All Chapters of Istri Manja Dokter Garang: Chapter 11 - Chapter 20
138 Chapters
BAB 11
Clek! Pintu terbuka, Rezan berdiri di hadapan Ratu di saat posisi gadis itu masih setengah jongkok dan sedikit menungging. Kontan kejadian mendadak dan tak terbaca itu langsung membuat Ratu tersentak, ia memejam miris--merutuki dirinya sendiri yang selalu ceroboh dalam melakukan apa pun. "Ada yang bisa dibantu?" tanya Rezan, kalimatnya memang menunjukkan hal yang lumrah ditanyakan dokter pada umumnya namun ekspresi dan nada suara pria itu seperti ancaman pembunuhan, seram sekali. Ratu segera menegapkan badannya, dia meneguk ludah sebagai penghilang gugup. Gadis itu harus lebih berani menghadapi Rezan kalau mau mendapatkan uang 5 miliar. "Jadilah berani, Tu, lupain kejadian minggu lalu. Pasti dokternya juga udah lupa." "Oh, gini Dok, saya kira ini ruangan teman saya jadi tadi saya agak ngintip-ngintip dikit buat memastikan," dusta Ratu sambil membenarkan posisi kacamatanya. Tangan Rezan menunjuk tanda nama di depan pintu yang j
Read more
BAB 12
Mata Nayla terbuka saat sinar mentari menyapa wajahnya. Gadis itu menggeliat, mengedarkan pandangan ke sekitar dan langsung mendapati ruangan asing yang tak ia kenali. Sedetik kemudian gadis itu akhirnya sadar di mana dia berada sekarang. Ya, Nayla mengingat semua kejadian yang terjadi padanya tadi malam. Gadis itu telah menyerahkan mahkota berharganya untuk dinikmati pria asing yang bahkan sampai detik ini belum Nayla ketahui namanya. Tes! Air mata Nayla menetes sebagai tanda penyesalan teramat dalam atas tindakannya semalam. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Nayla tidak bisa menghapus apa yang sudah terjadi pada dirinya. Mau tidak mau Nayla harus menerima bahwa kini dirinya sudah tidak suci lagi. "Sudah bangun," kata sebuah suara yang semalaman memuji serta mengeluark
Read more
BAB 13
Percobaan pertama gagal tapi tidak lantas membuat Ratu patah arang. Hari ini, dia akan kembali berjuang menarik perhatian Rezan. Walau kemungkinan berhasilnya hanya 10% tapi dia tetap semangat 45 demi uang lima miliar. Ketika gadis itu lelah dan ingin menyerah maka bayang-bayang segunung uang yang bisa menenggelamkannya berkelebat di kepala gadis itu. Ah, dia jadi tidak sabar untuk merealisasikan angannya itu. "Makan yang banyak, Tu, hari ini lo bakal perang lagi." Ratu menyendok dua centong nasi putih, ditambah ayam serundeng, tumis kangkung, dan sambal super pedas ulekannya. Menu makan siang yang luar biasa nikmat. Saat sedang asyik menikmati makan siangnya, Nayla keluar dari kamar dengan langkah tertatih, Ratu mengernyitkan dahi lalu menatap lekat adiknya itu yang kelihatan pucat. "Kamu sakit, Nay?" tanya Ratu setelah sang adik duduk di kursi yang berseberangan dengannya. "Ah, enggak Kak." "Wajah kamu pucat gitu, kita ke dokter, ya?"
Read more
BAB 14
“Sesil, apa maumu sebenarnya? Sudah berapa kali aku bilang, aku tidak mau ikut campur urusan keluargamu lagi!” tegas Rezan yang sudah lelah dengan desakan Sesilia untuk mengikuti semua keinginan wanita itu. “Keluargaku juga keluargamu, bodoh! Tolong Rezan, aku sedang tidak minat bertengkar denganmu hari ini. Pokoknya kamu harus datang ke acara ulang tahun kakek nanti, kakek yang memintanya langsung, loh. Sudah tiga bulan kamu tidak mengunjunginya. Dia selalu menanyakanmu, dia juga bilang kamu jarang menerima panggilannya, dasar cucu durhaka! Ibu pasti sedang menangis di atas melihat tingkah kurang ajarmu ini.” Rezan mendesah berat, dia baru pulang kerja, rasa lelah masih bergelayut pada tiap sendi tubuhnya dan keletihan itu semakin bertambah begitu mendapati kakak menyebalkannya ada di tempat yang seharusnya bisa menjadi pelepas semua keletihan itu. Haruskah Rezandra pindah apartemen lagi? Mentang-mentang suami Sesilia sedang di luar negeri, wanita satu ini teramat b
Read more
BAB 15
Beberapa saat sebelumnya ...             Pesta ulang tahun kakek Rezan berlangsung meriah dan formal. Tamu yang hadir  berasal dari kalangan pebisnis dan kerabat sang empunya hajat. Ratu mengenal kakek tua itu, beberapa kali ia sempat melihat potret sang kakek bertengger sebagai pebisnis tersohor yang diakui eksistensinya. Kalau tidak salah, orang tua itu juga masuk ke dalam jajaran 10 pengusaha terkaya di Indonesia. Entah urutan ke berapa, Ratu lupa.             “Pantas saja mbak Sesil enggak ragu ngeluarin duit 500 juta buat gue, cucu sultan ternyata,” komentar Ratu sambil menyapu sekitar dengan pandangannya, mencari orang yang menyuruhnya datang ke tempat itu.           Ratu tiba di sana sejak 15 menit lalu. Sesuai perintah, gadis itu datang dengan  jemputan mewah yang diberikan Sesili
Read more
BAB 16
“Geo, malam ini kamu mau tidak menginap di rumah kakek?” tanya Restu pada cucunya, anak itu mendongak pada ibunya seperti meminta izin namun Sesil menggelengkan kepala tanda tidak boleh. “Maaf, Yah, Geo sudah janji mau pulang ke rumah orang tua mas Dirga,” balas Sesil dingin. Restu tampak kecewa namun ia berusaha untuk memakluminya. “Ya, sudah tidak apa-apa, lain kali saja.” Sesil tidak menjawab, ia mengalihkan pandangan ke arah pintu masuk dan bibir yang semula datar itu langsung mengembang begitu mendapati kehadiran adiknya di depan sana. “Akhirnya dia datang,” kata Sesil mengalihkan perhatian yang lain. Dermawan tersenyum lebar, ia menyambut Rezan dengan suka cita. Tangannya pria itu lentangkan—mengharapkan sebuah pelukan dari cucu kesayangannya. Pasangan cucu dan kakek itu pun akhirnya berpelukan, tidak lama namun cukup dalam. “Kamu semakin tinggi saja, Zan.” “Kakek semakin tua,” balas Rezan, pada dasarnya pria ini memang u
Read more
BAB 17
“Argh, sakit! Ih ... Rezan ... lepasin tanganku, ini menyakitkan tahu, aww!” Tubuh Ratu dihempas keras ke depan oleh Rezan. Saat ini mereka sedang berada di salah satu ruangan kosong di hotel—tempat pesta Dermawan diadakan. “Argh, kasar banget sih jadi cowok!” omel Ratu sambil mengelus pergelangan tangannya yang merah karena cengkeraman Rezan. “Dibayar berapa kamu sama Sesil?” todong Rezan menginterogasi dengan tatapan dingin dan menusuk. “Aku enggak ngerti maksud ucapan kamu.” “Enggak usah pura-pura bego, berapa Sesil bayar kamu, hah?” Ratu mendesah kesal, ia membenarkan rambutnya, menunduk sebenta
Read more
BAB 18
“Baik, aku akan menikah dengannya.” *** Mata Ratu mengerjap beberapa kali begitu ia mendapati respons aneh dari keluarga Rezan atas kehadirannya di rumah sultan itu. Ratu tidak tahu tepatnya atas nama siapa rumah ini berdiri, entah Dermawan, Rezan, Sesilia atau siapa pun, entah yang mana. Satu hal yang pasti rumah itu sangat mewah melebihi kediaman indahnya dulu. Ratu yang mengira riwayatnya akan tamat hari ini pun tampaknya sudah bisa bernapas sedikit lega. Dia gagal memulangkan namanya saja karena faktanya sekarang dia masih bisa menghirup udara. Masih bisa menikmati makanan lezat seharga gajinya selama satu bulan di kelab malam. Gadis itu kira, saat ia tiba di sana maka keluarga Rezan akan menghakiminya. Bagaimana pun mereka keluarga terpandang, video tidak pantas yang tersebar di internet pasti akan merusak dan menjadi aib bagi keluarga besar mereka. Tangan Ratu berkeringat, saking basahnya seakan dia bisa terpeleset jika berjalan di atas
Read more
Bab 19
“Lantas kenapa kakek mengajukan ide gila semacam itu, kenapa aku harus menikahi perempuan yang bahkan aku sendiri tidak kenal.” “Tidak ada salahnya menikahi gadis itu, Zan. Walau sedikit liar tapi sepertinya dia gadis baik dan lucu, kakek senang melihatnya. Lagi pula kakek rasa ide itu cukup bagus untuk meredakan pemberitaan di luar sana. Jika mereka tahu kamu akan menikah dengan Ratu, berita negatif tentangmu selama ini bisa hilang. Bukankah itu menguntungkan buat kamu?” Tidak, Rezan tidak mengerti dan tak habis pikir dengan jalan pikiran kakeknya. Saat ini, dalam dada pria itu tersimpan gejolak amarah yang membakar setiap sudut hatinya. Skandal menghebohkan yang saat ini viral sedikit banyak mengusik pikiran Rezan yang semula ingin mengabaikan berita itu. Semakin ia abai maka semakin ramai media menggoreng berita tersebu
Read more
Bab 20
Nayla merasa suasana kelasnya hari ini teras sedikit lebih ramai dan bergemuruh dibanding biasanya. Ia menaikkan satu alis sambil mengedarkan pandangan ke sekitar. Brenda dan Nicole belum tiba di sana, ia masih duduk sendiri di kursinya sambil memeriksa ulang jadwal dan menyiapkan tugas makalah yang akan dikumpulkan hari ini. Hari ini Nayla kebagian presentasi kelompok dengan Nicole dan Brenda, gadis itu harap kedua temannya sudah menguasai materi dan bisa memaparkan apa yang telah mereka kerjakan selama satu minggu ini dengan baik. Sebagai ketua kelompok, Nayla bisa dikategorikan baik karena tidak egois dan bersedia menerima pendapat juga saran dan masukan yang diberikan anggotanya. Nayla nyaman dengan kelompok mata kuliah kali ini, selain karena Nicole dan Brenda adalah kawan dekatnya, Nayla juga senang karena dua sahabatnya itu sangat kooperatif selama pengerjaan makalah berlangsung. Dari sekian banyak tugas yang diberikan dosen, tugas yang selalu membuat Nayla waswas dan
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status