“Eko, sepertinya aku sudah malas ikut permainan ini,” tolak Harry. “Aku selalu menang.” “Har, ini lain. Aku jamin kali ini aku dan Taruf yang menang. Kamu harus membayar kami dobel, hehehe. Ayolah, cepat datang. Kami sudah ada di sini.” Harry menutup teleponnya dan memikirkan penawaran Eko lagi. Dia, Eko dan Taruf bertaruh. Kalau wanita itu bisa merayu Harry, maka mereka yang menang. Tapi kalau tidak bisa, Harry yang menang. Eko dan Taruf, anak dari konglomerat yang bingung mau apakan uang mereka. Jadi dengan bersenang-senang dengan wanita adalah kesukaan mereka. Sedangkan Harry harus berjuang dari nol untuk mencapai kesuksesannya yang sekarang. Uang taruhan dalam permainan ini sangat besar, bahkan Harry bisa menjadikan modal usahanya. Harry yakin seratus persen, dia tidak akan pernah kalah, karena pada sadarnya dia sangat membenci wanita. Bahkan jijik pada wanita yang selalu memakai pakaian minim. Tapi hari ini, saat dia bertemu dengan wanita yang menjadi taruhannya, dia tertegun. Sangat cantik dan tidak seperti wanita lainnya yang selalu Eko bawa. Namanya Momo. Dan tatapan mata yang sangat indah menimbulkan keinginan Harry untuk mencium wanita itu.
Lihat lebih banyak“Harry, kita harus sembunyi di mana?” jerit wanita itu pelan dengan sangat panik. Napas Harry dan wanita sudah tidak beraturan. Ketakutan dan kelelahan berlari membuat mereka bertambah tegang.
Sekarang mereka berada di lorong yang terpasang cermin kiri dan kanan. Sangat banyak sehingga mereka bisa melihat pantulan diri mereka yang berantakan.
“Heii, ayo cari di sebelah sini!! Seharusnya mereka masih di sekitar rumah ini!! Cari!! Jangan pernah lepaskan mereka!!” Terdengar teriakan orang-orang dari ujung lorong.
Mendengar teriakan itu, Harry menarik tangan wanita itu untuk kembali berlari menjauhi orang-orang itu. Napas mereka yang terengah-engah terdengar memenuhi lorong itu.
Harry berusaha menahan napasnya agar suara napasnya yang tersengal-sengal tidak kedengaran, tapi terasa sesak di dada. Karena jantungnya berdetak dengan kencang.
“Harry!!” Tiba-tiba wanita itu menjerit panik dan ketakutan. Ada kengerian
Saat Harry masih memikirkan napasnya yang terengah-engah, dia tidak memperhatikan wanita itu menyentuh sebuah cermin unik yang terpajang di dinding dan tertarik masuk ke dalam cermin itu.
Harry berusaha menarik tangan wanita itu yang masih dalam genggamannya dengan kedua tangannya melawan kekuatan isap cermin yang sangat kuat, sehingga dia pun mulai ikut tertarik. Dia menggunakan kakinya yang tertahan di dinding sebagai penahan untuk menarik wanita itu, tapi genggaman tangannya pada wanita itu perlahan-lahan terlepas. Dan akhirnya wanita itu terisap penuh masuk ke dalam cermin.
“Niiikkkaaa!!!”
Harry terlompat bangun dari tempat tidurnya. Napasnya terengah-engah. Harry mengusap wajah dengan tangannya. Ini mimpi buruk yang kesekian kalinya.
Selalu di tempat yang tidak pernah dia tahu di mana dan siapa wanita itu. Dia hanya mengingat nama wanita itu, Nika dan bola mata yang sangat indah.
Ddrrr!!
Getaran dari ponselnya membuatnya tersadar penuh dari mimpi buruknya. Dia melihat pesan dari seseorang yang mengirimkan link untuk bergabung ke kelompok doa pagi.
Kelompok doa pagi dari komunitasnya yang rutin tiap hari dilakukan setiap jam 6 pagi. Setelah menenangkan diri, Harry mengeklik link tersebut.
Dengan mengikuti doa itu, Harry bisa melalui sepanjang hari dengan tidak mengingat-ingat lagi mimpi buruk. Karena dia menyerahkan semuanya pada Yang Di Atas.
Harry, seorang CEO di sebuah perusahaan konstruksi yang cukup bonafide di kotanya. Dia juga ekspansi ke daerah lain, tapi belum serius ditekuni.
Sebagai seorang CEO, dia tidak pernah menggunakan kekuasaannya untuk mendekati wanita-wanita cantik yang bekerja di perusahaannya, walau dia tahu, sebagian besar wanita bersedia melakukan apa saja yang dia minta.
Karena Harry bukan saja mempunyai kedudukan tinggi tapi juga pintar, tampan, tinggi. Hampir mendekati kata ‘sempurna’, jika sikapnya tidak merendahkan orang dan tatapannya tidak dingin.
Karena itu dia tidak pernah melirik seorang wanita pun, walau wanita yang berdiri di hadapannya sangat cantik dengan tubuh seperti gitar dan berpakaian minim. Dia malah merasa jijik melihat wanita yang berpakaian seperti itu.
“Pagi, Pak Harry,” sapa sekretarisnya, Gina, sambil mengekor masuk ke dalam ruang kerja Harry. Dia sangat menyukai Gina yang betul-betul bisa menghargai dirinya sebagai wanita.
“Hari ini jadwalnya apa saja?” tanya Harry setelah duduk nyaman di kursi kebesarannya.
“Jam 9 pagi ada pertemuan dengan Pak Toni di kantor kita. Jam 3 sore bertemu dengan Ibu Sandra di kafe Kenangan. Terakhir jam 7 malam ada janji dengan Pak Eko dan Pak Taruf di tempat karaoke. Kata Pak Eko, nanti dikirimkan lewat pesan untuk lokasinya. Hanya itu, Pak,” jawab Gina dengan lugas dan santai.
Di matanya, walau sikap Harry sombong dan sangat dingin pada semua staf tapi hatinya sangat baik dan polos seperti anak kecil. Sehingga Gina yang sudah menikah, kadang-kadang menganggap Harry sebagai adik kecilnya.
Gina masih ingat saat suaminya kecelakaan, Harrylah yang pontang-panting mengurus semuanya sehingga melupakan jadwal pertemuan. Itulah pertama kali dia melihat Harry melepaskan sikap angkuhnya.
Dan Gina bersyukur, kolega Harry bisa mengerti keadaannya dan bersedia mengubah jadwal pertemuan. Yang tentu saja tidak terlepas dari kepiawaian Harry dalam beragumen.
“Baiklah. Minta tolong kamu siapkan kontrak untuk pertemuan dengan Pak Toni dan Ibu Sandra. Tolong cek apa surat izin membangunnya sudah keluar atau belum? Jangan lupa minta NPWP dan bukti pembayaran biaya listrik dan air terakhir pemilik tanahnya.”
“Baik, Pak. Maaf, Pak. Apa Bapak mimpi buruk lagi?” tanya Gina ragu-ragu.
Dia melihat ada tanda hitam yang melingkar di bawah mata. Biasanya Harry menutupinya dengan concealer, tapi setiap mimpi buruk, kebiasaannya itu dia lupakan.
Mendengar pertanyaan Gina, Harry langsung mengambil ponselnya untuk bercermin.
“Aahh, saya lupa lagi memakainya,” tawa harry kecut. “Terima kasih, Gina, kamu selalu memperhatikanku. Ohya, bagaimana kabar Kak Jeff?”
“Terima kasih kembali, Pak. Kak Jeff sudah sehat. Hari ini dia sudah mulai bekerja lagi,” tawa Gina saat melihat Harry mendelik padanya.
Seharusnya Jeff belum bisa bekerja setelah mengalami kecelakaan yang sangat parah, saat menjalankan tugasnya menyelidiki kasus pembunuhan. Jeff seorang polisi yang sangat ditakuti, karena sangat piawai dalam menganalisa kasus-kasus.
Jika Jeff sampai meninggal karena kecelakaan tempo hari, semua penjahat pasti berpesta pora, dan kepolisian akan mengalami kerugian serta kedukaan yang sangat besar.
“Saya tahu, Pak. Dia belum bisa. Tapi ada kasus pembunuhan yang baru saja terjadi kemarin malam. Teman-temannya berjanji kalau Kak Jeff hanya ditugaskan menganalisa kasus dan tidak turun ke lapangan.”
“Syukurlah. Dia pasti masih diincar para penjahat. Seharusnya dia meminta perlindungan 24 jam dari kepolisian,” protes Harry. Harry sangat menghormati Gina dan Jeff. Mereka sudah seperti keluarganya sendiri.
Mendengar protes Harry, Gina merasa terharu. Ternyata pemikiran Harry juga sama dengan pemikriannya.
Tiba-tiba dering ponsel Gina berbunyi dengan keras membuatnya kaget. Cepat-cepat dia melirik Harry dan hatinya lega, Harry tidak merasa terganggu. Tapi saat melihat layar ponselnya, Gina tertegun. Hatinya langsung kacau balau.
Harry melirik pada Gina yang hanya menatap layar ponselnya tanpa mengangkatnya. Harry menghampiri Gina dan ikut melihat layar tersebut. Keningnya berkerut. Nomor yang tertera di ponsel itu sama dengan sewaktu Gina mendapat telepon saat suaminya kecelakaan.
Harry langsung mengambil ponsel dari tangan Gina dan menindis tombol hijau serta menyalakan pengeras suara.
“Halo,” sapa Harry.
“Eh, ini dengan siapa? Ini telepon istriku, Gina, kan?” kata suara dari seberang.
“Kak Jeff! Apa kamu baik-baik saja?” jerit Gina tertahan. Air matanya mengalir. Harry meremas bahu Gina dengan lembut.
“Aku baik-baik saja. Ponselku rusak karena terjadi pengeboman di kantor polisi. Tapi aku baik-baik saja. Hanya sedikit terluka. Jadi jangan kamu khawatir kalau mendengar berita ya."
BUM!!
"Kak Jeff!!" teriak Gina saat mendengar suara keras itu.
Gina memandang Harry dengan nanar. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Harry langsung menarik tangan Gina dan berlari ke tempat parkir.
Momo dan Harry langsung berlari membantu Mira untuk bangun kembali. Mereka tidak memedulikan tawaan dan cibiran orang-orang. Mira sangat marah saat Momo menyentuhnya. Dengan kasar dia menepis tangan Momo, tetapi menyambut dengan senyum manis pada tangan Harry. Sambil menatap Harry dengan intens, Mira mengelus tangan Harry. Harry merasa serba salah. Dia sangat ingin menarik kembali tangannya, tetapi Momo menatapnya dengan tatapan melarang. Akhirnya Harry melayani Mira yang terus menerus menatapnya dengan tatapan menggoda. Dengan izin dari Chu, Mira diperbolehkan tinggal di daerah itu. Namun tidak ada yang memedulikannya. Walau ada rasa enggan, Harry tetap menjenguk Mira. Dia sadar akan tanggung jawabnya. Melihat kebaikan hati Harry, semua penduduk dunia cermin mendukung Harry menggantikan posisi Mira. Namun Harry belum memberi mereka jawaban. “Harry, mengapa kamu tidak segera melakukan pelantikan dirimu jadi penguasa? Apa yang kamu tunggu?” tanya Chu saat sedang menggantikan perban
Mira yang memiliki kecantikan seorang gadis, sekarang berubah menjadi seorang nenek-nenek sesuai dengan usianya. Keriput merajalela di seluruh tubuhya.“Apa yang kamu lakukan, Harry?! Kenapa aku menjadi seperti ini? Tenaga apa yang kamu pakai?! Kembalikan aku pada kecantikan dan kemudaaanku!!” teriak Mira histeris. Namun suara yang awalnya begitu kencang dan tegas, berubah menjadi suara cempreng, suara nenek-nenek yang lemah.Saat Harry melongo melihat keadaan Mira, muncul Devan dan Mischa. Pasukan mereka telah disuruh meninggalkan pos yang sudah diatur sejak awal, karena perubahan rencana. Mereka diminta bersiaga menjaga rumah sakit. Sedangkan Devan dan Mischa yang menawarkan diri untuk mengawasi Harry dari jauh.Saat melihat Mira mengikuti Harry dan Momo, dengan tetap waspada Devan dan Mischa mengikuti dari kejauhan. Namun apa yang mereka takutkan tidak terjadi. Malah Mira kalah dengan keadaan yang sangat aneh.“Harry, kamu pergilah me
Saat kecemasan Momo meningkat, dia merasakan ada tangan yang menggenggam erat tangannya. Dia tidak tahu kalau Harry sudah berada di sisinya sebelum digenggam. Momo bernapas lega saat melihat bola mata Harry.“Wah … wah, kalian telah menyakitiku,” seru Mira sambil tertawa sinis. Mira turun dari mobil serta menghampiri Harry dan Momo dengan tatapan yang tajam, karena sakit hati. Matanya tidak bisa teralihkan dari genggaman tangan Harry pada Momo.“Harry, kamu berbohong ya. Katamu sudah memecat Monita, kenyataannya kamu membawanya ke sini!” bentak Toni dengan marah.“Saya sudah dipecat sebagai sekretaris, Pak Toni. Tapi saya melamar kerja sebagai belahan jiwanya Pak Harry. Apakah itu mengecewakanmu?” kata Momo dengan tenang. Tawa Harry hampir saja pecah saat mendengar Momo mengatakan melamar sebagai belahan jiwanya. Namun melihat kemarahan Mira dan Toni, Harry memilih menyimpannya dalam hati.“Apa-apaan kamu,
“Ada apa?” tanya Tico pada Momo. Tiba-tiba dia disergap rasa khawatir.“Pasukan Mira sedang menuju ke arah sini. Entah dia tahu tempat ini atau hanya mengira-ngira,” timpal Chu.“Dia tidak mengira-ngira! Kemungkinan besar dia tahu tempat ini. Kita harus evakuasi yang tidak bisa bertarung!” perintah Harry. Entah kenapa dia mengeluarkan perintah itu, seolah-olah dia adalah penguasa. Sebagian orang yang mendengarnya langsung bergerak.“Momo, mereka sudah dekat ataukah masih jauh?” tanya sina.“Paling cepat tiba di sini setengah jam lagi,” kata Momo.“Master, kita harus memasang pelindung kita,” pinta Ken.“Kalau kita memasang pelindung, berarti tidak ada yang bisa keluar ataupun masuk,” protes Sina. “Bagaimana caranya kita mengeluarkan yang tidak bisa bertarung? Mereka akan terjebak seperti kita.”“Tetapi kalau kita tidak pasang, mereka
Di belakangnya terlihat beberapa orang mengusung seseorang yang terluka parah. Wajahnya sudah tidak bisa dikenali karena berlumur cairan merah.Terlihat Chu keluar dengan langkah tergopoh-gopoh. Dia segera menyuruh mereka membawa orang itu masuk ke dalam sebuah kamar. Semuanya mengikuti orang yang diusung itu.“Ada apa?” tanya Sina pada pengusung yang sudah meletakkan orang sakit itu di tempat tidur.“Dia dipukul sama anak buahnya Mira sampai babak belur beberapa hari yang lalu. Terus teman-teman membawa dan merawatnya. Saat masih dirawat, teman-teman lain beri tahu kalau adiknya ditangkap sama Mira, dia menuju ke sana dan merelakan dirinya yang dipukul untuk menggantikan adiknya. Tetapi Mira mengenalinya yang tempo hari dia pukul, sehingga dia dipukul berkali-kali lipat,” kata pengusung itu sambil menghela napas. “Padahal adiknya itu bukan adik kandungnya.”“Kenapa dia dan adiknya dipukul?” tanya Sina.
Momo tidak mampu menyelesaikan perkataannya. Hatinya sangat sesak. Tanpa mengharapkan jawaban, dia mengikuti Chu ke sebuah ruangan.Momo hampir pingsan melihat seseorang yang tergeletak dalam keadaan luka parah. Orang itu tidak bergerak, tetapi Momo masih melihat gerakan dadanya naik turun, walau tidak teratur. Dengan cepat, Momo menghampirinya.“Harry!! Harry!! Bangun!! Jangan tinggalkan aku sendiri,” tangis Momo meraung sambil mengguncang badan Harry.“Kalau kamu mau, kamu bisa menyembuhkannya,” kata Chu.Momo tersentak kaget mendengar perkataan Chu. Dia memandang Chu dengan tidak percaya. Air matanya masih mengalir tanpa henti.“Be…bbenarkah, Master? Saya bisa menyembuhkannya. Bagaimana caranya? Tolong beri tahu pada saya, Master, huhuhu….”“Hanya kamu sendiri yang tahu. Seperti kamu bisa melihat masa depan, begitulah kekuatanmu itu akan muncul jika kamu inginkan.”&ldqu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen