All Chapters of Let's Play With Me: Chapter 21 - Chapter 30
71 Chapters
NEW GAME
Setelah meninggalkan kampus Cora, Ny. Beatrice tidak langsung berangkat ke gedung Flash House. Dia menyempatkan diri untuk menjenguk mantan kekasihnya, Tn. Owen. Kini dia sudah berada di ruang rawat Tn. Owen, duduk tepat di sampingnya.“Kenapa kau tak bangun-bangun?” tanya Ny. Beatrice pada Tn. Owen yang masih terpejam. “Ada satu pertanyaan untukmu. Hanya kau yang bisa menjawabnya.” Tangannya kemudian mengusap lembut rambut Tn. Owen. “Atau kau memang sengaja tidur agar aku yang mencari jawabannya sendiri?”                                                    Ny. Beatrice kemudian sengaja mencabut sehelai rambut Tn. Owen memasukkannya ke dalam plastik yang sudah ia siapkan. Sebelumnya, dia juga sudah mendapatkan rambut Cora saat pertemuan terakhirnya tadi dengan gadis itu. “Aku akan mengetahui jawabann
Read more
JAWABAN
“Itu saja yang ingin kusampaikan. Sampai berjumpa besok untuk peluncuran perdana perjudian baru kita,” tutup Tn. Warren.Setelah penutupan itu, Cora juga sudah melihat Axel bangkit dari duduknya. Membuatnya harus cepat-cepat kembali ke kandang agar Axel tak curiga. Saat kembali, sudah ada seseorang yang mengenakan jaketnya tadi, tengah berdiri membelakanginya. “Kau yang menggantikanku ya?” tanya Cora sambil menepuk pundak orang itu.Orang itu kemudian membalikkan badannya. Dan ternyata…“Astaga Shea! Apa yang kau lakukan?!” Cora sangat terkejut melihat wajah Shea yang babak belur. “Kenapa kau yang menggantikanku?!” khawatirnya.“Tidak apa. Aku hanya ingin membuktikan kalau kakakmu terpengaruh atau tidak dengan ini,” kata Shea santai. Bahkan dia masih bisa tersenyum seperti sangat menikmati rasa sakit yang dia dapat itu.“Shea?” Axel yang baru saja datang, juga dibuat ter
Read more
MAKAN MALAM 2
“Kenapa tiba-tiba kau menyiapkan ini senua?” tanya Tn. Edgar heran melihat Ny. Beatrice yang menata acara makan malam dengan apik, di tengah hubungan mereka yang sedang mengalami keretakan akhir-akhir ini. Ny. Beatrice sengaja menyewa restoran mewah berbintang tujuh. Dia bahkan menyewa tempat VIP yang disediakan dengan akses lift. Hanya tamu kaya saja yang bisa menyewa tempat ini.  “Bagaimana jika kita anggap ini adalah malam perayaan untukmu?” balas Ny. Beatrice sambil menatap Tn. Edgar.“Maksudmu perjudian itu?” tanya Tn. Edgar memastikan.“Ya. Aku juga mendatangkan pemain andalanku, untuk perjudianmu,” tegas Ny. Beatrice sambil tersenyum miring. “Silahkan saja,” kata Tn. Edgar enteng. Sedangkan Finn sedari tadi hanya sibuk dengan ponselnya. Kekecewaannya karena sikap Cora kemarin, membuat mood-nya berantakan. Juga, hasratnya untuk menolong Cora lu
Read more
TUMBUHNYA RASA BENCI
“Kau mau berangkat bersamaku?” tawar Tn. Edgar ketika melihat Cora yang baru saja keluar dari lift. Rupanya dia memang sengaja menunggu Cora. “Boleh,” jawab Cora setuju. Dia tentu merasa canggung bila harus semobil dengan ayahnya. Jadi lebih baik dia bersama Tn. Edgar. Kini Cora sudah masuk ke dalam mobil sport milik Tn. Edgar. Sebelum Tn. Edgar melajukan mobilnya dia memasangkan sabuk pengaman untuk Cora. Perlakuannya sangat berbeda jika dibandingkan dengan sat pertama kali mereka bertemu malam itu. Tatapan Tn. Edgar lebih hangat dan juga tak ada ancaman apapun darinya. “Kenapa kau setenang ini? Kau sudah tahu sebelumnya?” heran Cora. Seharusnya seorang suami yang mendengar itu, sudah membunuh istri yang sudah mengkhianatinya. Tapi dilakukannya hanya memberikan satu tamparan. Apa itu sudah cukup?“Belum. Aku baru tahu sekarang,” jawab Tn. Edgar santai.“Kenapa kau tidak membun
Read more
PILIHAN
Cora sangat jelas bisa melihat kekhawatiran Axel pada kondisi Shea yang baru saja dihabisi di dalam kandang. Berbeda dengan ekspresi puas Axel yang diperlihatkan saat dirinya mati-matian menahan sakit tepat di depan mata kakaknya itu. Iya, bisa dimengerti rasa benci yang selama ini Axel rasakan karena pengkhianatan ayahnya. Tapi dia tidak terima, kenapa hanya dia yang merasa tersakiti? Kricing!Tiba-tiba Zero, kucing peliharaan Max, datang dan membelit kaki Cora. Tatapan dinginnya perlahan menghangat menatap mata biru milik kucing anggora itu. Cora langsung menggendong Zero sambil mengelus bulu halusnya.  “Kau selalu datang saat aku butuh…” gumamnya dengan senyum tipisnya.“Kau mau ngopi bersamaku?” tanya seseorang di belakang Cora. Suara itu sangat Cora kenal.Cora menurunkan Zero dari gendongannya lalu melangkah pergi tanpa membalikkan tubuhnya. Max hanya diam melihat penolakan yang Cora
Read more
PANCINGAN
Cora, Finn, dan Shea kini kembali masuk ke kelas Cora yang sudah kosong tadi. Finn dan Shea duduk menghadap Cora, ingin segera mewawancarai gadis polos yang baru saja berubah menjadi gadis yang melambangkan iblis melalui sorot matanya. “Apa yang ingin kau katakan?” tagih Cora.“Ternyata perasaan berbeda yang kurasakan adalah karena kau masih saudaraku,” kata Finn membuka pembicaraan.“Tidak usah berbelit-belit, Finn. Aku malas membahas itu.” Perasaan marah Cora sangat terlihat sekarang. Itu juga membuat Finn paham, tak semudah itu Cora bisa menerima semuanya.“Apa yang kau rencanakan? Kenapa kemarin kau malah bersama ayahku?” tanya Finn langsung pada topik pembicaraannya.“Aku ingin bermain. Perjudian itu terdengar menyenangkan,” santai Cora.“Katakan saja rencanamu,” desak Finn.Cora terkekeh. “Kenapa? Kau sangat ingin tahu rencanaku karena rencanamu
Read more
MULAI
“Selamat malam semuanya! Malam ini adalah hari kedua permainan Double Wine. Dan malam ini aku akan mengumumkan sesuatu,” sambut Max.Max membiarkan tepuk tangan penonton habis, lsebelum melanjutkan perkataannya. “Jadi, untuk perjudian Double Wine, akan diadakan Champion hanya khusus perjudian ini. Maka dari itu, para pemain harus lebih menguasai permainannya agar bisa terpilih untuk masuk ke Final nanti.”Penonton bersorak lagi dengan semangat.“Pemenangnya akan mendapatkan total hadiah 1 Triliun!” tambah Max.Mendengar pengumuman hadiah itu, semakin membuat penonton heboh. Seperti tak sabar untuk segera terjun ke Champion judi yang sangat luar biasa itu.“Oke, malam ini kita akan langsung memulai perjudiannya untuk mengumpulkan kandidat-kandidat terpilih di Champion nanti. Pemain ronde pertama silahkan masuk!”Kini Axel masuk ke arena judi dengan lebih percaya diri dari sebelumnya. Dia sudah b
Read more
PISAH
Ting!Dentingan dua gelas berisi Wine, membuka pembicaraan antara Tn. Warren dan Tn. Edgar yang baru saja selesai makan malam di ruangan Tn. Warren lagi."Aku pikir Cora akan menembak Axel tadi,” kata Tn. Edgar sambil terkekeh. Sikap Cora tadi memang terlihat seperti ingin membunuh mangsa yang terlihat tepat di depan matanya. “Biarkan saja. Sebaiknya jangan terlalu serius dulu.” Tn. Warren kemudian mengeluarkan beberapa kertas yang berisi daftar nama peserta yang akan Cora jebloskan nanti.Tn. Edgar membaca nama-nama yang tertera di sana. Kemudian matanya berhenti di satu nama. "Finn?”Tn. Warren mengangguk."Kau membiarkan anakku masuk ke final?!” tanya Tn. Edgar tak terima. "Kenapa? Bukankah kau sendiri yang memberikan Cora hak untuk memilih sendiri targetnya?" kata Tn. Warren santai."Bagaimana kalau…”“Sudahlah… Jangan terlalu khawatir. Kau lupa, Finn
Read more
MASA LALU
“Daripada memiliki keluarga tapi merasa kosong, lebih baik tidak usah menganggap siapapun sebagai keluarga.”“Termasuk aku? Kau tidak mau menganggapku keluarga? Apa kau juga mau menyingkirkanku dengan membuatku terjeblos di perjudian itu?”Cora menatap tajam Finn. “Kalau kau tidak mau ya sudah. Aku tidak memaksamu.”“Baiklah, kalau begitu aku tidak jadi ikut ke perjudian itu.” Finn bangkit dari duduknya lalu pergi dari kedai. Padahal, minuman yang dia pesan belum sampai ke mejanya.“Apa aku salah bicara?” gumam Cora heran.*** "Ini, makanlah." Axel memberikan sup tahu pedas kesukaan Shea.Shea hanya melihat mangkuk yang diletakkan di nakas. “Apa kau gila? Bagaimana caraku makan?” omelnya sambil mengangkat tangan kanannya yang terborgol.Tak banyak bicara, Axel langsung mengambil mangkuk itu lalu menyuapi Shea.Shea membuka mulut dan melahap makan
Read more
HATI-HATI AXEL
“Buka pintunya aku harus masuk ke kampus,” pinta Shea.“Apa jaminannya kau tidak akan kabur?”“Ponsel saja aku tidak bawa. Lalu pintu di gedung ini hanya satu. Bagaimana caraku kabur?” “Baiklah…” kata Axel, tanpa sadar dengan mudah melepaskan Shea. Dia membuka pintu mobil yang sedari tadi masih terkunci.Shea langsung keluar setelah pintu terbuak dan masuk ke gedung kampus untuk menemui dosen pembimbingnya.Axel tetap duduk di dalam mobil, percaya 100% pada Shea yang berjanji tidak akan kabur. Fakta tentang Max yang ternyata masih saudara Shea dengan jalan cerita yang sama dengan ceritanya keluarganya sendiri. Fakta itu membuat fokus Axel teralihkan, sampai melupakan sikap posessive-nya untuk Shea. “Aku… Terlalu kejam pada Cora?” gumamnya. Hari ini, dia baru menyadarinya setelah kehilangan Cora?Axel kemudian menyandarkan tubuhnya dan sedikit menurunkan kursinya
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status