Ruang kerja berada tepat di samping kamar tidur. Bibi Helena bersiap untuk mengetuk pintu yang terlihat masih tertutup itu. Namun, sebelum dirinya mengetuk pintu ruang kerja, justru pintu ruang kamar lah yang tiba-tiba terbuka. Bart keluar dengan pakaian kerja yang sudah melekat di tubuh. Wajahnya benar-benar tampan, meskipun terdapat rona hitam di bawah mata. Hal itu menandakan semalam Bart kurang tidur. Mungkinkah dia tidak dapat memejamkan matanya setelah berbicara dengan Hanna semalam?
"Em ... Tuan, sarapan sudah siap." Bibi Helena membungkuk dan mengekori Bart menuju ruang makan .
Bart begitu gagah dengan tampilannya saat ini. Dia adalah pria yang sangat memperhatikan penampilan. Jam Rolex edisi terbatas melingkar dengan elegan di salah satu pergelangan tangan Bart. Jika ditaksir harganya kurang lebih seratus ribu Euro.
Hanna yang sudah menunggu di meja makan merasakan kehadiran Bart. Dia memejamkan mata dan menarik napas perlahan. Wajahnya menundu
"Kamu berada di mana?" "Aku baru saja bangun tidur. Ada keperluan apa sehingga menelponku sepagi ini?" "Aku akan mendatangimu sekarang, bukankah kamu masih berada di apartemen?" ujar Hanna dengan suara yang terdengar bersemangat. Hal ini membuat Isabelle mengerutkan alisnya, "Apa ada sesuatu yang terjadi? Kurasa ini terlalu pagi untuk berkunjung." "Apa kamu tidak senang akan kedatanganku? Baiklah kalau begitu, aku tidak akan bersedia menemanimu malam ini!" Terdengar suara Hanna ketus. "E-eh jangan lakukan itu! Aku hanya bercanda. Baiklah, Sayang aku akan menunggumu." Beberapa menit kemudian, Hanna sudah berada di kediaman Isabelle. Wajahnya ceria namun Hanna berusaha untuk tidak menunjukkan ekspresinya. Bukankah ini terlalu berlebihan? Hanya karena Bart berterima kasih, Hanna sudah merasa mood-nya menjadi sangat baik. Hana mengamati penampilan Isabelle yang masih kusut, "Pantas saja kamu masih betah hidup sendirian, bahkan unt
Megens Glory Company. Seperti biasanya, Bart sibuk memeriksa berkas-berkas perusahaan di ruang kebesarannya. Padahal, ini adalah waktu untuk beristirahat. Akan tetapi, Bart mengabaikannya. Hidangan yang disajikan Hanna tadi pagi membuatnya kenyang hingga sekarang. Tonny ingin menemui Bart untuk mengajak makan siang. Pintu terbuka, Tonny melangkah masuk. "Apakah kamu memiliki masalah keuangan yang berat sehingga mengabaikan waktu makan siang hanya untuk tetap bekerja?" sarkas sang sekretaris. "Itu bukan urusanmu." Bart menjawab ketus tanpa menatap wajah Tonny. Tonny menghela napasnya. "Ah ya, sebaiknya aku harus mengingatkanmu. Malam ini, bukankah kita memiliki acara penting?" "Ya, aku tahu," ucap Bart singkat. "Baiklah." Tonny menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. Nampaknya Bart memang benar-benar serius dengan pekerjaannya. Bart hanya menjawab setiap ucapan Tonny dengan singkat. Namun Tonny sedang dalam mood ingi
Hotel Aurora. Hanna tiba bersama Isabelle di lokasi tempat diadakannya acara, dan benar saja, terdapat kurang lebih seribu undangan dari kalangan menengah ke atas. Hanna mengenakan gaun maroon yang membuat lekukan tubuhnya terlihat ideal bersamaan dengan kalung berlian yang bertengger indah di leher jenjangnya. Membuat penampilannya terlihat anggun dan memukau. Setiap orang yang berpapasan dengannya selalu melemparkan senyum. Hanna membalas dengan senyuman bersamaan dengan sepasang matanya yang melengkung seperti dua bulan sabit. Tidak dapat dipungkiri, penampilan Hanna terlihat menarik perhatian dari setiap tamu undangan. Kecantikan Hanna tidak dapat tersaingi oleh siapa pun. Seorang pelayan memandu kedua wanita cantik itu menuju salah satu meja tamu yang berada tepat di sisi kolam renang. "Terima kasih." Hanna baru saja akan meminum segelas minuman bersoda yang ditawarkan oleh seorang pelayan, sebelum Isabelle menghentikannya, "jangan meminum minuma
Sebagian besar tamu undangan mengabadikan moment itu dengan ponsel mereka masing-masing. Bahkan beberapa dari mereka, merekamnya secara langsung melalui akun Faceb**k yang mereka miliki. Para pencari berita yang tadinya meliput kebersamaan Bart bersama dengan Samantha, justru beralih untuk mendapatkan berita tentang kejadian antara Hanna dengan Clarissa. Bahkan salah satu diantaranya telah menayangkan secara live di stasiun televisi. Komentar-komentar nitizen memenuhi laman Faceb**k milik salah satu stasiun televisi yang ikut mengabadikan momen itu. ["Wow! Aku tidak menyangka jika kekasih Hanna telah memilih tante dari gadis itu sendiri! Lihat, wanita itu bahkan terlihat sedang mengandung!"] ["Bukankah mereka adalah keluarga dari Tuan Abraham yang sangat kaya?"] ["Hanna terlihat sangat cantik, dia tidak pantas masuk dalam pemberitaan sampah seperti ini. Seharusnya wajahnya berada di sampul majalah kecantikan!"] ["Sayang sekali wanita
Bart tidak menyadari jika ucapan Samantha sebelumnya adalah sebuah sinyal untuk membuat Hanna terbebas dari make-up yang menurut Samantha hanyalah salah satu sebab Hanna terlihat cantik. Ya, orang yang membuat Hanna tercebur tak lain adalah Samantha. Alasan terbesar untuk kejadian ini karena Bart telah memperhatikan Hanna dengan tatapan yang sulit diartikan, sementara alasan lainnya adalah wanita cantik itu telah membuat dirinya menjadi pusat perhatian dan dikagumi banyak orang, sehingga Samantha merasa posisinya tersisihkan. Samantha tersenyum, kemudian menghilang. Dia tidak ingin orang-orang menyadari bahwa hal itu terjadi akibat ulahnya. Hal itu bisa saja merusak reputasi yang selama ini dia bangun. Namun, Isabelle tahu persis siapa yang telah melakukan hal buruk itu terhadap Hanna. Sekuat tenaga Hanna berusaha untuk naik ke permukaan. Namun, pakaian yang dia kenakan membuatnya kesulitan hingga dia tenggelam untuk beberapa saat. Beberapa orang hanya
"Bisakah kamu menjelaskan kepadaku, Matthew?" Clarissa menangis tanpa henti setelah meninggalkan acara yang sudah mencoreng nama baiknya bersamaan dengan keluarga Abraham. Bagaimana tidak? Komentar-komentar nitizen begitu kejam dan memojokkan dirinya. Clarissa sudah membaca komentar-komentar itu dan hanya sebagian kecil orang yang berpihak padanya. "Sayang, jangan pedulikan apapun perkataan orang-orang. Mereka tidak menyadari apa yang mereka ucapkan," ucap Matthew berusaha meyakinkan Clarissa. Clarissa menatap Matthew dengan tatapan yang jelas bagi Matthew apa yang wanita ini pikirkan, "Sayang, sungguh aku tidak bermaksud untuk meladeni mereka berdua. Aku hanya melintas dan sepertinya mereka memang ingin membuat kita bertengkar. Percayalah." "Jika aku tidak mewarisi lima puluh persen kekayaan keluarga Abraham, apakah kamu akan kembali pada Hanna?" Suara Clarissa begitu lembut namun perkataannya membuat raut wajah Matthew berubah gelagapan
"Hey gadisku! Akhirnya kamu sadar juga. Aku sangat mengkhawatirkanmu." Isabelle yang sejak tadi menunggu di lobby rumah sakit tiba-tiba masuk ke dalam ruang unit gawat darurat setelah samar-samar mendengar suara Hanna. Hanna tak begitu banyak berbicara, tubuhnya masih terasa lemah. Terlebih lagi perasaannya sudah terlanjur terluka setelah mendengar ucapan Bart beberapa saat yang lalu. Bart berdiri meninggalkan kedua wanita itu. "Saya akan mengurus administrasi dulu. Hanna, kamu akan pulang malam ini juga. Bersiaplah." Pria itu kemudian berlalu. Ekor mata Isabelle menelisik bayangan Bart yang melintas. "Kamu menangis? Apakah ada yang membuat tubuhmu terasa sakit? Yang mana, tunjukkan padaku?" Isabelle memeriksa seluruh tubuh Hanna. "Jangan berlebihan, aku baik-baik saja. Mataku hanya terasa panas, mungkin akibat air kolam yang tidak steril." Hanna mencoba mengelak dari wanita cerdas yang berdiri di hadapannya. Entah mengapa Hanna dan Isabelle memiliki
Perceraian adalah sebuah mimpi buruk bagi Bart. Setelah dia memutuskan untuk menikah, terlepas dengan siapapun itu, maka pernikahan akan terjadi untuk selamanya. Bart seolah melupakan kata-kata yang pernah dia ucapkan kepada Hanna di hari pernikahan mereka bahwa mereka akan bercerai suatu hari nanti. Hal ini bukan berarti dia memiliki perasaan spesial terhadap istrinya, akan tetapi ini adalah sebuah bentuk tanggung jawab sebagai seorang pria sejati. Bagi Bart, Hanna bukanlah istri impian untuknya, tapi Bart sendiri lah yang memutuskan untuk menjadikan wanita itu sebagai pendamping hidup. Bagaimanapun juga Bart tidak akan pernah bercerai. Sejak tiba di kediaman mereka, Bart dan Hanna tak sekalipun membuka percakapan. Meskipun demikian, pria itu memperlakukan Hanna dengan sangat baik. Menggendong Hanna ala bridal style yang membuat mereka terlihat seperti pasangan yang saling mencintai. Kemudian menjatuhkan tubuh lemah sang Istri dengan perlahan di atas