Semua Bab CERMIN GERBANG CINTA: Bab 31 - Bab 40
84 Bab
Bab 31 Cemburu
Entah sudah berapa lama, doa itu dilantun tanpa putus-putus dan berulang-ulang. Perlahan-lahan, Harry mulai menguasai dirinya. Doa yang diikutinya dalam hati membuatnya lebih tenang. Dengan perlahan dia melepaskan pelukan wanita itu.Wanita itu memandangnya dengan penasaran dan khawatir. Harry tersenyum padanya penuh terima kasih, walau sedikit malu.“Tenanglah. Aku sudah tidak apa-apa, Monita,” kata Harry.Momo mengembuskan napas lega. Dia mengambilkan air minum buat Harry dan duduk di samping Harry.“Sepertinya Bapak mimpi buruk, ya? Jika Bapak mau cerita, saya siap mendengarkan,” kata Momo sambil tersenyum lembut.Harry menganggukkan kepalanya.“Mo, kenapa bisa kamu masuk ke sini? Di mana Gina?” tanya Harry setelah melihat sekeliling ruangannya dan tidak menemukan Gina.“Gina sudah pulang, Pak. Sekarang sudah jam 6 sore. Saya berencana untuk pulang juga, tetapi entah kenapa saya sedikit kha
Baca selengkapnya
Bab 32 Rencana Momo Dan Gina
“Apa … apa maksudmu, Ma?” tanya Harry dan Agna bersamaan. “Sebenarnya setelah kami temukan Ken berdasarkan informasi surat yang diberikan Momo pada Clark, Ken tidak apa-apa. Hanya terluka bagian luar dan cepat sembuh. Setelah sembuh, dia kembali ke tempat itu. Namun Ken kembali diserang. Penyerangan kedua kalilah yang membuatnya koma. Saat menemukan Ken, kami melihatmu bersama dengan Ken. Sama-sama pingsan. Kami berasumsi, kalau bukan kamu yang menolong Ken, kamu juga diserang oleh orang yang sama, sehingga kami membawamu pulang bersama Ken. Tetapi kamu lupa ingatan. Kecuali namamu, semua tentang dirimu, kamu tidak ingat. Jadi kami putuskan untuk mengatakan kalau kami adalah orang tua kandungmu,” cerita Anisa sambil menghela napas dengan berat. “Harry, kamu seperti berkah yang diberikan Tuhan pada kami. Sejak Ken koma, Clark sudah tidak mempunyai teman. Dia seperti begini karena melihat Ken terkapar dan koma. Mereka terlalu dekat, sehingga saat Ken tidak sadarkan dir
Baca selengkapnya
Bab 33 Kalian Saudara Kandung!
Saat pagi tiba, Harry yang ketiduran saat sedang meditasi, terbangun dengan semangat. Harry telah meminta kekuatan dari Tuhan dan pagi ini dia merasakan kekuatannya bertambah. Setelah melakukan doa pagi dan berolah raga, Harry mempersiapkan baju yang akan dia pakai saat ke villanya Mira.“Kalian sudah datang?” tanya Harry heran saat melewati ruang sekretarisnya. Dia datang lebih pagi, tetapi dia terkejut melihat Momo dan Gina saling bercakap-cakap dengan nada rendah, sehingga dia tidak bisa mendengar percakapan mereka. “Apa yang kalian bahas?”“Oh, pagi, Pak!!” seru kaget Momo dan Gina serempak dan terlompat berdiri dari kursi mereka. Kursi mereka yang beroda terdorong hingga menabrak dinding dan lemari di belakang mereka. Cepat-cepat Momo menarik kembali kursi-kursi tersebut.“Apa yang kalian bahas sepagi ini?” ulang Harry dengan curiga. Matanya menatap mereka berdua dengan tajam.“Oh, tidak ada, Pak,
Baca selengkapnya
Bab 34 Cemburu
“Mo, siapa itu Nesta?” bisik Gina bingung. Dia melihat Momo tersentak kaget dan penasaran. Ada sedikit rasa cemburu dalam hati Gina. Kenapa Monita begitu kaget? Apa yang telah Harry ceritakan pada Monita? Mengapa dia tidak menceritakan padaku? Berbagai pertanyaan kecemburuan dalam pikiran Gina.“Adiknya Pak Harry,” balas Momo dengan berbisik pula. Pikirannya tidak pada Gina. Dia benar-benar terkejut mendengar kalau Harry adalah kakak kandung Nesta, bukan kakak tiri seperti sepengetahuannya selama ini. Tidak mungkin!! Ibu Mira pasti berbohong!! Kalau Nesta adalah adik kandung Harry, berarti Ibu Mira adalah ibu kandungnya? teriak Momo di pikirannya.Momo masih ingat bagaimana bencinya Harry pada Mira. Namun demi Nesta, dia tidak pernah berniat meninggalkan rumah itu. Kecuali hari itu. Mereka berdua melarikan diri. Mengapa?“Aku tahu. Tapi sejak kapan Pak Harry …?”“Ssshhhttt, kita dengar percakapan mereka dah
Baca selengkapnya
Bab 35 Pulang
“Mo, kamu mau membawaku ke mana?” tanya Harry. Dia sempat tertidur sejenak. Saat terbangun, dia bingung arah kendaraan bukan menuju ke kota, tetapi semakin ke luar kota.“Oh, Bapak sudah bangun? Saya ingin membawa Bapak ke suatu tempat. Sudah dekat kok,” sahut Momo dengan senyum misterius.Harry hanya memandang Momo dengan tatapan masih mengantuk dan lelah. Namun dia pun penasaran dengan rencana Momo. Dia memperhatikan sekelilingnya. Perasaannya terasa hangat. Dia merasa pernah melewati jalan ini, tetapi dia tidak ingat sama sekali, kapan itu terjadi.Mereka berhenti di sebuah taman dan di dalam taman itu ada sebuah rumah yang berada di tengah. Momo menuntun Harry ke rumah tersebut. Walau langit sudah gelap, tetapi taman itu terang benderang. Hari ini suasana taman agak sepi. Di kejauhan hanya terlihat beberapa orang yang hilir mudik.“Tempat apa ini, Mo?” tanya Harry sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah
Baca selengkapnya
Bab 36 Ruang Di Dinding Belakang Lemari
“Hei, kenapa kalian mendobrak rumah ini?! Apa kalian tidak tahu ini properti pribadi?!”“Aduh, Pak Prato! Bikin kaget saja! Tadi saya melihat ada orang yang mengintip dari jendela sebelah sini!! Karena itu saya meminta teman-teman untuk mengeceknya.”“Siapa tahu ada gelandangan yang tinggal di sini!! Bukankah ini berarti kami sudah membantu Pak Prato untuk mengusirnya?”“Omong kosong!! Tidak mungkin ada orang!! Kalian jangan bohong! Membantu?! Bukankah kalian sangat ingin masuk ke rumah ini untuk menjarah barang mahal? Selain itu apa kalian tidak tahu kalau tidak ada satu orang pun yang bisa masuk ke dalam rumah ini tanpa melalui pintu depan?! Jika benar ada orang, anak buahku sudah pasti melihatnya! Dan tidak ada seorang pun bisa masuk tanpa seizinku!!”“Tapi saya benar-benar melihat ada 2 orang yang sedang mengintip dari jendela ini!! Saya yakin seratus persen saya tidak salah lihat!!”&
Baca selengkapnya
Bab 37 Dia Bukan Mamamu
“Bos, saya tidak bisa meraih benda itu! Tangga ini tidak cukup tinggi untuk menyentuh benda itu!” Mendengar perkataan orang itu, Harry dan Momo sedikit bernapas lega. Namun selama orang-orang itu belum pergi, mereka harus tetap bersiaga. Momo mengedarkan pandangan pada lantai di ruangan itu. Dan netranya juga menemukan tongkat pendek dan dia berniat mengambilnya sebagai senjata. “Aahh!!” seru Momo tertahan sambil merapat di punggung Harry dan cepat-cepat menutup mulut dengan tangannya. Dia takut orang-orang itu mendengar teriakannya. Harry tersentak kaget dan langsung membalikkan badan. Netranya terkejut melihat benda yang bergerak di dekat Momo. “Apa itu?” bisik Harry. “Tidak tahu. Saya baru mau ambil sebagai senjata, tetapi malah dia bergerak. Sebenarnya ini tempat apa, Pak? Perasaaanku mengatakan semua benda-benda itu bergerak dari tadi,” bisik Momo ketakutan. “Aku juga tidak tahu. Tetapi … entahlah, perasaanku mengatakan pernah sek
Baca selengkapnya
Bab 38 Kisah Masa Lalu
“Apa?! Tidak!! Tidak mungkin dia bukan mamaku. Pa, katakan yang sebenarnya,” teriak Harry panik. Mama kesayangannya dikatakan bukan mamanya?!! Tidak mungkin!!“Om, benarkah Tante Charity bukan mamanya Pak Harry? Apakah Tante Charity ada hubungannya denganku?” tanya Momo kaget. Walau dia tahu itu hanya hologram, entah kenapa dia merasa bisa berbicara dengan Clovis.“Tenangkanlah hatimu, Harry. Aku akan menceritakan semuanya padamu. Dan ini ada hubungannya dengan Nika.”Harry terduduk di lantai dengan lemas. Hatinya sangat sakit mengetahui Charity bukanlah mamanya. Dengan refleks, Momo juga jatuh terduduk di lantai. Dia terkejut saat mendengar perkataan Clovis kalau Charity ada hubungan dengannya.“Sebenarnya kamu tidak terlahir di dunia cermin ini. Kita tinggal di dunia luar cermin. Saat itu aku menikah dengan Mira. Awalnya kami bahagia, itu pemikiranku. Aku tidak menyangka kalau dia juga mencintai pria lain selain
Baca selengkapnya
Bab 39 Tahi Lalat
“Mo,” panggil Harry lembut sambil menyentuh tangannya. Tanpa sadar, ikatan di antara mereka semakin kuat. Momo yang merasakan sentuhan tangan Harry, menoleh dan menatap Harry dengan kuyu. Air matanya belum mau berhanti mengalir. Momo memejamkan matanya, karena dia tidak bisa melihat Harry dengan jelas. Momo merasakan sentuhan tangan Harry di pipinya yang basah. Dia membuka mata dan melihat Harry yang sangat dekat padanya, ada ekspresi khawatir. “Saya tidak apa-apa, Pak,” sahut Momo tersenyum lemah. Dengan menggunakan punggung tangan, Momo menghapus air matanya dan berusaha bangkit berdiri. Harry membantu memegangnya. “Maaf, Pak. Saya tidak mendengar kelanjutan cerita Om Clovis. Apa Om ada menjelaskan tentang benda-benda ini atau hal lain?” “Apa kamu sudah siap mendengarnya? Kalau belum, tenangkan saja dahulu pikiranmu,” kata Harry lembut. Sekarang Momo bukan hanya pegawainya, tetapi juga keluarganya, yang harus dilindungi. Apalagi Clovis mengatakan ka
Baca selengkapnya
Bab 40 Kena Marah
“Mo, ada apa? Kamu mengenalnya?” teriak Harry penuh harapan. Dia memegang kedua lengan Momo dengan kuat. Jantungnya berdebar dengan kencang. Semoga mereka bisa menemukan Kenta.“Pak, Bapak mengenalnya juga! Ingatlah siapa yang mempunyai tahi lalat di pipi kiri bawah!” seru Momo histeris.“Aku … aku tidak bisa mengingatnya. Siapa? Katakan, Mo, jangan membuatku penasaran!” seru Harry yang merasa akan menjadi gila, karena tidak bisa menebak siapa dia.“Ken! Ken, Pak! Dia mempunyai tahi lalat di pipi kiri bawah. Apakah Bapak tidak merasa sangat akrab dengannya seperti seolah-olah sudah lama mengenalnya? Bapak ditemukan tergeletak di samping Ken. Kemungkinan Harry sudah menemukannya terlebih dahulu, tetapi ada orang lain yang menghalanginya dan membuat Bapak lupa ingatan,” teriak Momo antusias.“iya, ya. Mungkin juga,” gumam Harry mengangguk-anggukkan kepalanya.“Sekarang aku sedik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status