Semua Bab Istri Manja Dokter Garang: Bab 61 - Bab 70
138 Bab
Bab 60
“Sial, sudah babak belur masih saja bisa melawan. Kuat juga ternyata si jalang ini.”“Perempuan seperti ini memang menyusahkan tapi sungguh menggiurkan untuk diajak bersenang-senang. Lihatlah, buah dadanya indah sekali, sepertinya nyaman kalau kita mainkan sebentar.”Kedua tangan Ratu terikat ke belakang, pakaian bagian atas sudah disobek oleh para penjahat itu. Ada dua orang yang sedang mengerjai Ratu sekarang, sisanya berjaga di luar ruangan. Dua pria itu sangat antusias mengelilingi Ratu dan tidak memedulikan Geo yang tersekap di belakang mereka. Sampai-sampai kedua orang itu tidak sadar jika anak itu sedang terlibat panggilan dengan seseorang di luar sana.Seorang pria jongkok di depan Ratu, membelai pipi gadis itu yang sudah penuh luka. Binar berahi muncul di manik pria itu, ia menyerang Ratu dengan cepat, ingin mendaratkan bibirnya di bibir Ratu namun Ratu menghindar. Pergerakan Ratu licin seperti belut, tenaga gadis itu seakan tida
Baca selengkapnya
Bab 61
Suasana duka menyelimuti keluarga korban pembunuhan, jasadnya ditemukan beberapa saat setelah penyergapan yang dilakukan Rezan dan pihak kepolisian. Tangis kesedihan terus mengalun, menyesaki pendengaran Rezan yang juga turut hadir di sana. Tidak ada yang menyangka bahwa kemarin adalah hari terakhir keluarga bersua dengan pak Husen. Pria paruh baya itu resmi ditetapkan sebagai korban pembunuhan. Para pelaku sudah diamankan polisi, ya, kumpulan penjahat yang menculik Ratu dan Geo sebelumnya sempat menjegal pak Husen di tengah perjalanan.Sopir itu digorok karena berusaha melawan, setelah dibunuh mayatnya dibuang begitu saja di tempat pembuangan sampah yang tak jauh dari gudang kosong—tempat Ratu disekap. Sesilia sangat terpukul mengetahui kejadian itu, dia menjadwalkan pulang lebih awal karena insiden tersebut. Perempuan itu sangat khawatir pada putranya yang juga menjadi
Baca selengkapnya
Bab 62
Seminggu berlalu, keadaan Ratu semakin mengkhawatirkan. Fisiknya memang sehat tapi mental gadis itu sepertinya terganggu. Dia jadi lebih banyak diam ketika di apartemen, jarang berinteraksi kalau bukan Rezan yang bertanya duluan. Tidak ada lagi Ratu cerewet yang hobi ngomel-ngomel. Tidak ada lagi Ratu centil yang hobi menggoda Rezan ketika pulang kerja. Tidak ada lagi Ratu manja yang suka menyindirnya kikir karena tak kunjung diberikan apa yang dia mau.Sempat suatu kali, Rezan menyuruh Ratu untuk membeli apa pun yang dia mau namun perempuan itu menolaknya mentah-mentah. Dia bilang sedang tidak butuh apa-apa dan tidak ingin ke mana-mana. Berbagai hal sudah Rezan lakukan demi mengembalikan Ratu pada dirinya yang dulu.“Bagaimana Surya, apa dia mau berbicara denganmu?”Surya menggeleng lemas, “Maaf, Dok, saya tidak berhasil membujuknya bicara. Dia hanya mengatakan mau sendiri dan tidak ingin ditemani siapa pun.”“Dia bahkan men
Baca selengkapnya
Bab 63
Surya sudah pergi sejak sore tadi tapi hingga malam hari ucapan terakhirnya terus terngiang-ngiang di kepala Rezan. Pria itu tidak ingin mengambil pusing, hanya saja hati dan pikirannya terus menerus menariknya untuk tenggelam di sana. Dalam ruang yang penuh tanda tanya. Benarkah Ratu mencintainya? Bisakah Rezan menjadi seseorang yang Surya harapkan? Pria itu ingin menemukan jawabannya sendiri, ingin memastikan dengan hatinya apakah ia benar-benar bisa memberi limpahan kasih untuk istrinya dengan tulus?Tangan Rezan berhasil membuka pintu kamar Ratu, gadis itu sedang duduk di depan meja rias dan dia terlihat kaget mendapati kehadiran suaminya. Ruangan itu sudah agak gelap, lampu utama telah dimatikan, hanya lampu meja saja yang masih menyala.“Dokter?” cicit Ratu memastikan, jantungnya berdegup—khawatir jika sosok yang sedang mendekatinya sekarang bukanlah Rezan.“Mm,” sahut Rezan, Ratu mengembuskan napas lega. Rezan semakin mendeka
Baca selengkapnya
Bab 64
Peraduan panas telah disepakati kedua penikmatnya. Mereka tanggalkan semua keraguan dan ketakutan yang sempat menyesaki hati beberapa saat lalu. Tidak ada satu pun yang tahu alasan Rezan menolak Ratu selama ini adalah karena ia selalu dibayang-bayangi adegan tak senonoh Laras dan ayahnya.Dia tidak ingin tidur bersama Ratu atau wanita mana pun karena setiap dia melihat adegan ranjang maka yang terlintas di benaknya hanya Laras dan sang ayah. Sungguh, itu memuakkan, demikianlah sumber dari segala penolakan Rezan terhadap upaya gila-gilaan Ratu selama ini.Nafsunya tiba-tiba turun, mood untuk bercinta hilang dan akhirnya tindakan itu menyulut emosi Ratu dari waktu ke waktu. Rezan sering berlaga seolah-olah dirinya memang tidak menginginkan perempuan mungil itu. Padahal ... ya, tidak mungkin bukan, Rezan berani mencium perempuan lebih dulu jika tidak ada perasaan apa-apa atau rasa ketertarikan sedikit pun.Ratu menjerit kesakitan ketika Rezan men
Baca selengkapnya
Bab 65
Pagi menyapa dan sejoli itu masih bergulung ria dalam selimut tebal sambil saling memeluk. Rezan bangun lebih dulu, mengadaptasikan pandangan lantas ia memandang turun pada sang istri yang masih terlelap. Pria itu sedikit menarik ujung bibirnya ketika mengingat apa yang telah mereka lakukan semalaman. Wajar jika Ratu kelelahan, perempuan itu menjadi tumbal sang suami yang telah berpuasa cukup lama melawan berahi.Ini gila, betapa Rezan tenggelam dalam pesona keindahan yang bahkan selama ini sering Ratu suguhkan padanya. Pria itu terlalu bodoh karena berusaha menutup mata, kini ia tak akan lagi menyia-nyiakan kesempatan. Terserah orang mau menamai perasaan Rezan dengan diksi yang mana, satu hal yang pasti Rezan mulai melampaui kata nyaman ketika bersama Ratu.Bibir Rezan lancar mengecup bibir sang istri yang masih terlelap, ia kemudian bangkit perlahan dari tempat tidur. Malam indah sudah berlalu, saatnya kembali menatap kehidupan nyata. Rezan akan bersiap untuk berangk
Baca selengkapnya
Bab 66
“Luka Anda sudah membaik, minggu depan kita bisa membuka jahitannya. Jangan lupa lakukan peregangan setiap hari, sedikit saja, itu bagus untuk progres penyembuhan luka Anda.”“Baik Dok, terima kasih atas sarannya. Saya merasa hari ini dokter berbeda sekali,” ungkap seorang Ibu yang merupakan pasien Rezan, sudah tiga minggu lebih ibu itu rutin mengunjungi dokternya satu minggu sekali. Seingatnya Rezan yang biasa adalah dokter yang tegas, bicara seperlunya, dan terkesan dingin sekali.“Berbeda bagaimana, Bu?” heran Rezan karena ia tak merasakan keanehan apa pun.“Dokter terlihat lebih ceria dan sering senyum, tampan sekali Dok.”“Anda bisa saja, Bu, saya merasa biasa saja.”“Tidak, Dok, saya melihat perbedaannya. Senang rasanya melihat dokter Rezan sebaik ini, Anda lebih tampan jika sering tersenyum. Maaf kalau saya lancang, apa dokter sudah menikah?”“Iya, saya suda
Baca selengkapnya
Bab 67
Ratu mengantar Sesilia dan Geo ke depan pintu unit apartemennya setelah kurang lebih empat jam mereka mengobrolkan banyak hal. Mulai dari kasus penculikan minggu lalu, kondisi kesehatan Geo, perubahan sikap Rezan, bahkan sampai berita tentang Laras yang baru melahirkan tak luput menjadi bahan obrolan. Sesilia terpaksa pamit karena ada hal lain yang mesti ia urus hari ini. Padahal dia masih betah bercengkerama dengan adik ipar bayarannya itu. Kalau boleh jujur, meski awalnya memang Sesilia membayar Ratu demi menggoda Rezan namun lama kelamaan Sesilia merasa Ratu benar-benar cocok untuk menjadi pendamping adiknya.Mendengar keberhasilan Ratu dalam menggoyahkan hati Rezan membuat Sesilia sangat senang. Akhirnya dia bisa benar-benar lega karena ternyata adiknya masih normal. Rezan bukan gay seperti yang dibicarakan orang-orang. Sesil tidak perlu merasa bersalah kepada mendiang ibunya atas kasus selera sang adik yang melenceng. Ia juga tidak perlu membenci Rezan atas
Baca selengkapnya
Bab 68
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam namun Rezan tak kunjung pulang. Ratu bahkan sampai ketiduran di ruang tamu dengan celemek yang masih terpasang di tubuhnya. Makanan yang tadi disiapkan pun sudah dingin dan beberapa ada yang berkeringat. Rencana mengunjungi Nayla pun terpaksa batal karena seperti yang diketahui, Ratu masih agak takut kalau harus bepergian sendiri tanpa Rezan.Sejam berlalu, tepat pukul sepuluh terdengar suara pintu apartemen terbuka. Rezan melepas sepatunya dan mengganti dengan sandal rumah, ia melangkah dengan wajah lelah. Masuk ke ruang tamu lantas mendapati sang istri sedang meringkuk lucu di atas sofa. Pria itu menghampiri Ratu, menyimpan tasnya di meja lalu duduk di samping celah sofa dan mejanya.Sebersit rasa tak enak hati muncul, Rezan tak sempat mengabari Ratu kalau hari ini dia lembur karena tiba-tiba pasien membeludak di rumah sakit. Terjadi keracunan masal di salah satu acara sebuah perusahaan, semua korban dilarikan ke Citra Med
Baca selengkapnya
Bab 69
“Please, enggak usah iseng malam-malam.”“Saya bukan orang iseng yang suka bercanda, saya serius mau dekat sama kamu terus di sini.”“Oke, oke, kalau mau deketan enggak masalah tapi mending dokter pakai baju dulu, deh. Biar enggak masuk angin.”“Buat apa, nanti juga saya lepas baju lagi sama kamu.”“Heh!” sentak Ratu, wajahnya merah tomat digoda demikian.Rezan cukup puas mengerjai istrinya, ia pun terkekeh lalu menegapkan posisinya lagi. Pria itu berkacak pinggang di depan istrinya.“Saya tidak suka dipanggil Mas dokter Rezan, camkan itu!”“Iya, aku ganti nanti.”“Jadi apa?”“Mas buaya,” celetuk Ratu lalu Rezan pun hendak mendekatkan wajahnya lagi Ratu langsung menahan dada pria itu agar tidak mendekat, “Mas Rezan, fix, aku bakal manggil kamu mas Rezan, oke?”“Deal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status