menghadap kepada Arkatama Agastya yang sedang bersantai di depan kolam renangnya di kediaman miliknya.  “Ya, Rando. Berita apa yang kamu dapatkan hingga mengganggu ketenanganku?”  Rando menundukkan kepalanya sebagai bentuk permintaan maafnya karena sudah mengganggu ketenangan dari Tuannya.  “Mohon maafkan kelancangan saya ini, Tuanku.”  “Sudahlah, aku mengenalmu dengan baik, Rando. Kali ini, aku akan memaafkan kelancanganmu ini.” Arkatama Agastya kemudian membuka matanya dan menatap ke arah Rando yang berdiri menundukkan kepalanya tidak jauh dari tempatnya bersantai. “Jadi berita apa yang kamu bawa, Rando?”  Rando kemudian mengeluarkan sebuah amplop dengan ukuran sedang dari balik jas hitamnya dan memberikannya kepada Arkatama Agastya.  “Ini, Tuanku.”  “Apa ini, Rando?” tanya Arkatama Agastya yang menerima p
Read more
53. RAJA KETIGA MENDAPAT SERANGAN
Sorakan pujian untuk Arsyanendra kemudian terdengar menggema ke seluruh penjuru Jako Arta. Arsyanendra yang mendengar pujian itu kemudian tersenyum bahagia melihat kebahagiaan di mata rakyatnya saat ini. Arsyanendra kemudian berdiri dari duduknya dan mengangkat tangan kanannya sebagai isyarat kepada rakyatnya untuk berhenti berteriak dan tenang.  Melihat tangan Arsyanendra yang naik, seluruh rakyat Hindinia yang hadir dalam pengadilan terbuka dalam sekejap berubah menjadi tenang.  “Rakyatku. . .” kata Arsyanendra. “Ini semua terjadi berkat kalian semua. Pujian itu harusnya diberikan kepada kalian semua dan bukannya kepadaku. Berkat keberanian kalian yang berani berbicara kepada perwakilan – perwakilan yang aku pilih, maka hari ini saya bisa memberikan hukuman yang pantas, yang sesuai dengan perbuatan Tuan Shankara Danapati selama ini yang merugikan rakyat, yang merugikan Hindinia. Jadi. . . mulai hari ini, mulai detik ini, saya sebagai Raja Hindinia ingin m
Read more
54. RAJA KETIGA TERLUKA
Dengan kondisi bahu kanan yang terluka dan masih mengeluarkan darah, Arsyanendra kemudian turun dari meja hakim dan memberikan ketenangan kepada rakyatnya yang ketakutan.  “Yang Mulia. . .”  “Yang Mulia. . .”  Kaum proletar yang bangkit dari posisi tiarapnya kemudian segera berteriak memanggil Arsyanendra ketika melihat luka Arsyanendra yang bersimbah darah dan masih berusaha untuk menenangkan rakyatnya yang ketakutan.  Arsyanendra tersenyum memandang ke arah rakyatnya dan berkata lagi, “Ingatlah ini rakyatku. Aku sebagai Raja Hindinia pasti akan melindungi kalian semua.”  Mendengar dan melihat Arsyanendra yang berusaha bertahan, Rakyat Hindinia yang terdiri dari mayoritas kaum proletar kemudian meneriakkan kembali pujian – pujian mereka kepada Arsyanendra.  “Hidup, Yang Mulia Arsyanendra.”  “Hidup, Yang Mulia Arsyanendra.”  “Hidup, Yang Mulia Arsyanendra.”  Di tengah
Read more
55. RAJA KETIGA TERBANGUN
“Yang Mulia kita pasti punya banyak nyawa dalam hidupnya,” ujar Jazziel Catra.  Setelah pulang dari pengadilan terbuka delapan kepala kaum aristokrat kecuali Yasawirya Pramanaya kemudian menghadiri rapat besar – besaran atas perintah dari Arkatama Agastya.  “Benar, sepertinya Yang Mulia kita itu benar – benar diberkati oleh Tuhan. Setelah kudetanya melawan kita dan Raja Jahan Balakosa, Yang Mulia kita selamat bahkan tanpa luka serius. Kali ini pun, Yang Mulia berhasil menghindari peluru itu dan hanya membuat bahunya terluka,” ucap Ethan Bimasena yang setuju dengan pendapat Jazziel Catra.  “Kita tidak bisa meremehkan Yang Mulia. Meski usianya masih muda, Yang Mulia adalah satu – satunya keturunan Davendra Balakosa yang dulunya adalah calon Raja Hindinia. Yang Mulia sendiri bahkan dianggap sebagai keajaiban yang lahir dalam seribu tahun sekali oleh Raja Ekaraj Balakosa di usianya yang baru menginjak sepuluh tahun. Jadi meremehkan Yang Mulia sama
Read more
56. RAJA KETIGA DAN UNDANGAN GILA
“Uhuk. . .uhuk. . .”  Suara batuk dari Ravania kemudian membuat Arsyanendra melepaskan pelukannya.  “Maafkan saya, Yang Mulia. Saya tersedak oleh air liur saya sendiri.”  “Aku juga yang bersalah karena memeluk Nona terlalu lama. Nona Ravania harus minum dulu.”  Ravania kemudian mengambil gelas dari meja Arsyanendra dan segera menuangkan air. Dengan cepat, Ravania kemudian meminum air itu.  Glup. . .glup. . . Begitu selesai meminum satu gelas air, Ravania kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Arsyanendra dan bertanya, “Haruskan saya memanggil Tuan Surendra sekarang, Yang Mulia?”  “Ya, Nona. Tolong panggilkan Surendra kemari.”  Ravania kemudian hendak berjalan ke arah pintu di kamar Arsyanendra, namun langkahnya terhenti dan justru kembali ke tempat Arsyanendra di mana Arsyanendra sedang duduk bersandar pada kepala tempat tidur.  “Ada apa, Nona?” tanya Arsyanendra yang m
Read more
57. RAJA KETIGA DAN RENCANA KECIL RAVANIA
Hari penentuan ujian kedua pemilihan Ratu Hindinia. . . Arsyanendra yang baru saja selesai mengenakan pakaiannya kemudian berjalan dengan tergesa – gesa dan membuat Surendra dan para pengawalnya harus berjalan cepat untuk mengimbangi langkah Arsyanendra. Hari ini. . . Arsyanendra berniat untuk meminta penjelasan kepada Ravania yang dengan sengaja membuat dirinya menjadi bidak dalam ujian pemilihan Ratu Hindinia.  Setelah melewati lorong – lorong panjang di dalam istana, Arsyanendra yang berjalan lebih cepat dari biasanya kemudian dengan tiba – tiba menghentikan langkahnya dan membuat Surendra bersama dengan para pengawal istana yang mengikutinya tiba – tiba menarik rem tubuh mereka secara mendadak.  “Itu dia. . .” gumam Arsyanendra, “akhirnya ketemu.”  Arsyanendra yang baru enam puluh detik yang lalu tiba – tiba menghentikan langkahnya kemudian membuat kakinya melangkah lagi dengan cepat.  “Nona Indhira. .
Read more
58. RAJA KETIGA DAN PERTUNJUKKAN EMPAT CALON RATU
Napas Virya terhenti selama beberapa detik ketika mendengar permintaan yang keluar dari mulut Arsyanendra.  “Virya??” Panggilan Arsyanendra itu kemudian mengembalikan napas Virya yang terhenti selama beberapa detik.  “Apa kamu bisa melakukannya, Virya?” tanya Arsyanendra lagi.  Spontan, Virya menganggukkan kepalanya dan menjawab, “Jika Yang Mulia sudah memberikan perintah, maka saya harus melakukannya. Tapi kenapa Yang Mulia ingin meminta bantuan Kakak?”  “Ada alasan yang tidak bisa aku katakan sekarang padamu, Virya. Nanti. . . aku pasti akan mengatakannya padamu.”  “Baiklah, saya mengerti. Yang Mulia pasti tidak akan memberikan perintah tanpa lebih dulu memikirkan akibatnya. Saya yakin perintah Yang Mulia selalu benar seperti perintah – perintah yang selalu Yang Mulia berikan pada saya.”  Arsyanendra terkekeh mendengar jawaban juru dari mulut Virya Balakosa untuk pertama kalinya yang memberikan p
Read more
59. RAJA KETIGA DAN KEMENANGAN RAVANIA
Mendengar nama Narendra Balakosa yang menggantikan Arsyanendra kemudian membuat delapan duta perwakilan melemahkan pertahanan mereka karena delapan duta perwakilan meremehkan kemampuan Narendra Balakosa dalam pertaruhan judi.  Tapi pada kenyataannya, hanya dalam waktu singkat Narendra Balakosa berhasil memenangkan semua taruhan dan membuat kedelapan duta perwakilan harus menuruti perintah pihak yang menang.  Arsyanendra bertepuk tangan dengan kencang ketika melihat kemenangan Narendra Balakosa yang menggantikan posisinya untuk bertaruh.  “Lihatlah, kalian bahkan tidak bisa membuat orangku kalah dalam taruhan. . .” ucap Arsyanendra dengan senyuman kebanggaannya.  “Saudara sepupu Yang Mulia memang orang yang hebat,” puji Gulzar duta perwakilan dari negara Bara yang berbatasan dengan gurun di utara Hindinia.  “Ya, sepertinya semua pemilik darah Balakosa adalah orang yang berkualitas. Nona Virya Balakosa dikenal dengan kec
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status