Semua Bab Pernikahan Rahasia Suamiku: Bab 31 - Bab 40
136 Bab
BAB 31 - RENCANA ZAHRA
“Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk keluargaku yang malam ini hadir. Mami dan Papi, juga kedua mertua dan suamiku. Terima kasih karena telah mendukung dan menjadi support system terbaik bagi karir yang kujalani. Untuk suamiku, Alfan Fatih Herlambang, terima kasih atas dukungan baik, perhatian dan waktu yang telah kamu habiskan untuk menemaniku menyelesaikan rancangan busana yang malam ini aku keluarkan. Ucapan terima kasih saja mungkin tidak akan mampu untuk mengungkapkan perasaanku saat ini. Lebih dari itu aku bahagia karena telah sampai di titik ini. Terima kasih banyak untuk kalian semua yang selalu mendukungku.”   Bulan mengungkapan rasa bahagianya. Bahkan terang-terangan dan bangga menyebutkan nama suaminya. Selama beberapa hari memang Alfan selalu menemaninya begadang untuk menyelesaikan pekerjaan.   Bulan membungkukkan badan dengan sopan. Kemudian melemparkan senyum penuh haru.   Acara akhirnya selesai. Bany
Baca selengkapnya
BAB 32 - DIPERMALUKAN
Zahra Jasmine, perempuan berusia 23 tahun. Berasal dari keluarga menengah ke bawah, nyaris kekurangan.    Dibesarkan hanya dengan orang tua tunggal membuatnya harus menelan segala hinaan tentang statusnya. Selama ini, ia bahkan tidak pernah tahu siapa ayahnya. Bagaimana rupanya dan masihkah hidup atau sudah mati.   Zahra dan kedua adiknya sudah terbiasa dengan hidup serba kekurangan. Bahkan semenjak ibunya diketahui telah pensiun dari pekerjaannya di kantor, Zahra dan kedua adiknya kerap kali kekurangan hanya sekadar untuk makan.   Setelah lulus SMA, Zahra tidak melanjutkan pendidikan karena biaya yang tidak dimiliki. Bekerja di salah satu restoran sebagai pelayan adalah awal pertemuannya dengan Alfan Fatih Herlambang.   Awalnya Zahra tidak pernah berharap untuk memiliki hubungan lebih dengan Alfan. Karena ia sadar bahwa status sosial mereka berbeda.   Tapi wanita mana yang
Baca selengkapnya
BAB 33 - DIPERMALUKAN
“Ini nih pelakor yang merebut suami kakakku. Wajah cantik kalau hatinya busuk buat apa!” teriak suara itu lagi membuat keributan di sana tidak bisa dihindari.   Beberapa orang terang-terangan menyaksikan aksi seorang perempuan belia yang tidak lain adalah adik Zahra sedang mencoba mempermalukan Bulan di tempat umum.   “Cantik-cantik tapi maunya sama suami orang. Seperti tidak ada laki-laki lain saja,” sambungnya lagi berapi-api.   Belum sempat Bulan bangkit, adik Zahra sudah menarik rambutnya dengan kasar hingga ia meringis menahan perih di kepalanya.   “Zea, sudah. Kamu ini kenapa. Mbak Bulan tidak salah, Zea. Jangan sakiti dia.” Tiba-tiba Zahra sudah berdiri di hadapan Bulan dan mencekal tangan adiknya.   “Ini kakakku dan ini pelakor yang merebut suaminya. Bayangkan saja, kakakku sedang hamil dan pelakor tidak tahu diri ini terang-terangan ingin merebutnya. Mbak Zahra-ku yang m
Baca selengkapnya
BAB 34 - PRAHARA RUMAH TANGGA
Hubungan Bulan dan Alfan tidak membaik, begitu pun hubungan Alfan dan Zahra. Hubungan mereka semakin merenggang dan menyisakan jarak semenjak kejadian di rumah sakit.   Bulan memilih menghindari Alfan. Sementara Zahra terus merengek kepada Alfan untuk memaafkan perbuatan Zea. Dua perempuan dengan sisi dan sikap yang berbeda.   Untuk apa yang terjadi, Alfan sudah meminta maaf dengan Bulan. Seperti biasa hanya anggukan dan pemakluman yang selalu diungkapkan oleh Bulan seakan itu hal wajar yang dibenarkan. Jika di sini paling bersalah adalah Bulan, maka apa artinya ia menjelaskan panjang lebar yang hanya akan sia-sia.   Bulan tidak merebut karena Alfan bukan miliknya. Justru Bulan yang ditarik dan dipaksa menerima keadaan.   Alfan mengusahakan segala cara untuk menghapus rekaman yang ada di rumah sakit. Bahkan ia mengancam kepada siapa pun yang berani menyebarkannya.   Alfan terliha
Baca selengkapnya
BAB 35 - MARAHNYA ALFAN
“Ada apa, Mas?” Bulan yang baru saja mendudukkan diri di sofa samping Alfan segera bertanya tentang maksud suaminya yang terlihat begitu serius. “Jauhi Tuan Marvin. Jangan pernah berhubungan lagi dengannya.” Bulan terlihat menatap Alfan dengan tatapan yang sulit diartikan. “Memangnya kenapa? Aku dan Marvin hanya berhubungan baik karena kita teman, tidak lebih.” “Berhubungan baik karena dia mencintaimu dan kamu mencintainya. Begitu? Tidak ada hubungan laki-laki dan perempuan yang benar-benar tulus, Bulan. Selalu ada tanda tanya dibalik hubungan laki-laki lajang dan istri orang.” “Jadi kamu menuduhku memiliki hubungan dengannya?” Bulan menatap Alfan dengan mata memicing. Hatinya terbakar mendengar tuduhan Alfan yang tentunya begitu menyakitkan. Apakah Alfan pikir Bulan serendah itu
Baca selengkapnya
BAB 36 - TERBONGKAR
Alfan menarik rambutnya dengan kasar. Kabar yang diterima baru saja dari dokter memang kabar bahagia. Tapi itu menjadi hal lain ketika kabar itu hadir di tengah-tengah mereka yang saat ini dalam keadaan tidak baik.   Bulan hamil.   Tentu saja itu anaknya. Bulan mengandung anaknya sama seperti Zahra yang saat ini juga mengandung.   “Alfan, apa yang dikatakan dokter? Keadaan Bulan baik-baik saja, kan. Kamu pasti membiarkannya kelelahan bekerja!” Mama Silvi yang baru saja datang bersama dengan Papa Andre langsung mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.   “Bulan hamil, Ma.”   “Apa!” Mama Silvi memekik karena terkejut. “Mama akan jadi oma. Kamu tidak bercanda, kan?”   “Apa aku terlihat bercanda, Ma?” Alfan mendengkus dan menatap ibunya dengan tidak senang.   “Jika Bulan hamil kenapa wajahmu terlihat tidak senang?”   Alfan
Baca selengkapnya
BAB 37 - TERBONGKAR
Ruangan inap yang seharusnya tenang dan damai berubah menjadi seperti pengadilan ketika seluruh keluarga mendengar pengakuan Alfan tentang status pernikahan antara mereka bertiga.   Setelah mendengar keributan yang telah dibuat oleh Zahra, Bulan langsung menghubungi Alfan dan memintanya segera datang. Begitu pun yang dilakukan oleh kedua wanita paruh baya tersebut. Mereka menghubungi suaminya dan meminta segera datang untuk membahas masalah ini.   Bulan hanya mampu terdiam tanpa berani mengucap sepatah kata. Keadaannya yang semula membaik kini kembali terlihat pucat dan penuh tekanan. Beberapa kali terlihat tangannya menyeka air mata yang terus mengalir dari mata indahnya.   Beberapa kali Papa Andre memukul Alfan karena emosi. Sementara kedua orang tua Bulan terlihat begitu kecewa. Bahkan Papi Jacob sempat ingin melayangkan pukulan kepada menantunya, namun dicegah oleh Bulan yang tidak mau membuat suaminya terluka.
Baca selengkapnya
BAB 38 - KEHILANGAN
Alfan mengetukkan kepalanya di meja berkali-kali. Tangannya menarik rambut dengan kasar. Suara gumaman lirih penuh keluh itu keluar dari bibirnya ketika matanya melihat ke arah ranjang. Biasanya di waktu seperti ini, perempuan cantik dengan senyum hangat itu pasti masih lelap bergulung di bawah selimut.Waktu masih menunjukkan pukul tiga dini hari tapi mata laki-laki itu enggan terpejam. Dadanya masih begitu dilanda perasaan sesak yang membuatnya merasakan nyeri teramat.Belum sehari dia kehilangan istrinya, namun perasaan itu sudah tidak karuan. Biasanya dia akan selalu melihat sosok perempuan tersebut dari CCTV yang terpasang di setiap sudut rumah rumah. Tapi kini tidak ada lagi yang bisa dilihat.Kembali air mata meluncur melewati pipinya dengan deras. Tiada kata yang keluar, tapi air matanya cukup menjelaskan bahwa laki-laki itu benar-benar merasa kehilangan.Setelah pulang dari rumah sakit tadi, Alfan mengantarkan Zahra dan adiknya kembali ke rumah s
Baca selengkapnya
BAB 39 - KENYATAAN MENYAKITKAN
Ketika sampai di rumahnya, Alfan mendapati ibunya sedang duduk di ruang tamu bersama dengan seluruh keluarganya—keluarga besar Gunawan, paman dan bibi, saudara sepupu ibunya. Alfan mendekat dan menyapa mereka. Mencium punggung tangan mereka sopan sebelum mengambil tempat duduk di samping ibunya. “Apa ini, Ma?” bisik Alfan lirih. “Kamu masih berhubungan dengan perempuan itu, Alfan?” tanya Om Pram dengan tatapan tajam. “Tega sekali kamu. Kamu tidak tahu, ibu dari perempuan itu telah menghancurkan keluarga kita. Bagaimana kamu bisa berhubungan dengan seseorang yang telah membunuh paman, bibi bahkan keponakanmu sendiri.” Alfan terlihat bingung karena belum mendengar atau belum tahu cerita yang sebenarnya. “Mbak belum mengatakannya?” tanya Om Pram kepada Mama Silvi yang dijawab gelengan kepala. “Sebentar ... apa maksudnya ini? Perempuan, pembunuh, aku benar-benar tidak mengerti.” Alfan memijat pelipisnya pelan. “Ibu dari per
Baca selengkapnya
BAB 40 - TETAP BERTAHAN
Angin bertiup dengan kencang bahkan menggoyangkan pepohonan yang berada di taman belakang rumah. Suaranya sedikit terdengar mengganggu dan juga mengusik Bulan yang sampai saat ini belum memejamkan mata. Setelah kepulangan dari rumah sakit, kedua orang tuanya memang tidak mengatakan atau bertanya apa pun, tapi lihat dari wajahnya saja terlihat mereka begitu memendam kekecewaan. Setelah terdengar suara pintu diketuk, tak lama perawat yang disewa orang tuanya masuk dan memberikannya obat. “Silakan diminum dulu obatnya. Ini untuk menguatkan kandungan dan vitamin yang diresepkan oleh dokter dari rumah sakit tempat Anda dirawat.” Tanpa mengatakan apa-apa, diambilnya obat tersebut dan langsung diminum. Setelah itu kata terima kasih terucap kepada perawat tersebut. Bulan kembali berbaring menatap langit-langit kamarnya. Air mata tiba-tiba menetes melewati pipinya yang putih, bibirnya bergetar hebat menahan isak tangis yang ingin pecah. Diam-di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status