All Chapters of Istri Dadakan: Chapter 11 - Chapter 20
115 Chapters
11. Makan Malam Keluarga
Rachel yang tiba-tiba merasa penasaran itu, lantas menoleh ke Cindy."Dave kalau lagi kesal itu biasanya sikapnya bagaimana?" tanya Rachel manatap Cindy penuh minat."Ka Dave kalau sudah kesel pasti bakal ngomel, mengerutu terus sepanjang jalan. Pusing denger ocehannya." "Kamu sering di marahin dia juga ya.""Dirumah ini yang paling kalem cuma aku, Ka. Mamah juga sebenarnya, tapi dia kalo udah marah seremnya lebih dari papah. Ka Dave 'kan kaya papah sebenarnya gampang marah, tapi marahnya bentar doang. Jadi harap maklum ya ka."Rachel mengangguk pelan, kemudian mengajak Cindy turun ke bawah. Sesampainya mereka berdua di halaman rumah, Dave sudah berkaca pinggang di samping mobil banteng ngamuk warna hitam."Tuh 'kan, Ka. Bentar lagi bakal ngomel deh pasti," bisik Cindy di tepat telinga Rachel. Rachel dan Cindy berjalan bersamaan, mendekati Dave yang tengah be
Read more
12. Pergi Berdua
Dave mengamati setiap lekuk wajah di hadapannya itu dengan tatapan yang sulit di artikan. Tangan Rachel tanpa sadar bergerak mengusap-usap lengan dengan mata tertutup seakan merasakan hawa dingin yang menyerang. Seketika Dave sadar selimut yang di kenakan Rachel terkesiap. Kedua tangan Dave lantas terulur menarik ujung selimut itu sampai batas pundak Rachel.Baru setelah itu Dave berjalan naik ke ranjang, memposisikan dirinya berbaring dengan nyaman. Dave menatap ke atas. Kedua matanya menerawang memandangi lama atap langit-langit kamarnya. Entah apa yang di pikirkan laki-laki berambut pirang itu pada malam hari. Lelah berkutat dengan pikirannya, perlahan mata Dave terpejam dengan sendirinya.☆☆☆Sinar mentari pagi yang menyilaukan mata tertutup, membuat Dave terbangun dari tidurnya. Ia mengerang pelan sembari meregangkan otot-otot persendiannya.  Dave mengejapka
Read more
13. Belanja Berdua
Rachel yang tadinya hendak mengambil baju dari dalam kopernya itu lantas menarik resleting koper dan menutupnya kembali.Melihat kecangungan Rachel, seketika Dave menatapnya dengan kening berkerut."Aku mau ganti baju. Kalau kamu tidak ada yang mau di bicarakan lagi. Tolong keluarlah. Aku tidak nyaman membuka koper dan memperlihatkan pakaian dalamku padamu."Mendengar perkataan Rachel, Dave lantas mengeleng sembari mendesah pelan."Ehm..  Itu..  Selama kau tinggal disini, kau yang urus dapur dan segala keperluan makan harian. Kau boleh mengunakan kartu kreditku tapi, buatlah laporan pengeluarannya tiap bulan. Saya akan menagih laporan itu tiap bulan. Jika nominalnya tidak sesuai, saya akan menuntut ganti rugi. Mengerti?" ujar Dave nampak serius.Rachel kembali mengangguk patuh."Kalau kau sudah puas melihat-lihat, cepat buatkan makanan. Batas kesabaran saya saat lapar hanya lima belas menit," uca
Read more
14. Keterkejutan Rachel
Rachel menoleh ke arah Dave. Bahu Rachel seketika bergetar dengan sebelah tangan menutup mulutnya sembari  mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Ia erusaha keras menahan tawa yang ingin meledak. Dave terlihat ketakutan saat melihat wanita tengah memainkan pisau berukuran besar ditangannya. Dihadapan wanita itu nampak seekor ikan yang sesekali bergerak-gerak. Wanita itu terlihat asyik membersihkan bagian ingsang ikan. "Kau tidak suka ikan atau takut liat ikan?" bisik Rachel di telinga Dave. "Siapa yang takut? Saya hanya geli lihatnya," kata Dave sambil membalikkan badan saat wanita itu mengeluarkan bagian dalam kotoran ikan. Rachel terkekeh geli melihat ekpresi wajah Dave. "Ya, sudah. Ayo jalan. Kita cari yang lain saja," kata Rachel sambil mendorong pelan bahu Dave. Dave mengangguk, kemudian berjalan dengan kepala lurus seperti tidak ingin menoleh lagi ke arah deretan ikan segar. Mata Rachel berkeli
Read more
15. Masakan Rachel
Setelah semua urusannya beres, Dave mengendarai mobilnya pulang kembali ke apartemen. Begitu sampai di dalam apartemen, Dave langsung berjalan menuju ke dapur dengan kedua tangannya membawa kantung-kantung plastik belanjaan tadi sore.Setelah mengeluarkan barang belanjaan, Dave lalu berjalan menuju ke kamarnya. Tepat saat itu, ia tidak sengaja melihat Rachel tergeletak di sofa.Perlahan langkah kaki Dave bergerak mendekati Rachel. Di lihatnya wanita cantik ini tengah tertidur dengan napas teratur. Dengkuran halus terdengar keluar dari mulutnya."Sudah pindah rumah tapi masih juga tidur di sofa," gumam Dave sambil mengeleng pelan.Dave lalu mengoyangkan pundak Rachel. Perlahan Rachel membuka kedua matanya. Rachel mengejapkan kedua matanya memastikan pandangan di depannya tidak salah."Dave..." panggil Rachel pelan.Rachel segera terduduk saat menyadari sosok Dave tengah menatap wajahnya.
Read more
16. Laksana Raja
Rachel menanti jawaban Dave dengan jantung berdegup. Ia berharap suaminya mengiyakan saja perkataannya."Tidak. Biasa saja. Tidak ada yang spesial dari masakanmu," kata Dave dengan wajah datar.Hati Rachel seketika mencelos mendengar jawaban Dave. Sejujurnya ia ingin mendengar pujian— dari lelaki yang kini telah jadi suaminya— akan masakannya. Namun ternyata harapannya terlalu tinggi. Padahal kalau dilihat dari gelagat Dave yang dari tadi makan dengan lahap, seharusnya lelaki itu tidak akan berbicara begitu. Dalam hati Rachel beranggapan, mungkin Dave hanya malu mengakui kelezatan masakannya."Tidak enak tapi malah mau nambah," sindir Rachel tanpa sadar mengerucutkan bibirnya.Dave menoleh."Ini hanya karena saya lagi lapar," kelitnya sembari mengambil nasi."Iya deh. Terserah kamu saja. Masakanku bisa cocok sama lidahmu saja, aku udah senang. Tidak apa-apa juga kalau tidak e
Read more
17. Rahasia Rachel
Mendengar suara dering ponsel, Rachel yang sedang mencuci piring itu lantas buru-buru mencuci kedua tangannya. Ia lalu merogoh kantung celananya.Belum sempat Rachel mengangkat, suara dering telepon itu sudah terputus lebih dulu. Ia hanya bisa menghela napas kesal sembari tangannya bergerak menyalakan ponsel. Sedetik kemudian, wajahnya seketika melongo beberapa saat ketika melihat kontak Alex terpampang di layar ponsel. Tring... Tring... Tring...Tiba-tiba saja ponselnya kembali berdering. Rachel lantas mengangkat panggilan telepon itu dengan cepat."Halo, Baby."Suara bass yang terdengar sedikit manja menyapa riang. Hanya dari mendengar suara khas-nya saja, Rachel langsung tahu kalau itu suara Alex. Kedua sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum lebar nan mengembang. "Hmm..."Berbeda sekali dengan raut wajahnya, Rachel hanya bergumam pelan seolah enggan membalas sapaan Alex.
Read more
18. Kemarahan Dave
Dave terlihat tengah fokus membaca salinan berkas-berkas di depannya.Tok... Tok... Tok...Terdengar sebuah suara ketukan dari arah luar ruangan Dave. "Masuk!"Setelah mendengar seruan Dave, seorang laki-laki muncul dari balik pintu. Merasa kedatangannya tidak dihiraukan, Fabio lantas duduk di sofa Dave."Serius banget. Udah mirip kaya yang punya perusahaan kalau lihat lo kaya gini," celetuk Fabio sambil memandangi wajah rekan kerja yang usianya sama dengannya.Dave lantas menoleh, menatap tajam ke arah Fabio."Bukannya kerja malah duduk-duduk disini. Mau gua laporin ke bokap gua, biar lo dipecat karena malas-malasan," omel Dave setengah mengancam ke Fabio."Galak banget sih lo hari ini. Enggak dapat jatah istri ya lo semalam," ledeknya sambil terkekeh.Dave melengos. Malas meladeni ledekan Fabio."Sekarang jam istirahat, Bos. Jangan kerja mulu kena
Read more
19. Menghukum Rachel
Keesokkan harinya, Rachel bangun lebih awal dari biasanya. Rasa bersalahnya pada Dave membuat wanita bermata hazel itu tidak bisa tidur semalaman. Ia sibuk merangkai kata maaf agar Dave tidak marah lagi padanya.Hari ini Rachel berniat memasak makanan kesukaan Dave sebagai bentuk permintaan maaf.Bagaimana Rachel bisa tau makanan kesukaan Dave? Saat masih tinggal bersama sang mertua, ia sempat bertanya pada Kate tentang hal-hal yang disukai maupun yang tidak disukai Dave.Kate dengan senang hati memberitahukan semuanya. Ia bahkan mengajari Rachel membuat makanan kesukaan Dave salah satunya beef teriyaki. Jadilah hari ini, Rachel memasak beef teriyaki untuk suaminya. Saat masakannya hampir matang, Dave berjalan keluar dari kamarnya.Hari ini Dave mengenakan baju warna merah marun. Ia berdiri sembari mengamati Rachel yang tengah memasak. Wangi dari aroma daging yang menyebar di dapur sampai ke indera penciuman lela
Read more
20. Pilih Pergi Dengan Siapa?
Saat Rachel tengah asyik menyantap masakan yang dibuatnya sendiri, tidak sengaja ia menangkap senyum kecil di bibir Dave. Senyum tertahan yang seakan ingin di sembunyikan lelaki itu akibat terus-terus menahan tawa. "Kenapa wajahmu senyum-senyum begitu?" tanya Rachel. Dave mendongak. Ia sedikit terkejut, namun berusaha keras mengontrol ekspresi wajahnya agar tetap datar. "Siapa yang senyum-senyum? Dari tadi saya diam saja juga," elak Dave dengan cepat.   Rachel tidak lantas percaya begitu saja. Dari tadi ia sudah mencoba menahan diri. Perkataan Dave yang tiba‐tiba berubah ditambah ekspresi wajahnya yang nampak kaku, menimbulkan kecurigaan di benak Rachel. Matanya seketika menyipit ke arah Dave. "Kau tidak sedang mengerjaiku bukan?" tanya Rachel terdengar bagai sebuah tuduhan. Dave yang binggung harus menjawab apa pertanyaan Rachel itu, seketika mengedarkan pandangan matanya. Tanpa sengaja matanya terpaku
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status