Lahat ng Kabanata ng CINTA DIBALIK CADAR: Kabanata 31 - Kabanata 40
80 Kabanata
31. FLASH BACK (XII) HAMPIR
Tak sampai lima belas menit kami pun sampai di sebuah bangunan dua lantai yang terdiri dari kamar-kamar sederhana yang berjajar keliling membentuk kotak. Dan tanpa atap di bagian tengah. Kak Reyhan naik ke tangga yang letaknya berada di luar ruangan diikuti aku di belakang. Kost ini terlihat sangat sepi. Hampir semua pintunya tertutup kecuali satu kamar di seberang bagian ujung yang terbuka lebar dengan lampu di bagian dalam yang menyala. Aku melihat seorang wanita tengah asik tertidur di kasur lantai sambil menonton televisi. Seketika kerut di keningku pun menjelas. "Ini kost-kostan cowok atau cewek?" tanyaku bingung pada Kak Reyhan yang saat itu sedang membuka kunci pintu kamar kostnya yang terletak di lantai dua deretan ke tiga dari arah tangga.
Magbasa pa
32. FLASH BACK (XIII) AIR MATA REYHAN
Setelah hujan sedikit lebih reda, seperti janji Kak Reyhan sebelumnya, dia akan mengantarku pulang menggunakan motor milik Bang Nindra. Jadilah, malam itu aku dan Kak Reyhan kembali menikmati kedekatan yang terasa semakin intens di antara kami. Saking dingin aku benar-benar tak mampu menahan diri untuk tidak memeluk Kak Reyhan. Meski awalnya Kak Reyhan melarang tapi aku tidak perduli, aku tetap memeluk tubuh kurus itu dari belakang. Walau kurus, tapi bahu Kak Reyhan lebar dan punggungnya yang kini benar-benar menempel di dadaku terasa hangat. Aku benar-benar menikmati kebersamaan kami malam itu. Aku membenamkan wajahku di balik bahunya sambil memejamkan mata. Rasanya, sangat nyaman. Dan saking nyaman, aku sampai tidak sadar bahwa sepanjang perjalanan pulang itu aku ma
Magbasa pa
33. FLASH BACK (XIV) PERPISAHAN
Seperti hari-hari sebelumnya. Hari ini aku kembali ikut menemani Kak Reyhan mengamen, tapi di tempat yang berbeda dari biasanya. Bukan hanya tempat yang berbeda, hari ini aku dan Kak Reyhan mengamen ditemani Kak Nindra dan beberapa teman Kak Reyhan yang lain. Suasana ramai membuat aku merasa terhibur apalagi di saat Kak Nindra yang jahil terus saja menggodaku dengan Kak Reyhan. "Udah dicium berapa kali sama Reyhan, Trin?" tanya Kak Nindra saat itu. Mendengar pertanyaan frontal itu, Kak Reyhan langsung memelototi Kak Nindra yang jadi cengengesan. Sementara aku cuma bisa senyum-senyum. "Reyhan mah banci, dia takut sama cewek," goda kawan-kawan yang lain.
Magbasa pa
34. ANGGIA HILANG
Reyhan tertidur di mushola rest area tol Cipularang. Semalaman menyetir membuat rasa kantuk menguasai dirinya. Waktu tempuh enam jam Jakarta-Bandung-Jakarta cukup membuatnya kelelahan. Reyhan kaget begitu dilihatnya matahari sudah terbit begitu tinggi. Pukul 10.25 WIB. Shit! Reyhan bangkit dan mulai berjalan cepat ke arah mobil. Baterai Handphonenya lowbat. Semoga saja tidak terjadi masalah di kantor. Harapnya cemas. Reyhan sempat melirik kaca spion di atas kepalanya memastikan luka lebam di wajahnya tidak terlihat serius. Dia tidak mungkin mampir ke apartemen dulu untuk sekedar mandi dan berganti pakaian. Sementara dia tahu hari ini ada meeting dengan klien penting selepas jam makan siang. Reyhan mulai melajukan mobilnya
Magbasa pa
35. PIALA BERGILIR
Di sebuah ruangan dengan lampu redup temaram, seorang wanita terkulai lemah tak berdaya di atas lantai beralaskan kardus-kardus bekas. Kesadarannya belum pulih sempurna. Dia mencoba untuk membuka mata. Kepalanya berkunang-kunang. Nafasnya terasa sesak. Wanita itu mencoba bergerak, tapi sia-sia. Ke dua kaki dan tangannya diikat begitu kencang. Hingga setelahnya dia hanya mampu berteriak. Meski suaranya hanya terdengar seperti orang yang sedang bergumam. "Tolooonggg.. Tolooonggg..." Anggia terus berusaha berteriak meski setelahnya yang keluar hanya suaranya yang pelan tertahan. Entah mengapa dia merasa tenaganya seperti sudah dikuras habis. Dan lagi dia merasakan nyeri di bagian kewanitaannya ketika dia mulai menggerakkan kakinya. Dan Anggia baru sadar kalau pakaian yang dia pakai sekarang bukanlah pakaian yang dia
Magbasa pa
36. SIAPA BIMANTARA?
Katrina terus menebak-nebak hal mendesak apa yang membuat Reyhan dan Hardin harus berbarengan untuk tidak masuk kantor selama beberapa hari. Namun tak ditemukannya juga jawaban yang tepat, sampai akhirnya Kak Zaenab meneleponnya dan penjelasan Kak Zaenab di telepon menjawab semuanya. "Teteh sekarang lagi di rumah Abi Syamsul, Trina. Gia, cucu bungsunya Abi Syamsul yang sekolah di Jerman diculik. Tadi sore Abi Syamsul telepon ke rumah minta Nini sama Teteh ke rumah beliau untuk temenin Umi Tantri, neneknya Gia. Merekakan nggak punya kerabat lagi di Bandung. Bantu doa ya, Trina, mudah-mudahan Gia cepat ditemukan." jelas Kak Zaenab di telepon. "Innalillahi, iya Teh. Trina pasti akan bantu doa. Gia itu sahabat Trina Teh, waktu Trina tinggal di Jakarta." Katrina benar-benar kaget. Anggia diculik? Ya Allah SWT, semoga t
Magbasa pa
37. KARMA
Engsel-engsel jendela besi itu berdecit ketika angin menerpa kerapuhannya. Menghadirkan suara pedih yang menyayat hati. Lorong-lorong rumah sakit yang gelap dengan dinding-dindingnya yang dingin menjadi saksi bisu atas hati yang terpuruk. Dia berusaha untuk bangkit namun sulit. Tubuhnya kini hanya menyisakan raga tanpa jiwa. Terseok dalam kehidupan fana yang penuh dengan kepalsuan. Merintih kesakitanpun tak akan ada yang mendengar. Kini semua terasa hampa baginya. Kosong. Dia akui, dia memang bukan orang yang baik. Dia hanya seorang bajingan yang mencoba bahagia dengan caranya sendiri. Meski dia tahu cara itu salah. Bukan! Itu bukan bahagia. Dia tak pernah jumpai kebahagiaan yang sesungguhnya, bahkan selama 29 tahun hidupnya berlangsung. Yang dia tahu hanya sebatas cara menikmati hidup, tanpa ada kebahagiaan yang
Magbasa pa
38. MENJENGUK ANGGIA
Lima hari kemudian pihak kepolisian sudah berhasil membekuk Bimantara. Hardin tak mau melewatkannya. Dia harus bertatap muka langsung dengan otak pelaku kejahatan terhadap Anggia. Hardin harus membuat perhitungan langsung dengannya. Di dalam sebuah ruangan tertutup, tempat dimana pihak kepolisian biasa mengintrogasi para pelaku kejahatan. Hardin dipertemukan dengan laki-laki setengah baya yang bernama Bimantara itu. Reyhan ada disana. Berdiri di belakang Hardin. Hardin dan Bimantara duduk saling berhadapan. Mata mereka sama-sama menyiratkan kebencian yang mendalam. "Lu mau tau apa yang gua rasain sekarang? Gua puas! Dan gua nggak perduli walau gua harus mati membusuk di penjara!" ucap Bimantara. Tangannya terborgol di bel
Magbasa pa
39. ANGGIA KABUR
Hari ini Reyhan baru kembali dari Surabaya. Dia menagih janji Hardin untuk memberinya cuti. Walau pada akhirnya Reyhan tidak bisa bertahan cukup lama disana. Karena dia masih mengkhawatirkan keadaan Anggia. Dan lagi Reyhan sudah menyewa orang lain untuk mencari tahu keberadaan Katrina di Surabaya. Mungkin itu akan lebih membantunya. Saat sore tadi Reyhan sampai di Jakarta dia langsung menuju rumah sakit untuk melihat perkembangan Anggia. "Belum ada kemajuan sampai saat ini, Nak." ucap Abi Syamsul yang berdiri di samping Reyhan. Dari raut wajahnya yang keriput termakan usia, Reyhan bisa melihat keputusasaan disana. Abi Syamsul pergi meninggalkan Reyhan setelah laki-laki tua itu menepuk pelan bahu Reyhan. Pandangan Reyhan kembali pada Anggia. Wajah yang selalu terlihat
Magbasa pa
40. KEJADIAN DI ROFFTOP
Sore tadi Bibi Atiqah, Mang Fu'ad dan Mang Adnan baru tiba di Jakarta. Mereka berniat untuk menjenguk Anggia. Tapi sebelum itu mereka mampir ke rumah Om Rudy dulu. Hingga setelahnya mereka bersama Om Rudy, juga Katrina pergi ke rumah sakit selepas melaksanakan shalat Maghrib. Setibanya di rumah sakit mereka mendapati banyak orang berkumpul di halaman parkir di depan ruangan loby rumah sakit. Katanya ada orang yang mau bunuh diri. Pandangan mereka tertuju pada seorang wanita yang berdiri di pinggir atap gedung rumah sakit berlantai lima itu. Dan wanita itu adalah Anggia. "Subhanallah, itukan Gia?" pekik Bibi Atiqah. Mereka semua b
Magbasa pa
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status