Semua Bab Sang Panglima Perang: Bab 51 - Bab 60
290 Bab
Pertarungan Dengan Murong
    Zhang Yuan berhasil menghindari ayunan pedang itu. Sedangkan jenderal Murong yang sudah tak bisa menahan geramnya lagi, memilih untuk turun dari kuda dan berhadapan secara langsung dengan Zhang Yuan. SIAP ATAU TAK SIAP, MUSUHMU AKAN TERUS MENYERANG!     Perkataan ayahnya waktu itu menyadarkan dia kalau inilah maksud dari ayahnya berlaku keras dan dingin. Semua yang diajarkan ternyata untuk kebaikannya di masa depan. Zhang Yuan mengatur pernapasannya dan mengeratkan cengkeraman tangan di pegangan pedang. Tak ingin wajah kelelahannya dilihat oleh musuh, dia menegakkan kembali tubuh dan tersenyum kecil untuk membuktikan kalau dia siap untuk bertarung.     “Yang Guang, kau adalah orang pertama yang berhasil membuatku tak bisa menahan geram! Bersiaplah untuk mati!”     Murong berlari cepat dan melompat ke arah Zhang Yuan beriring dengan tebasan pedangnya. Sedangkan Zh
Baca selengkapnya
Tertangkapnya Jenderal Murong
    “Dia adalah milik kaisar, Yang Guang. Cepat ikat dia!” pintah Jing Lei melemparkan gulungan tali tambang ke samping Zhang Yuan    “Prajurit sejati tak memiliki hati, Yang Guang. Pedang yang terhunus tak boleh ditarik kembali dari target. Ayo bunuh aku … apa kau takut?”    Zhang Yuan menahan geramnya hingga membuat pedang yang dia pegang ikut bergetar. Ingin sekali dia menghabisi nyawa Murong, tapi mengingat perintah Jing Lei dia harus mengurungkan niat hatinya. Dengan berat hati, Zhang Yuan menarik kembali pedang yang telah dihunuskan di hadapan Murong lalu mengait tali di sampingnya dan menangkap dengan cepat.   “Ha ha ha … kau lemah!” ucap Murong menertawakan Zhang Yuan yang kini telah berada di belakang dan mengikat kedua tangannya membelakangi pinggang.    “Aku jauh lebih kuat dari yang kau bayangkan, jenderal Murong. J
Baca selengkapnya
Racun
    “Kalau begitu, semoga kau bisa bertahan sampai tiba di kerajaan.” Jing Lei pergi setelah mengucapkan kalimat sarkas itu di hadapan Zhang Yuan.    Tentu saja hanya itu yang bisa dia ucapkan. Tak peduli seperti apa pengorbanan Zhang Yuan dalam menangkap jenderal Murong, tak akan membuat Jing Lei mengakui atau pun berterima kasih atas konstribusinya.    Racun di dalam tubuh kini semakin menyiksa dirinya. Luka yang di bahu akibat sayatan pedang Murong semakin nyeri dan terasa panas. Napasnya juga menjadi tidak karuan seperti ada sesuatu yang menghalangi saluran pernapasannya.    Di luar sana sangat bising. Zhang Yuan keluar dari dalam ruangan dan melihat ke bawah. Semua prajurit saat ini sedang menikmati kemenangan mereka dan tak memedulikan keadaan dirinya yang mungkin sudah tak lama lagi akan meninggal.    “Hei, Yang Guang? Apa kau sudah merasa baikan?&rdquo
Baca selengkapnya
Kembali Ke Istana Song
    Jenderal Murong berdiri dan mendekatinya di balik jeruji besi yang menghalangi jarak mereka berdua. Dia menunjukkan pil obat berwarna hitam di tangannya sembari memainkan bulat kecil itu di jemari.    “Penawarnya hanya ada satu. Pikirkan baik-baik, Yang Guang. Sekarang racun itu sudah masuk ke dalam darahmu, jangan menunggu sampai dia meledakkan jantungmu,” ucap jenderal Murong menunjukkan senyuman menakutkan.    Saat ini Zhang Yuan berada di pilihan yang sangat sulit. Ini benar-benar membuatnya gila! Jika membiarkan Murong lolos maka jelas dia telah berkomplot dengan musuh kerajaan, tapi dia juga tak mau jika racun ini mengakhiri nyawanya begitu saja sebelum semua tujuannya tercapai.    Zhang Yuan membalikkan badannya, menahan ketidakberdayaan pilihan yang harus dia ambil. Namun hatinya jelas tahu kalau mengambil penawar itu maka ada harga yang harus dibayar. Dia mel
Baca selengkapnya
Menghadap Kaisar Qin Huang
    Zhang Yuan mendekati kurungan kayu yang membawa Murong, “kenapa kau berhenti tertawa?”    Murong memandangnya datar. Dia masih menunggu Zhang Yuan untuk menyetujui tawaran yang dia berikan. Namun setelah beberapa menit berlalu tak juga ada tanda-tanda penderitaan dari Zhang Yuan.    “Kenapa kau melihatku seperti itu, jenderal Murong? Apa kau benar-benar menginginkan kematianku?”    “Huh! Meski kau berusaha untuk menahan efek racunku, tapi kau tidak akan selamat Yang Guang.”    “Inilah kehebatanku, jenderal Murong. Bukankah sudah aku katakan padamu, kalau kau akan melihat kehebatanku yang lain?!”    Mata Murong memaku seakan tak percaya jika ada orang yang bisa selamat dari racunnya, atau ada orang yang bisa bertahan sampai sekarang setelah terkena racun itu. Dia masih terdiam melihat Zha
Baca selengkapnya
Panglima Yang Guang
    “Jadi … ini adalah prajurit yang melepas paksa ketopong jenderal Murong?”    “Aku hanya sedang beruntung saja, yang mulia.”    Kaisar Qin Huang tertawa keras sebab Zhang Yuan bukanlah lelaki yang membanggakan diri sendiri meski memiliki kemampuan yang hebat. Dia memanggil Zhang Yuan untuk mendekatinya agar bisa melihat dengan jelas seperti apa rupa dari prajurit pemberani itu. Namun baru saja melangkah, Zhang Yuan bertekuk sambil menahan sakit yang diakibatkan oleh racun di dalam tubuh.    “Lancang! Berani-beraninya kau mengotori istana kaisar dengan darahmu?!” hardik kasim pribadi Qin Huang yang berdiri di sampingnya.    “Jenderal Jing Lei, ada apa dengannya?” Jing Lei dengan cepat memberitahukan kalau Zhang Yuan terkena racun dari pedang jenderal Murong saat bertarung, tapi dia memilih untuk menghadap kaisar terlebih
Baca selengkapnya
Kehidupan Baru
    Kereta segera berjalan begitu Zhang Yuan masuk di dalamnya. Sesekali dia menengok dibalik tirai jendela untuk melihat keramaian kota. Namun baru sebentar menaruh perhatian di beberapa toko, matanya tiba-tiba memaku saat melihat gerbang rumah besar yang diberikan tanda segel kertas menyilang berwarna kuning. Sesuatu yang masih membekas di dalam hati seperti tak mengizinkan  untuk menikmati kebahagiaan sebelum menyelesaikan tujuan.     Suasana hati yang baik tidak bertahan lama, karena setiap sudut kota merupakan kenangan manis yang telah berubah menjadi kepahitan bagi mata, hati dan pikiran. Embusan napas berat menahan semua kegeraman beriring dengan kedua tangan yang mengepal.     “Cepatlah!”     Satu kalimat perintah yang terdengar kasar dari dalam kereta membuat langkah kaki sang kuda semakin cepat membawanya menyusuri jalanan yang padat itu. Hingga beberapa menit kemudian berhenti di depa
Baca selengkapnya
Pemimpin Seratus Prajurit
    “Aku pikir kau tak terlalu sibuk dengan kehidupan barumu.”    Zhang Yuan kembali terdiam begitu mengingat kehidupan barunya ini didapatkan dari desakkan kehidupan lama. Kalau bukan karena diizinkan hidup lagi oleh langit dan dirawat oleh Wang Yi, maka tidak ada panglima Yang Guang yang sekarang.    “Kakek Wang, bagaimana kalau sekarang kau tinggal saja bersamaku?”     Wang Yi menganggukkan kepala dengan cepat lalu meneguk araknya, “aku lebih senang sendirian di gubukku, Zhang Yuan.”    Seberapa keras Zhang Yuan meminta Wang Yi untuk tinggal bersamanya, tetap saja mendapatkan penolakan dengan alasan yang sama. Dia tak habis pikir apa enaknya tinggal di hutan sendirian dan hanya ditemani oleh pohon-pohon serta hewan buas lainnya.    “Sudahlah. Kau tak perlu membujukku lagi, jawabannya tetap akan sama.&rdquo
Baca selengkapnya
Markas Baru
    Mendengar perkataan Zhang Yuan, Jing Lei terbungkam. Tawa yang tadinya begitu sombong dia munculkan kini menghilang begitu saja. Manik hitam Zhang Yuan yang tegas dan berani memberitahukan kalau pilihannya akan seratus prajurit baru adalah yang terbaik.    Zhang Yuan pergi dari hadapan Jing Lei dengan menepiskan senyuman samping penuh kemenangan dengan argumen mereka berdua. Dia berjalan menuju ke sekumpulan prajurit yang baru direkrut untuk memilih seratus orang yang akan menjadi teman seperjuangannya, bukan bawahannya.    Sementara Jing Lei masih memaku melihat Zhang Yuan menjauh darinya. Langkah tegap dari lelaki yang dia lihat mengingatkannya akan seorang teman lama dengan semangat juang kini berada dalam diri Zhang Yuan. Sosok yang dia kagumi muncul lagi dalam ingatannya.    Begitu sampai di depan sekumpulan prajurit baru, Zhang Yuan terdiam melihat sebagian dari mereka yang
Baca selengkapnya
Pelatihan Pertama
    Sementara beberapa prajurit yang kesulitan untuk melawan serigala, dibiarkan oleh Zhang Yuan. Dia memilih untuk tidak membantu agar melihat sampai di mana kemampuan mereka, bukan karena tidak adanya rasa solidaritas melainkan ingin memberikan bekal dasar seperti apa yang pernah dikatakan ayahnya kalau musuh akan menyerang secara brutal meski mereka siap atau tidak.     Meskipun begitu, Zhang Yuan tetap memiliki pikiran dan hati yang bersih. Dia menolong beberapa prajurit yang memang sudah tak berdaya melawan serigala. Satu gerakan saja sudah membunuh serigala yang hampir menerkam prajuritnya.     Mereka akhirnya berhasil membunuh beberapa serigala dan menghentikan kawanan itu untuk menyerang lagi. Terdengar sorak kemenangan dari semua prajurit karena telah berhasil melawan serigala meski napas mereka tersengal-sengal. Namun bagi Zhang Yuan itu bukanlah sorak kemenangan melawan serigala melainkan kemena
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
29
DMCA.com Protection Status