All Chapters of Istri Dadakan: Chapter 31 - Chapter 40
115 Chapters
31. Kau Hanya Milikku
Dave benar-benar menumpahkan semua perasaannya malam itu. Amarah, kekecewaan dan kekesalannya pada Rachel bercampur dengan kenikmatan merasakan tubuh bagian bawahnya yang menyatu sempurna dengan milik Rachel.   "Selama kita masih terikat pernikahan. Kau hanya akan jadi milikku seorang. Mengerti?" tegas Dave terdengar mengintimidasi.   Rachel tidak menjawab. Ia sendiri sibuk menyeimbangkan goyangan Dave yang semakin cepat.   "Kau dengar itu 'kan, Rachel?"   Dave menarik rambut Rachel, menuntut jawaban dari pertanyaannya. Rachel mengangguk saja sembari meringis kecil saat rambutnya di tarik. Helaian rambut Rachel seketika terkumpul jadi satu di tangan Dave.   Rachel terpaksa mendongakkan kepalanya saat tangan Dave semakin kencang menarik rambutnya.   "Jangan tarik rambutku, Dave. Iya. Maaf. Aku janji tidak akan mengulangi lagi," ucap Rachel terdengar bersungguh
Read more
32. Syarat Lain Dari Dave
"Aku ingin tetap bekerja bukan karena Alex, tapi untuk diriku sendiri. Kalaupun tidak ada Alex sekalipun di perusahaan itu, aku tetap ingin terus bekerja disana. Maaf untuk kali ini aku tidak bisa pergi begitu saja. Kalau ku lakukan hal itu, sama saja dengan mempertaruhkan kredibilitas ku dalam bekerja. Orang akan mencap diriku amatiran dan aku tidak ingin mendengar perkataan seperti itu."   Walau kedua mata Dave tertutup rapat, lelaki itu tidak benar-benar tertidur. Ia memejamkan matanya hanya untuk menetralkan gejolak hatinya akibat gesekan kulit Rachel yang bersentuhan dengannya. Kedua telinganya mendengar sepenuhnya dengan jelas setiap perkataan yang terucap dari bibir Rachel.    Ia mendesah pelan setelah Rachel selesai mengungkapkan alasan yang agar dirinya menarik perkataannya yang sebelumnya telah melarang Rachel bekerja.   "Saya mengerti dan paham betul maksud perkatanmu. Itu pemikiran yang bagus sebagai seo
Read more
33. Sikap Dingin Dave
Semenjak percakapaan mereka di pagi hari itu, sikap Dave kepada Rachel pun berubah. Ia masih suka mengatur dan memberi perintah layaknya raja. Namun Rachel merasa Dave lebih sering mengajaknya berbicara daripada sebelumnya.   Pada akhirnya Dave mengizinkan Rachel bekerja. Namun ia memaksa Rachel agar mau di antar jemput olehnya ke kantor. Pulang pergi dengan Dave merupakan salah satu syarat yang di mintanya kalau Rachel masih ingin bekerja di perusahaan Alex.    Selain itu Dave memberikan syarat lain yang harus di patuhi Rachel. Ia mewajibkan Rachel untuk menghubungi dan memberikan selca —yang merupakan akronim dari self camera— saat jam makan siang.   Kalau Rachel tidak patuh sekali saja, Dave akan marah dan mengancam akan menghukumnya.   Pernah suatu ketika, Rachel benar-benar lupa menghubungi Dave akibat sibuknya pekerjaan. Ia juga tidak mengirimkan selca saat jam istirahat. Bagaimana bisa be
Read more
34. Menyelesaikan Kesalahpahaman
"Dave. Tunggu aku," teriak Rachel saat melihat Dave telah berjalan menjauhinya.   Dave terus melangkahkan kakinya. Ia tidak menghiraukan teriakan Rachel yang memintanya untuk menunggu.   Rachel berlari-lari kecil mengejar Dave yang berjalan semakin menjauh. Ia nampak kesulitan berlari akibat sepatu heels yang tengah dikenakannya.    Dave tidak menoleh sedikit pun dan memasukki apartement lebih dulu tanpa menunggu Rachel yang tertinggal jauh di belakangnya.   Saat Rachel sudah di dalam rumah, ia lantas berjalan menghampiri Dave.   Tapi Dave malah berjalan masuk ke kamarnya sembari melonggarkan dasi yang melilit lehernya. Mau tidak mau Rachel mengikuti Dave sampai ke dalam kamar.   "Aku tidak berbohong, Dave. Sungguh aku tidak mendengar panggilan teleponmu," tutur Rachel mencoba menjelaskan kejadian yang sebenarnya.   "Kenapa bisa tida
Read more
35. Sepiring Nasi Goreng
Mata keduanya saling terkunci dengan napas yang memburu. Saling menghirup oksigen sebanyak mungkin yang mereka bisa.    "Kau sudah tahu bukan kalau saya tidak suka penolakan? Maka dari itu, saya akan minta persetujuan darimu dulu sebelum melanjutkannya," ucap Dave dengan cepat.    Walau gairahnya sedang berada di puncak dan sulit di padamkan, namun Dave tidak mau melakukannya tanpa izin dari Rachel. Ia melakukan hal itu untuk melindungi harga dirinya dari penolakan Rachel tempo hari. Serta menjauhkan rasa bersalah yang mungkin akan dirasakannya.    Yang jelas Dave tidak ingin di salahkan apalagi sampai ada yang beranggapan dirinya telah melakukan pelecehan terhadap wanita. Sesuatu tindakan yang tak ada ubahnya, bagai binatang yang tak punya etika.    Rachel membatin dalam hati. Meminta izin? Sesuatu yang sangat aneh di dengar Rachel keluar dari mulut lelaki itu, membuatnya terdiam
Read more
36. Perhatian Dave
"Siapa suruh bengong? Bukannya makan malah melamun," omel Dave sembari mengeleng pelan.   "Ini juga lagi mau makan. Belum juga makan udah bawel saja kamu," keluh Rachel sambil mengerucutkan bibirnya.   "Saya mau tidur ya. Bukan mau dengar keluhanmu," ujar Dave memperingatkan.   Bibir memberengut dengan lengkungan ke bawah nampak jelas di wajah Rachel yang mendadak kesal setelah mendengar omelan Dave.    Tubuh Dave yang kini tengah memunggungi Rachel, membuat lelaki itu tidak menyadari perubahan raut wajah istrinya.    "Keluar sana! Kalau cuma mau mengeluh, jangan di sini. Di luar saja sana," usir Dave sembari menguap lebar-lebar.    Rachel sudah tidak tahan lagi. Matanya seketika melotot dengan kepalan tangan terayun di atas kepala Dave.    Sebelum kepalan tangan itu benar-benar mengenai kepala lelaki pirang di hadapan
Read more
37. Terjebak Masa Lalu
Mata Hazel Rachel kini tengah memandangi wajah Alex. Sikap Alex yang kerap merajuk inilah yang membuat Rachel sulit mengungkapkan kenyataan pahit padanya.    Bertahun-tahun mengenal Alex, membuat Rachel memahaminya lebih dari siapapun. Di mata Rachel, Alex tak ubahnya lelaki rapuh yang berusaha kuat di depan orang lain. Dan hanya kepada dirinya Alex menunjukkan sisi lemahnya itu.   Banyak hal telah mereka lalui bersama menyadarkan Rachel bahwa Alex membutuhkan kasih sayang. Andai saja ada wanita lain selain dirinya yang dekat dengan Alex, mungkin Rachel tidak akan sesulit ini melepasnya pergi.    Setidaknya Rachel bisa menjadi pendengar yang baik untuknya saat ini. Walau raganya sudah jadi milik Dave sepenuhnya.    Perlahan ia menyentuh pundak Alex.   "Jangan begitu, Lex."   Mendengar suara lembut Rachel, Alex pun menoleh.  
Read more
38. Jebakan Alex
Lima jam sebelumnya...   Dewi tengah berada di ruangan Alex.   "Ada lagi yang harus saya tanda tangani?" tanyanya saat tengah membubuhkan tanda tangan terakhirnya.   Karena terlalu sibuk memandangi wajah bosnya dengan tatapan penuh kekaguman, membuat Dewi tidak mendengar pertanyaan Alex.   Merasa tidak ada jawaban, membuat Alex menoleh. Hal ini sontak malah membuat Dewi menahan napas karena ditatap langsung oleh atasan yang di kaguminya.   "Dewi..."   Panggilan bernada tegas yang keluar dari mulut Alex, seketika membuyarkan lamunan Dewi dan mengembalikan kinerja otaknya yang sempat tersendat.   "Eh, iya. Kebetulan hanya Itu saja, Pak."   Dewi menjawab sambil tersenyum-senyum malu. Namun Alex hanya mengangguk pelan dan malah menatap ke arah lain.   "Bisakah saya titip ini untuk kau berikan ke mejan
Read more
39. Efek Obat
Suasana di dalam mobil semakin terasa hening saat tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut keduanya. Dave merasakan ada sesuatu yang aneh, namun ia tidak tau keanehan apa yang dirasakannya. Hingga tiba-tiba...   "Panas banget," kata Rachel sambil menyeka dahinya.   "Panas? Coba aku gedein dulu volume AC-nya—"   Dave membesarkan volume AC mobil hingga batas maksimal.   Volume AC sudah paling besar ini," kata Dave yang saat ini kembali fokus menyetir.   "Iya, tapi masih panas, Dave. Coba aku lihat–"   Tangan Rachel tergerak memegang tombol pengatur suhu ruangan di mobil itu.   "Sudah mentok ya," gumamnya pelan.   Sambil menyetir mobil, Dave nampak berpikir keras melihat Rachel terus mengeluh kepanasan. Padahal dirinya sendiri sudah sangat kedinginan akibat volume AC yang di setel maksimal oleh Rachel. &n
Read more
40. Pagi Yang Membangongkan
Rachel mengejapkan mata berulang kali, berusaha mencerna apa yang barusan di keluhkan Dave sambil mengingat-ingat kejadian semalam.    "Jadi pakaian ini kau yang memakaikannya?" tanya Rachel dengan tatapan horor.   "Kalau bukanku, terus menurutmu siapa?" kata Dave malah bertanya balik.   Dengan geram Rachel memukul Dave dengan bantal yang ada disekitarnya.   "Sakit, Hel. Apa-apan sih? Main gebuk-gebuk saja," keluh Dave sambil menghalau bantal yang mendarat di pipinya.   "Kenapa kau membuka bajuku tanpa izin?"    "Memangnya tidak boleh kalau saya ingin membantu istri sendiri? Ada-ada saja kau ini."   "Aku tau otakmu itu cabul tapi jangan seperti itu juga," keluh Rachel memberengut kesal.   "Jadi kau lebih memilih tidur dengan pakaian kotormu itu—"   Dave tidak terima dengan perkataan Rach
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status