All Chapters of Pengantin Kedua Sang CEO: Chapter 11 - Chapter 20

123 Chapters

CHAPTER 11 (Obat Pereda Nyeri)

"Emh ..." Hanna tersentak dari tidur saat bias cahaya menembus sisi tirai dan tepat mengenai mata indah miliknya. Sudah bisa dipastikan sekarang sudah bukan saatnya untuk bermalas-malasan lagi di atas tempat tidur.  Dia terkejut dengan suasana yang begitu asing baginya, merasakan sakit di salah satu bagian tubuh, perlahan dia sadar bahwa saat ini dia berada di kediaman Bart. Tapi kemana pria itu pergi? Hanna bermimpi sedikit nakal, semalam. Bahkan, perasaan itu terasa begitu nyata. Apakah itu artinya Bart yang hadir di dalam mimpinya? "Ini akibat kata-kata kotor Isabelle," rutuknya. untuk sepersekian detik, mata Hanna membulat. Ada rasa kekhawatiran yang begitu menyiksa perasaan wanita cantik itu saat ini, sesuatu yang berbeda sedang dia rasakan. Kali ini Hanna menyibakkan selimutnya. Tubuh wanita itu seketika menjadi lemas setelah melihat sesuatu yang tidak ingin dia temukan. "Saya akan meminta Bibi Helena untuk membelikanmu obat pereda nyeri." Suara Ba
Read more

CHAPTER 12 (Terjebak dalam Pernikahan)

"Apa kamu serius akan meninggalkan apartemen ini, bukankah sewanya akan berakhir dalam waktu yang masih lama? Isabelle mengekori Hanna yang sedang sibuk mengemasi pakaiannya. "Apa aku terlihat bercanda? Dia mengancamku atas tuduhan perselingkuhan. Ck! Ini gara-gara Matthew sialan! Jika saja aku tidak bertemu dengannya, mungkin aku masih menjadi Hanna yang sama hari ini." Sesekali Hanna menyeka peluh di pelipis. "Hanna yang sama?" Ucapan Isabelle membuat suasana menjadi hening. Kedua wanita itu saling beradu pandang. Hanna yang tadi tanpa sengaja mengucapkan kata-kata itu terlihat menatap Isabelle dengan ekspresi gugup. Sementara Isabelle menatapnya curiga. "Oh ...! Aku sungguh bahagia dengan pikiranku sendiri." Isabelle tertawa puas. "Jadi apa kau menikmatinya?" "Jangan gila, Isabelle! Aku tidak mengatakan apapun. Otakmu terlalu pendek!" ucap Hanna dengan ketus. "Baiklah, aku yang salah." Isabelle tersenyum setelah melihat wajah Hanna memerah
Read more

CHAPTER 13 (Masa Lalu Bart)

Hanna mengelus dada akibat perilaku Bart yang di luar dugaan. Bukankah benar apa yag dikatakan Hanna? Lalu apa yang salah sehingga membuat pria itu pergi. Tak ingin terlalu dipenuhi dengan pikiran-pikiran buruk, Hanna bergabung dengan Bibi Helena untuk memasak makan malam. "Em ... Bibi Helena? Hanna membuka suaranya. Dia ragu-ragu untuk bertanya, namun rasa penasaran sudah tidak mampu lagi dibendung. "Ya?" "Sejak kapan Bibi mengenal Bart?" Wanita paruh baya itu tersenyum dan menghentikan kegiatannya yang sedang memotong beberapa buah tomat. Perlahan dia meletakkan pisau di sisi sayuran dan menghadap tepat ke arah Hanna.  "Aku sudah bersama keluarga Megens sejak Tuan Bart berusia sepuluh tahun." Bibi Helena menatap langit-langit membayangkan si Kecil Bart di masa lalu. "Tuan memiliki masa lalu yang kurang baik," wajah Bibi Helena menunjukkan perubahan saat membahas tentang itu. Sejenak dia menghela napas sebelum meneruskan ucapannya, "Aku
Read more

CHAPTER 14 (Penggoda!)

Hanna tidak mengerti dengan perasaannya sendiri. Meskipun menikahi Bart terjadi akibat sebuah tantangan gila dari Isabelle, akan tetapi setiap berdekatan dengan Bart, jantungnya selalu saja terasa berdetak lebih cepat. Hanna masih termenung duduk di ruang makan hingga tengah malam sambil menggenggam gelas berisikan air mineral. Tiba-tiba saja terlihat siluet Bart menuju kulkas untuk mengambil minuman. Hanna menggigit bibirnya dengan kuat, berusaha  keras untuk tidak bersinggungan mata dengan pria itu. Sementara Bart melirik Hanna dengan tatapan kebencian. Keheningan menambah kegugupan di dalam hati Hanna hingga tangannya terasa dingin dan basah. Situasi seperti ini membuatnya merasa sangat gugup. Di detik berikutnya Bart melintas di hadapan Hanna dan membuka kulkas. Pria itu menenggak habis segelas air mineral di tempat ia berdiri saat ini. "Entah mengapa rumah ini semakin tidak menyenangkan setelah kamu ada di sini." Suara Bart memecah keheningan sekaligus memb
Read more

CHAPTER 15 (Sarapan Ternikmat)

Ruang kerja berada tepat di samping kamar tidur. Bibi Helena bersiap untuk mengetuk pintu yang terlihat masih tertutup itu. Namun, sebelum dirinya mengetuk pintu ruang kerja, justru pintu ruang kamar lah yang tiba-tiba terbuka. Bart keluar dengan pakaian kerja yang sudah melekat di tubuh. Wajahnya benar-benar tampan, meskipun terdapat rona hitam di bawah mata. Hal itu menandakan semalam Bart kurang tidur. Mungkinkah dia tidak dapat memejamkan matanya setelah berbicara dengan Hanna semalam? "Em ... Tuan, sarapan sudah siap." Bibi Helena membungkuk dan mengekori  Bart menuju ruang makan . Bart begitu gagah dengan tampilannya saat ini. Dia adalah pria yang sangat memperhatikan penampilan. Jam Rolex edisi terbatas melingkar dengan elegan di salah satu pergelangan tangan Bart. Jika ditaksir harganya kurang lebih seratus ribu Euro. Hanna yang sudah menunggu di meja makan merasakan kehadiran Bart. Dia memejamkan mata dan menarik napas perlahan. Wajahnya menundu
Read more

CHAPTER 16 (Masih Ada Peluang)

"Kamu berada di mana?" "Aku baru saja bangun tidur. Ada keperluan apa sehingga menelponku sepagi ini?" "Aku akan mendatangimu sekarang, bukankah kamu masih berada di apartemen?" ujar Hanna dengan suara yang terdengar bersemangat. Hal ini membuat Isabelle mengerutkan alisnya, "Apa ada sesuatu yang terjadi? Kurasa ini terlalu pagi untuk berkunjung." "Apa kamu tidak senang akan kedatanganku? Baiklah kalau begitu, aku tidak akan bersedia menemanimu malam ini!" Terdengar suara Hanna ketus. "E-eh jangan lakukan itu! Aku hanya bercanda. Baiklah, Sayang aku akan menunggumu." Beberapa menit kemudian, Hanna sudah berada di kediaman Isabelle. Wajahnya ceria namun Hanna berusaha untuk tidak menunjukkan ekspresinya. Bukankah ini terlalu berlebihan? Hanya karena Bart berterima kasih, Hanna sudah merasa mood-nya menjadi sangat baik. Hana mengamati penampilan Isabelle yang masih kusut, "Pantas saja kamu masih betah hidup sendirian, bahkan unt
Read more

CHAPTER 17 (Kamu Cemburu?)

Megens Glory Company. Seperti biasanya, Bart sibuk memeriksa berkas-berkas perusahaan di ruang kebesarannya. Padahal, ini adalah waktu untuk beristirahat. Akan tetapi, Bart mengabaikannya. Hidangan yang disajikan Hanna tadi pagi membuatnya kenyang hingga sekarang. Tonny ingin menemui Bart untuk mengajak makan siang. Pintu terbuka, Tonny melangkah masuk. "Apakah kamu memiliki masalah keuangan yang berat sehingga mengabaikan waktu makan siang hanya untuk tetap bekerja?" sarkas sang sekretaris. "Itu bukan urusanmu." Bart menjawab ketus tanpa menatap wajah Tonny. Tonny menghela napasnya. "Ah ya, sebaiknya aku harus mengingatkanmu. Malam ini, bukankah  kita memiliki acara penting?" "Ya, aku tahu," ucap Bart singkat. "Baiklah." Tonny menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. Nampaknya Bart memang benar-benar serius dengan pekerjaannya. Bart hanya menjawab setiap ucapan Tonny dengan singkat. Namun Tonny sedang dalam mood ingi
Read more

CHAPTER 18 (Apa Dia Menggodamu?)

Hotel Aurora. Hanna tiba bersama Isabelle di lokasi tempat diadakannya acara, dan benar saja, terdapat kurang lebih seribu undangan dari kalangan menengah ke atas. Hanna mengenakan gaun maroon yang membuat lekukan tubuhnya terlihat ideal bersamaan dengan kalung berlian yang bertengger indah di leher jenjangnya. Membuat penampilannya terlihat anggun dan memukau. Setiap orang yang berpapasan dengannya selalu melemparkan senyum. Hanna membalas dengan senyuman bersamaan dengan sepasang matanya yang melengkung seperti dua bulan sabit. Tidak dapat dipungkiri, penampilan Hanna terlihat menarik perhatian dari setiap tamu undangan. Kecantikan Hanna tidak dapat tersaingi oleh siapa pun. Seorang pelayan memandu kedua wanita cantik itu menuju salah satu meja tamu yang berada tepat di sisi kolam renang. "Terima kasih." Hanna baru saja akan meminum segelas minuman bersoda yang ditawarkan oleh seorang pelayan, sebelum Isabelle menghentikannya, "jangan meminum minuma
Read more

CHAPTER 19 (Menikahi Seorang Bidadari)

Sebagian besar tamu undangan mengabadikan moment itu dengan ponsel mereka masing-masing. Bahkan beberapa dari mereka, merekamnya secara langsung melalui akun Faceb**k yang mereka miliki. Para pencari berita yang tadinya meliput kebersamaan Bart bersama dengan Samantha, justru beralih untuk mendapatkan berita tentang kejadian antara Hanna dengan Clarissa. Bahkan salah satu diantaranya telah menayangkan secara live di stasiun televisi. Komentar-komentar nitizen memenuhi laman Faceb**k milik salah satu stasiun televisi yang ikut mengabadikan momen itu. ["Wow! Aku tidak menyangka jika kekasih Hanna telah memilih tante dari gadis itu sendiri! Lihat, wanita itu bahkan terlihat sedang mengandung!"] ["Bukankah mereka adalah keluarga dari Tuan Abraham yang sangat kaya?"] ["Hanna terlihat sangat cantik, dia tidak pantas masuk dalam pemberitaan sampah seperti ini. Seharusnya wajahnya berada di sampul majalah kecantikan!"] ["Sayang sekali wanita
Read more

CHAPTER 20 (Aksi Heroik)

Bart tidak menyadari jika ucapan Samantha sebelumnya adalah sebuah sinyal untuk membuat Hanna terbebas dari make-up yang menurut Samantha hanyalah salah satu sebab Hanna terlihat cantik. Ya, orang yang membuat Hanna tercebur tak lain adalah Samantha. Alasan terbesar untuk kejadian ini karena Bart telah memperhatikan Hanna dengan tatapan yang sulit diartikan, sementara alasan lainnya adalah wanita cantik itu telah membuat dirinya menjadi pusat perhatian dan dikagumi banyak orang, sehingga Samantha merasa posisinya tersisihkan.  Samantha tersenyum, kemudian menghilang. Dia tidak ingin orang-orang menyadari bahwa hal itu terjadi akibat ulahnya. Hal itu bisa saja merusak reputasi yang selama ini dia bangun. Namun, Isabelle tahu persis siapa yang telah melakukan hal buruk itu terhadap Hanna. Sekuat tenaga Hanna berusaha untuk naik ke permukaan. Namun, pakaian yang dia kenakan membuatnya kesulitan hingga dia tenggelam untuk beberapa saat. Beberapa orang hanya
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status