Semua Bab Sang Penguasa: Bab 81 - Bab 90
369 Bab
Masalah di Depan Gerbang Kota
Matahari tepat berada di atas kepala, panas dan teriknya membakar hingga ke kulit ketika Fang tiba tidak jauh dari sebuah gerbang kota. Di atasnya tertulis dengan rapi beberapa kata yang sangat besar, IBUKOTA KEKAISARAN YANG, KOTA AWAN PUTIH. Suasana begitu ramai, banyak antrian di sepanjang jalan keluar-masuk kota. Fang turun dari Bintang Kecil dan berdiri di antrian paling belakang, menunggu giliran masuk. Ia kemudian mendekati warga yang ada di depannya dan menanyakan sesuatu. "Maaf paman, apakah setiap harinya memang ramai seperti ini?" Fang cukup terpukau, ini kali pertamanya melihat antrian panjang. "Sebagai ibukota dari Kekaisaran Yang, kota Awan Putih memang sering ramai pengunjung. Namun, biasanya tidak sepanjang dan sepadat ini. Hari ini memang tidak biasa, ku dengar putra dari Kaisar Li sedang di perja
Baca selengkapnya
Membeli Tumbuhan Gaib Langka
Kepulangan pangeran Li Jianchen ke istana disambut langsung oleh kaisar saat ini, Li Ning dan permaisurinya. Keduanya melepaskan pelukan rindu karena sudah sebulan penuh tidak bertemu dengan putra mereka satu-satunya itu. "Ayahanda, Ibunda." Sapa pangeran Li lalu memeluk keduanya. Kaisar Li dan permaisuri melakukan hal yang sama, mereka memeluk erat sang putra. Kaisar Li memang dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan dingin, namun saat bersama keluarga, dia merupakan sosok ayah yang baik dan penuh kasih sayang. Setelah itu, kaisar Li mengajak pangeran Li Jianchen untuk pergi ke ruangan pribadi keluarga kekaisaran, setelah tiba di sana, pemimpin tertinggi Kekaisaran Yang itu menanyakan peristiwa-peristiwa yang dialami putranya.
Baca selengkapnya
Pertemuan Tak Terduga
Pelayan yang menemani Fang begitu terkejut, matanya melotot dan mulutnya terperangah setelah melihat pemuda itu benar-benar memborong semua tanaman gaib langka yang ditemuinya di lantai empat Rumah Anggrek Ungu. Tidak berhenti sampai di sana, Fang meminta pelayan tersebut menemaninya ke lantai selanjutnya untuk mencari tanaman gaib langka lainnya. "Tuan muda, Anda sudah membeli lebih dari sepuluh tanaman gaib langka, meskipun terbilang sedikit namun harganya cukup fantastis." Pelayan mengingatkan Fang.  "Tidak masalah, aku akan membelinya." Fang kembali menggoyangkan uang yang ada di kantong hitam di tangannya. "Kalau uang ini kurang, aku masih memilikinya." Dia menambahkan. "Rumah Anggrek Ungu hanya menyediakan tanaman gaib di lantai empat dan lima, jadi setela
Baca selengkapnya
Tabib Tangan Dewa
Salah satu keahlian yang dimiliki setelah mencapai tingkat Pendekar Bumi, Fang bisa merasakan aura yang ditinggalkan oleh seseorang meskipun sudah berhari-hari, sebab itulah dia mengikuti aura yang keluar dari tubuh Tabib Tangan Dewa. Fang baru menghentikannya setelah tiba di hutan yang tidak jauh dari kota, karena aura yang ditinggalkan Tabib tua itu menghilang di sana. "Kenapa aura tubuhnya bisa hilang di tempat ini, mungkinkah senior Tabib Tangan Dewa sudah menyadari aku mengikutinya?" Fang membatin, sebelumnya dia memang sudah menduga tingkat kekuatan yang ditunjukkan Tabib Tangan Dewa bukanlah yang asli, melainkan disamarkan. Fang bisa merasakannya, sebab teknik yang digunakan sang tabib sepuh mirip dengan yang dipakainya. Fang menatap ke seluruh penjuru tempat itu, beberapa saat kemudian dia menaikkan kewaspadaannya sebab merasakan sesuatu mendekatinya.
Baca selengkapnya
Tabib Tangan Dewa II
Setelah kembali ke kota Awan Putih, Tabib Tangan Dewa kebingungan sebab dia tidak tau harus berbuat apa. Fang yang menyadari hal tersebut mulai menanyakannya. "Sebenarnya, aku tidak memiliki uang untuk mengajakmu menginap ataupun sekedar membawamu makan. Aku baru saja tiba di kota ini dua hari yang lalu, sebab itulah aku memutuskan untuk menjual pil di Rumah Anggrek Ungu dan menyewa satu tempat karena disana aku bisa utang terlebih dahulu baru membayarnya setelah mendapatkan uang. Namun, semua uangku sudah habis, sebab aku hanya menjual pil-pil berkualitas rendah karena tidak ingin identitasku diketahui." Tabib Tangan Dewa merasa bersalah kepada Fang. Sementara itu, Fang tertawa kecil membuat Tabib Tangan Dewa tambah kebingungan dan sedikit kesal  "Kau mengejekku anak muda?" Tabib Tangan Dewa menaikkan alisn
Baca selengkapnya
Tabib Tangan Dewa III
"Luar biasa, ini Restoran Lima Warna terbesar yang pernah kulihat." Fang berdecak kagum setelah memandangi sebuah bangunan yang terdiri dari tujuh lantai itu. Di sampingnya Tabib Tangan Dewa juga menunjukkan hal yang sama, namun bukan karena ukuran maupun kemegahan yang ditampilkan restoran tersebut melainkan dirinya mencium aroma sedap yang keluar dari bangunan tersebut. "Tentu saja, ini Restoran Lima Warna terbesar yang ada di kekaisaran Yang." Tabib Tangan Dewa lalu mengajak Fang memasuki tempat itu, karena dia sudah tidak sabar untuk mencicipi masakan terenak di kekaisaran Yang. Keduanya lalu memasuki tempat itu. Mereka memiliki langsung naik ke lantai selanjutnya setelah melihat lantai dasar tempat itu sudah terisi penuh. Yang menarik perhatian adalah semua pengunjung merupakan seorang pendekar. Memang Restoran Lima Warna memiliki peraturan tersendiri yaitu hanya menerima pembeli yang berasal dari dunia persilatan. "Bagaimana kalau kita menikmati makanan
Baca selengkapnya
Perseteruan
Fang dan Tabib Tangan Dewa masih menunggu makanan pesanan mereka saat melihat sekelompok orang memasuki ruangan itu. Fang menyipitkan matanya mencoba mengenali mereka namun dia gagal mendapatkannya. Di sisi lain, Tabib Tangan Dewa tampak tidak terganggu maupun tertarik dengan keberadaan mereka. Fang penasaran dengan reaksi muda-mudi yang duduk di meja tidak jauh dari mereka. Benar saja, dia melihat kedua pendekar muda itu tampak terganggu dengan kehadiran kelompok itu. Fang kemudian mencuri dengar pembicaraan mereka. "Aiyo, tidak kusangka akan bertemu dengan murid berbakat sekte Pedang Surgawi sekaligus anak kesayangan patriak Shen Wang di tempat ini," ucap seorang pria paruh baya tertawa mengejek sembari memelintir kumisnya yang tebal. "Kami juga tidak menduga bisa bertemu dengan salah satu tetua sekte Tiga Racun Kematian. Tidak disangka kalian punya nyali datang ke kota ini," balas pemuda yang belakangan diketahui bernama Shen Long. Dia merupakan putra sulu
Baca selengkapnya
Perseteruan II
"Shen Long, Shen Yue, seharusnya kalian lebih bersikap sopan pada orang yang lebih tua. Apa ini yang diajarkan patriak Shen pada kalian?" Perkataan manajer Yan membuat kedua muda-mudi itu menundukkan kepalanya. Mereka menghormatinya karena pria itu kenalan baik ayahnya. "Senior, bukan begitu…" Shen Long mencoba menjelaskan namun perkataannya dipotong oleh manajer Yan. "Sudah, aku tidak perlu penjelasan. Sebaiknya kalian habiskan makanan dan tinggalkan tempat ini. Aku akan menemui patriak Shen nanti untuk mengadukan kalian."  Mendengar hal itu, tetua sekte Tiga Racun Kematian tersenyum penuh kemenangan. Dia tersenyum mengejek ke Shen Long dan Shen Yue yang membuat kedua muda-mudi itu emosi. Shen Long langsung mencabut pedangnya dari sarung dan menyerang tetua sekte Tiga Racun Kematian yang belakangan diketahui bernama Gu Liang. Tetua Gu sudah mengantisipasi hal tersebut, dia menghindari serangan Shen Teng dengan mudah. Saat Shen Lo
Baca selengkapnya
Menghadang
"Aih, sudah lama aku tidak merasakan makanan senikmat ini." Tabib Tangan Dewa makan dengan lahap hidangan yang ada di hadapannya tanpa memperdulikan Fang di sampingnya. Dia lalu mencoba arak yang di pesan, "Tidak salah mengatakan ini arak terbaik yang ada di kekaisaran Yang. Selain rasanya yang begitu enak, minuman ini juga bisa menambah tenaga dalam meskipun sedikit." Setelah menghabiskan satu guci arak, Tabib Tangan Dewa memberi komentarnya. "Anda benar senior, bukan hanya arak ini namun makanan juga bisa menambah tenaga dalam." Fang sependapat dengan Tabib Tangan Dewa. "Tentu saja, itu karena semua bahan yang digunakan untuk membuat makanan maupun minuman di tempat ini berasal dari hewan dan tanaman gaib," balas tabib sepuh itu. Dia sudah menghabiskan tiga perempat dari makanan yang di pesan juga tiga guci arak. "Aku sudah kenyang, biasanya aku makan hanya sedikit tapi untuk menghargai dirimu, sebab itulah aku makan agak banyak." Tabib Tangan Dewa
Baca selengkapnya
Tabib Tangan Dewa vs Tetua Gu
Fang tersadar dari lamunannya ketika mendengar teriakkan keras dari lima orang anggota sekte Tiga Racun Kematian. Dia menyipitkan matanya, melihat lebih tajam dan menemukan kelima orang tersebut mengeluarkan darah segar dari kedua matanya masing-masing.Pemuda itu mengerutkan keningnya, belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Pandangannya kemudian tertuju pada Tabib Tangan Dewa yang sudah berdiri di sampingnya."Biarkan aku yang menghadapi mereka. Aku ingin melemaskan otot-otot tuaku ini."Ternyata Tabib Tangan Dewa melepaskan senjata tersembunyi miliknya yang berupa jarum sebesar lidi dupa untuk menyerang mata kelima anggota sekte Tiga Racun Kematian."Tarik aura pembunuhmu dari mereka, agar aku mendapatkan pertarungan yang memuaskan." Bersamaan dengan itu, Tabib T
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
37
DMCA.com Protection Status