All Chapters of Let's Play With Me: Chapter 11 - Chapter 20
71 Chapters
HANGAT YANG HILANG
Setelah berpamitan dengan Finn, Cora langsung berlari cepat masuk ke rumahnya. Ketika membuka pintu, kekhawatiran yang membuatnya sangat terburu-buru itu, memang benar karena Axel yang sudah menggendong ayahnya. “Kau datang rupanya. Kupikir Ayah akan menggantikanmu malam ini,” santai Axel dengan seringaian iblisnya. Dia mengembalikan ayahnya ke kursi rodanya, sebelum menatap ke Cora lagi. “Waah… Potonganmu bagus juga,” kekehnya sambil memperlihatkan raut mengejeknya pada Tn. Owen. Sebelum Cora datang, terjadi pertikaian kecil di antara ayah dan anak yang membuat ketegangan di rumah itu. Axel adalah pihak yang paling geram karena mengetahui alasan Tn. Owen yang menjeburkan dirinya di perjudian itu, yaitu untuk membuat Axel mati perlahan karena pukulan dari algojo. Axel yang tak terima itu, langsung membongkar korban judi yang ia pakai, yaitu Cora. Dan kata-kata pamungkas malam ini yang terlontar dari mulut Axel adalah, ‘K
Read more
KAU PEDULI?
Suasana malam selalu identik dengan tidur. Malam hari, tepatnya pukul 10 malam sampai 2 pagi, kita bisa mendapatkan hasil tidur yang maksimal. Juga, bisa memproduksi hormon pertumbuhan dan perbaikan dalam tubuh dengan sempurna. Tetapi waktu tidur terbaik itu tak bisa Finn nikmati. Belum sembuh memar-memar di tubuhnya, kini dia harus menjalani magang di rumah sakit dan dipaksa begadang oleh shift malamnya.  Kemarin setelah Finn dipukuli sampai babak belur, dia tidak pulang. Kondisi wajahnya tentu akan menghebohkan keluarganya. Hotel menjadi pilihannya untuk mengungsi. Karena tak melindungi wajahnya, bonyok-bonyok parah yang kini masih membekas di mata, mulut, juga pipinya. Untung dia adalah asisten dokter di ruang operasi, dengan masker yang menutupi wajah hancurnya yang mungkin bisa menakuti para pasiennya.Setelah operasi yang dikerjakan sukses, Finn kini bisa beristirahat dan bisa memanfaatkan waktu untuk mengobati lukanya. Dia juga sudah mengganti bajunya dan
Read more
MAKAN MALAM
Cora tengah bersiap-siap di kamarnya untuk pergi memenuhi undangan Shea. Setelah menembak seharian bersama Shea, yang berakhir kemenangan di pihak Shea, membuat ini sebagai hukuman. Hukuman untuk makan malam bersamanya. Shea juga bilang ada yang ingin dibicarakan bersamanya. Tentu saja kesempatan ini tidak akan disia-siakannya. Dengan begini, dia bisa sekalian mengajak Axel seolah ini adalah usahanya untuk mendekatkan Axel dengan Shea. Penampilannya sudah siap, kini dia menghampiri Axel di ruang TV. “Axel,” panggil Cora.“Hmm?” dehem Axel, dengan pandangan tak teralihkan dari TV.“Shea mengajakku makan malam. Kau mau ikut?” ajak Cora.Dengan senyuman lebar, Axel menyambut ajakan itu. Ternyata bualan yang dia berikan, menghasilkan juga. Misinya untuk mendekati Shea setelah lama berpisah, dilancarkan oleh Cora. “Tentu saja. Sekarang? Di mana?”"Di rumahnya. Sebentar, dia sudah mengirimkan alamatnya." Cora memb
Read more
PENYAMARAN
Malam ini Cora sedang berada di salon, mencoba berbagai jenis wig. Itu dilakukannya agar penyamarannya berjalan dengan lancar. Penyamaran untuk menutupi identitasnya di meja judi Zero O’Clock. Tawaran Tn. Owen cukup membuat Cora tergiur. Selain untuk mencoba peruntungannya, pilihannya kali ini juga bisa menjadi langkah awal pemberontakannya pada semua penderitaan yang dirasakannya selama ini.“Bagaimana kalau begini?” tanya karyawati salon, di model rambut ketiga yang terpasang dirambut Cora. Rambut lurus panjang sepinggang dengan warna hitam dan ombre abu-abu di bawahnya, terlihat cocok untuk Cora.“Ya, aku suka ini.” Cora tampak berbeda sekarang. Dia yang memang sudah memiliki wajah cantik, kini menjadi sangat-sangat cantik. “Oh iya tolong berikan riasan yang membuat wajah asliku berbeda.”“Sepertinya dengan rambutmu sekarang, ini cocok untukmu.” Karyawati itu menunjukkan foto Lisa Blackpink di MV Money, me
Read more
DIA MENEMUKANNYA
Sebuah belaian lembut berusaha membangunkan Cora. Belaian yang berasal dari tangan halus Ny. Beatrice. Namun bukannya bangun dengan tenang, Cora malah terperanjat kaget dari tidurnya. Di otaknya, dia masih mengingat kasarnya perlakuan Axel. Apalagi ditambah ancaman yang tadi malam Tn. Edgar berikan, sampai terbawa mimpi. Ancaman yang dia dapat karena berani masuk ke kehidupannya. Tn. Edgar dengan tegas menyuruh Cora jauh-jauh dari Finn terutama Ny. Beatrice. Belum jelas, apa alasan Semua ancaman itu diberikan pada Cora."Hey, tenanglah. Apa aku terlalu keras membangunkanmu?" tanya Ny. Beatrice khawatir."Tidak apa, aku hanya mimpi buruk tadi," kata Cora sambil terkekeh.Ny. Beatrice terus membelai lembut rambut Cora mencoba menenangkan gadis yang akhir-akhir ini mencuri perhatiannya. Entah kenapa, tatapan mata Ny. Beatrice yang begitu tenang membuat Cora percaya untuk menceritakan masalah yang sedang ia tutupi."Suamimu tidak suka aku terlalu dekat dengan
Read more
CORA ATAU HAZEL
Cora sangat ketakutan melihat degup jantung ayahnya yang terhenti itu. Sebisa mungkin dia  berusaha melepas cekalan tangan Axel yang tak kunjung berhasil. “Axel apa kau gila?! Ayah!!!” Tak henti dia terus berusaha melepaskannya sampai dia menghentak-hentakan kakinya ke tanah mengharap Axel mau melepasnya. “Ini terakhir, Cora. Jangan dekat-dekat dengan keluarga Finn. Percuma saja, kau tidak akan mendapat pertolongan apapun.” Setelah membisikkan itu, Axel melepas tangan Cora. Tanpa pikir panjang, Cora langsung berlari keluar mencari bantuan dokter. Beruntung dia bisa langsung bertemu dengan salah satu suster dan dengan cepat dokter datang untuk memberikan pertolongan. Cora baru bisa bernapas lega ketika Tn. Owen kembali kondusif. Sedari tadi jantung Cora terasa hampir copot melihat layar pendeteksi detak jantung (elektrokardiogram) yang beberapa menit hanya memunculkan garis lurus panjang. Air matanya juga tak henti-h
Read more
HAMBATAN
Finn kini sedang memperhatikan Cora yang duduk sambil melamun di perpustakaan. Tekadnya untuk membantu Cora mulai goyah karena urusan pribadinya yang juga ikut terseret karenanya. Ia tak bisa memilih di antara Hazel atau Cora. Entah kenapa Finn ingin terus memperjuangkan Cora dan rela mengesampingkan hubungannya dengan kekasihnya. Tapi dia juga tidak bisa berhenti begitu saja karena sudah sejauh ini. Dia kemudian berjalan menghampiri Cora, berniat menjelaskan rencananya. Belum sampai Finn duduk di hadapan Cora, gadis itu malah langsung bangkit dari duduknya lalu pergi seperti menghindar darinya. “Cora!” panggil Finn mencoba menghentikan langkah Cora. Tapi gadis itu malah melangkah lebih cepat.Merasa Finn tetap mengejarnya, kini Cora berlari kencang agar tak tertangkap oleh Finn. Tak menyerah, Finn juga ikut berlari. Kaki Finn yang memang lebih panjang dari kaki Cora, membuatnya bisa meraih tangan Cora sekaligus menahannya agar tak kabur
Read more
KERETA
Cora terbangun kaget karena tarikan dari Axel yang membuat tubuhnya yang tadi terlentang di kasur menjadi posisi duduk. Terbangun secara tiba-tiba itu, pasti meninggalkan efek pusing karena raga yang belum sepenuhnya siap. Dia masih mencoba mengumpulkan nyawanya sambil mengerjapkan matanya beberapa kali.  “Aku tak perlu menjelaskan lagi, kan?” kata Axel santai lalu berjalan ke luar kamar. Apalagi kalau bukan sebagai korban judi.Cora juga tak banyak bertanya. Setelah mendapatkan kembali kesadarannya, dia langsung bangkit dari kasur dan berjalan mengekor pada Axel.  “Kenapa kau menginginkan Shea?” tanya Cora di sela-sela langkahnya yang kini sudah menuruni tangga pertama menuju lantai 3.“Karena aku menyukainya. Tapi bukan berarti kau bisa memanfaatkan itu untuk melawanku. Aku tak akan goyah meskipun kau mengancam akan menyakiti Shea.”Cora terkekeh. “Kenapa kau malah berpikir seperti itu?”
Read more
RENCANA
Setelah obrolan singkat bersama Finn di UKS tadi, Cora memutuskan untuk pulang sendiri. Obrolan itu juga menjadi lampu hijau untuk menjalankan rencana Finn dengan catatan tak memberitahukan detail rencana itu pada Cora."Kau masih di sini?" heran Cora ketika melihat Max masih berada di gerbang kampus. "Ya, kau pulang naik apa?" tanya Max sambil melihat sekeliling memastikan Cora tidak dijemput oleh siapapun.Cora semakin mencurigai Max. Ini bukan kebetulan lagi. Kalau dihitung-hitung sudah 5 jam lebih di kampus. Hanya orang bodoh yang rela menunggu selama itu. Pasti Max memang dikirim untuk memata-matainya. “Kau mengenalku sebelumnya?” tanyanya menyelidik. Ini seperti buah simalakama. Kalau dia langsung menembak dengan menyebut nama Tn. Warren, dia takut kalau Max memang tak mengenalnya dan malah mengetahui keterlibatannya di perjudian Zero O’clock. Tapi, dia juga curiga dengan kehadiran Max sekarang.“Tentu saja,” jawa
Read more
BERDEBAR
Suasana kampus, kini sudah mulai sepi karena hari yang sudah menginjak sore. Sementara mahasiswi bernama Cora, masih harus menghabiskan banyak waktu lagi di kampus ini. Dia sedang sibuk mencari jawaban di buku tebal untuk menyelesaikan tugas dari dosennya yang harus ia kumpulkan besok pagi. Dan hari ini, Axel juga memintanya untuk menjadi korban judi. Mau tak mau dia harus menyelesaikannya hari ini juga.  "Astaga... Kenapa jawabannya panjang semua. Huaam..." keluh Cora sambil menguap. Ia baru mengerjakannya setengahnya namun, dia sudah sangat mengantuk dan bosan. Ini pasti efek dari tubuhnya yang karena belum mengkonsumsi cafein juga tak ada lagu retro yang masuk ke gendang telinganya. Walkman-nya yang tertinggal di rumah, membuatnya tak bisa mengalihkan rasa bosannya.Ting!Sebuah pesan, masuk ke ponsel Cora. Dia langsung membaca pesan yang ternyata itu dari Finn. ‘Kau di mana? Ada yang ingin kukatakan.’ ~ FinnCora berdecak
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status