All Chapters of Terjebak Cinta Cowok Culun: Chapter 71 - Chapter 80
87 Chapters
69 > Nickey dan Nayra
  Nickey meringis ketika kain kasa yang sudah bercampur obat merah menyentuh bagian bibirnya yang sobek. Perlahan luka itu bersih dari darah. Dan hanya menyisakan lebam biru serta bagian kulit yang tergores.       "Apa kata gue?" gumam seseorang di sebelahnya.       Nickey hanya melirik sinis orang itu, kemudian kembali membersihkan lukanya sendiri. Mungkin ini pilihan yang salah dengan membiarkan berandalan itu memukul dirinya. Tapi Nickey tidak punya pilihan lain, selain merasakan setiap pukulan menyakitkan itu mendarat di rahang dan perutnya.       Seperti sudah biasa, tapi ini untuk ketiga kalinya semenjak dirinya menjadi mah
Read more
70 > Cowok Misterius
Salah satu hal yang Nayra paling benci ialah rasa penasarannya yang belum terjawab. Termasuk rasa penasarannya pada cowok berkacamata tadi. Namun lagi-lagi ia harus kehilangan moment untuk berbicara pada cowok itu.Daripada berlama-lama menunggu, Nayra memilih kembali menyantap buburnya. Namun dengan raut wajah cemberut yang membuat Friska mengernyit."Habis dari toilet kan lo, bukan dari kuburan?" tanya Friska mengada.Nayra menggeleng. "Dari toilet lah.""Ya tapi mukanya biasa aja. Atau lo habis ngeliat gebetan pacaran sama orang lain di toilet?" Friska memicing curiga, sedangkan Nayra hanya terkekeh menanggapinya.Yang benar saja, Nayra juga sama sekali tidak memiliki seseorang di hatinya."Kamu mah, sembarangan ngomongnya. Yang namanya gebetan atau... apalah itu, aku nggak punya," ujar Nayra tersenyum tulus, seolah meyakinkan Friska. Friska mengibaskan tangannya di udara."Ah, terserah lo. Tapi gue yakin, suatu saat nan
Read more
71 > Gelang Hitam
Memilih berjalan kaki saat pulang dari kampus, rupanya tidak membuat Nayra merasa malu atau dipandang rendah. Memang awalnya ia sedikit malu dan lelah, tetapi seiring berjalannya waktu ia berusaha mengerti, karena faktor ekonomi dan penyakit yang di derita ayahnya hingga harus berhenti bekerja.Satu-satunya orang yang selalu menemani perjalanannya ialah Friska. Gadis berambut pendek seleher itu tidak pernah absen menemaninya. Entah itu dalam keadaan hujan atau panas terik yang menyengat kulit. Rumah mereka juga sejalur, bahkan satu komplek tetapi rumah Friska terletak di ujung. Langkah yang lumayan cepat memungkinkan mereka tidak menyita lama sampai di pertigaan jalan.Nayra mendongak, menatap langit yang mulai ditutupi awan mendung. "Kayaknya mau hujan."Friska ikut mendongak. "Ah, gue lupa bawa payung. Lo ada?" Kali ini menatap Nayra."Nggak ada, payungnya aku biarin dirumah. Biar ayah--""Iya-iya tau. Biar ayah bisa pakai," po
Read more
72 > Atas Dasar Apa
 Perlu kalian tau, jika Nayra termasuk gadis yang memiliki tingkat penasaran tinggi. Apalagi saat ia menemukan sesuatu yang memiliki hubungan di masa lalu. Sebuah gelang yang ia temukan tadi buktinya, Nayra memungut gelang itu sebelum pergi, karena ia tahu milik siapa. Entah dorongan darimana ia merasa ada hal yang aneh, terutama ketika memasuki rumah kosong tadi. Oke, sekarang ia tidak ingin terlalu memusingkan hal itu. Ia hanya ingin fokus pada gelang yang di temukannya tadi. Setelah membersihkan diri Nayra menatap sebentar dirinya di cermin, menyisir rambut dan memoleskan sedikit bedak bayi. Wajahnya yang putih membuatnya tidak perlu waktu lama untuk duduk di depan cermin.  Alih-alih memikirkan, akhirnya Nayra memilih mengambil gelang itu di laci nakas, lalu duduk bersila di atas kasurnya. "Bukannya ini punya kamu ya? Tapi kenapa ada di rumah tadi? Emang kamu pernah ke sana?" gum
Read more
73 > Perubahan Si Cupu
Nickey yakin jika keputusannya saat ini tepat, mengubah sedikit penampilan untuk seseorang yang selama ini ia tunggu. Mulai dari mengubah gaya rambutnya, gaya pakaiannya dan satu paling penting, meninggalkan sepasang kacamata bulat yang selama beberapa hari lalu sangat menganggu penglihatannya.Mungkin selama ini semua orang menilai Nickey dengan persepsinya yang cupu. Faktanya, sifat Nickey justru berbanding terbalik. Semuanya palsu, bahkan kacamatanya sama sekali tidak memiliki tingkat minus apapun. Berbeda ketika di kampusnya dulu, Nickey bebas melakukan apa pun, semau-maunya, tanpa ada halangan. Karena dulu Nickey dikenal dengan cowok yang notebenenya berandalan dan suka membolos.Nickey menatap dirinya di cermin, menyisir rambutnya ke samping, kemudian meraih kaos lengan pendek yang sudah ia siapkan di atas kasur. Kaos itu berwarna senada, dan terlihat kontras dengan jeans biru malam yang ia kenakan. Juga, kaos itu cukup memperlihatkan lengan kekar Ni
Read more
74 > Kamu Cantik
Andai Nickey mengetahui lebih dulu kejadian tadi, ia tidak akan membiarkan Danu menolong gadis itu. Alhasil, Nickey hanya bisa memandang Nayra dari kejauhan. Tampak dari arah yang berlawanan gadis itu berjalan mendekat, sambil membawa tumpukan buku bersama bu Mawar di sebelahnya. Harusnya, Nickey lebih mengamati gadis itu lagi. Dan kini Nickey berdiri di rooptof lantai atas kampus, secara diam-diam kamera ponselnya mengarah pada dua orang yang sedang berjalan di koridor lantai bawah. "Kamu cantik, Nayra." Nickey mengucapkan itu bersamaan setelah ponselnya berhasil memotret si gadis.  Memang itulah kenyataannya, Nayra terlihat sangat cantik apalagi saat ia tersenyum. Nickey mengamati lagi hasil fotonya, tapi adanya bu Mawar di foto itu membuat Nickey berdecak sekali. Ah, sayangnya Nayra sudah menjauh dari pandangannya ketika Nickey ingin memotretnya ulang gadis itu. Tidak masalah, Nickey masih memiliki banyak waktu untuk membawa Nayra meng
Read more
75 > Menjagamu
Jika Nayra memakan dengan lahap buburnya, berbeda dengan Nickey yang menopang dagunya dengan kedua tangan, mengamati dalam diam gadis itu. Banyak sekali pertanyaan yang ingin ia lontarkan, lalu waktu yang ia ingin habiskan. Dan ketika tidak sengaja matanya bertemu tatapan Nayra, secepatnya ia mengalihkan pandangan. Tapi bukan Nayra namanya, jika terlalu mudah di bodohi."Kamu mau?" Nayra menyodorkan buburnya yang sisa sedikit. Kepekaan yang sangat salah.Nickey menggeleng, masih menopang dagunya. "Nggak, aku udah makan tadi. Kamu habisin, biar kenyang.""Oh, yaudah." Nayra melanjutkan memakan buburnya, tersisa sedikit yang membuatnya tidak memerlukan waktu lama. Setelah merasa kenyang, ternyata Nayra melupakan sesuatu, membeli air minum.Nickey yang menyadari gerak-gerak Nayra langsung beranjak dari duduknya, melangkah lebar menuju penjual minuman. Selesai membeli, Nickey kembali lagi ke samping Nayra dan langsung menyodorkan minumannya.
Read more
76 > Ayah
Mungkin untuk saat ini, salah satu hal yang Nickey takuti ialah kedatangan Rifdan. Ia tidak tahu harus berbuat apa jikalau itu benar terjadi.Dan yang paling penting, Nickey tidak ingin misinya gagal hanya karena masa lalu.Sambil menunggu Nayra kembali, Nickey mengedar pandang, mengamati setiap sisi rumah Nayra yang didominasi warna biru itu. Tidak terlalu mewah, bahkan sangat sederhana untuk di tempati dua orang. Lalu ketika Nickey mengamati, matanya tidak sengaja melihat sebuah foto terpajang di sisi ruangan, agak kusam dan buram. Lumayan jauh dengan sofa yang ia duduki hingga harus berdiri guna mengamati lebih jelas lagi.Mata Nickey sempat membulat beberapa saat, sampai akhirnya kembali normal karena suara dari belakang mulai mendekat."Lagi liatin apa?" tanya Nayra, Nickey menoleh dan mendapati gadis itu sedang meletakkan minuman. "Foto. Itu ibu kamu?" Nickey menunjuk wanita bergaun pengantin putih di foto itu."Iya.
Read more
77 > Untukmu
"Permisi."Suara milik dokter itu lantas membangunkan dua orang yang tengah terlelap. Nickey menegakkan punggung, bangun dari sandaran kursinya meski belum sepenuhnya sadar. Sedangkan mata Nayra perlahan membuka, mengucek-nguceknya sebentar kemudian menatap dokter. "Maaf mengganggu," ujar dokter itu. Tampak tidak nyaman karena mengganggu tidur mereka.Nayra ikut berdiri. "Nggak papa dok. Terus keadaan ayah gimana?" "Ayah kamu baik-baik saja. Tapi jangan sampai telat memeriksa kesehatannya. Maaf lambat memberitahu, saya tidak tega membangunkan kalian tadi.""Nggak masalah dok," jawab Nickey yang sudah berdiri di samping dokter itu. "Terus kapan ayah Nayra bisa pulang?""Sekitar beberapa hari lagi, kami ingin memantau kesehatannya dulu. Dan Nayra, apa ayah kamu selalu teratur minum obat?"Nayra menggeleng. "Ayah sering lupa, obatnya sekarang juga lagi habis."Dokter itu hanya ber-oh sesaat. "Kalo gitu obatnya dokter s
Read more
78 > Musuh Baru
Sejak dua puluh menit yang lalu, tepatnya setelah Nayra menghabiskan makannya, tangan Rifdan terus berada dalam genggamannya. Nayra berharap Rifdan segera sadar, walau tadi dokter sempat mengatakan Rifdan tengah tidur. Kemungkinan akan bangun sekitar satu jam lagi. Itupun hanya perkiraan, selebihnya Tuhan yang menentukan.Bersama Nickey yang berada di sampingnya, duduk menopang dagu. Sesekali mengusap bahu Nayra."Sabar, ayah pasti sadar," ucap Nickey menenangkan. Tetapi jauh di relung hatinya, Nickey mengkhawatirkan sesuatu yang membuatnya ingin lekas pergi dari tempat ini.Nayra mengangguk halus, tangannya tetap setiap mengusap punggung tangan Rifdan sesekali menciumnya. Rifdan selalu mengatakan kalau sentuhan adalah cara paling ampuh untuk berinteraksi dengan seseorang, meski orang itu sedang tidak sadar.Dan benar saja, beberapa menit kemudian jari Rifdan melakukan pergerakan kecil, yang mungkin tidak disadari  mereka yang berada lumayan jauh dar
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status