Semua Bab Istri Dadakan: Bab 41 - Bab 50
115 Bab
41. Menemui Alex
Rachel terlihat tengah berpikir serius. Ia berusaha mengingat-ingat kejadian semalam.   "Ehm... Kau ingat 'kan saat ku beri pesan kalau akan pulang terlambat?"   Dave mengangguk pelan.    "Kemarin aku di minta untuk menyelesaikan rekap laporan. Katanya harus selesai hari itu juga, karena akan digunakan untuk bahan meeting hari ini. Aku langsung menghubungimu setelahnya," tutur Rachel menjelaskan.   Dave terbelalak kaget mendengarnya penuturan Rachel, seketika tangannya terkepal.   "Jadi kau di kantor berduaan dengannya? tanya Dave dengan nada meninggi.   "Tidak. Aku mengerjakan itu di mejaku sendiri. Sedangkan Alex ada di ruangannya," jawab Rachel dengan cepat.   Entah mengapa Rachel tidak ingin Dave salah paham. Namun tiba-tiba ia teringat akan minuman yang diberikan Alex.    "Mungkinkah karena minuman itu?
Baca selengkapnya
42. Antara Cinta dan Napsu
Rachel merasa aneh mendengar suara tawa Alex yang seperti sedang menertawakannya.   "Kenapa kamu tertawa, Lex? Apa ini terdengar lucu bagimu?"    Setelah puas tertawa, Alex kembali memasang tampang serius.   "Tidak. Harusnya tidak secepat ini kau tahu, Hel. Disaat aku belum berhasil mewujudkan rencanaku—"   Alex mendesah pelan.   "Ah, sudahlah. Karena kau sudah tau sekarang. Mari kita wujudkan saja," ajak Alex dengan tatapan sensual.   "Kau sudah gila," teriak Rachel seraya melotot ke arah Alex.   "Yeah. Aku memang sudah gila. Gila karena terlalu menginginkanmu. Apa kau tahu? Dari awal kita berpacaran, setiap malam aku selalu memimpikanmu. Aku ingin kamu jadi orang pertama yang ku lihat saat terbangun di pagi hari. Tapi kamu selalu menolak ajakan tidur bersama dan malah mengajukan syarat pernikahan. Padahal kamu tahu sendiri, saat it
Baca selengkapnya
43. Serangan Alex
Rachel menatap waspada sembari kedua kakinya melangkah mundur, menjauhi Alex.   "Jangan dekat-dekat," teriak Rachel ke Alex.   "Kenapa aku tidak boleh mendekat?" tanya Alex sembari mengangkat sebelah alisnya.   Bukannya takut, Alex malah lebih mendekatkan dirinya ke Rachel. Menarik sebelah ujung bibirnya ke atas sambil menatap Rachel penuh hasrat.   "Ayolah! Aku hanya ingin membawamu ke tempat tidurku. Setelah itu kita akan bercinta sampai kamu terlalu lelah untuk melakukan banyak hal. Atau sampai kamu tidak dapat memikirkan siapa pun selain sentuhan tanganku dan belaian bibirku. Kamu mungkin akan memanggil namaku dalam mimpimu dan meraihku dalam tidurmu."   Alex berbicara dengan sangat gamblang. Seakan semua itu sudah menjadi hal lumrah baginya. Tapi tidak bagi Rachel. Ia justru merasa jijik mendengar tiap kata demi kata yang keluar dari bibir lelaki itu.  
Baca selengkapnya
44. Yang Tidak di Sadari Rachel
Dave duduk termenung di kantornya. Entah apa yang di pikirkan lelaki itu, hingga kedatangan Fabio tidak di gubrisnya.   Fabio yang menyadari tatapan kosong Dave, lantas berjalan mendekatinya. Ia mengambil pulpen yang tergeletak di depan Dave dan tersenyum jahil.   Tuk... Tuk... Tuk...   Suara ketukan ujung pulpen yang beradu dengan meja, membuatnya tersadar dari lamunan.    "Ngapain sih lo? Bikin kaget orang saja," dumel Dave seraya melirik tajam Fabio.   Fabio terkekeh kecil sambil mengembalikan pulpen ke tempatnya.   "Siapa suruh bengong di jam segini? Mau makan gaji buta loh," sindir Fabio seraya berjalan dan duduk di sofa.   "Bukan urusan lo."   "Iya sih, tapi aneh saja liatnya. Muka kusut begitu kaya banyak beban hidup saja," ledek Fabio sambil terkekeh pelan.   Dave mengendus sebal mend
Baca selengkapnya
45. Investigasi Lanjutan
"Nama lengkapnya Alexander Catalano, memiliki hutang lima juta dollar karena gaya hidupnya yang suka berjudi. Punya berbagai nama samaran untuk menyamar karena sering dikejar-kejar renternir. Terkenal bad boys di kalangan wanita-wanita penghibur club malam. Catatan kriminal tidak ada, tapi semua hutangnya itu hasil pinjaman dari seorang lelaki bernama Emilio."   "Jadi dia buronannya Emilo? Menarik sekali," ujar Dave seraya mengulum senyum.   "Iya."   "Kalau yang ini?" tanya Dave seraya menunjuk ke kertas yang di gengamnya.   "Saat mencoba mencari latar belakang Emilio, gua nggak sengaja menemukan rekening ganda miliknya. Setelah di kaji lebih dalam ada beberapa transferan mencurigakan di rekening tabungan itu. Jumlahnya sangat besar dan membuat gua penasaran—"   Fabio menunjuk ke sebuah list di kertas yang ada dihadapan Dave.   "Sejumlah jutaan dollar telah d
Baca selengkapnya
46. Pasca Aksi Alex
Dave berjalan dengan tergesa-gesa hendak menuju ke mobilnya yang terparkir di basement bawah apartemennya. Saat sudah sampai di dalam mobil, ia membanting setirnya dengan keras.   "Argh..."   Ia lantas mencari ponselnya sembari keluar mobil.    "Hallo, Dewi. Terima kasih untuk informasinya. Sorry tadi buru-buru saya tutup teleponnya."   "Enggak apa-apa, Pak Dave. Ngomong-ngomong tidak terjadi sesuatu 'kan dengan istri anda?"   "Untungnya nggak ada apa-apa."   "Kalau Pak Alex bagaimana?" tanya Dewi terdengar cemas.   Dave seketika tersenyum miring dengan ujung bibir tertarik keatas sebelah.   "Kalau kau penasaran coba kau temui langsung saja di rumahnya. Hati-hati, dia sedang dalam pengaruh obat."   Setelah menutup teleponnya, Dave kembali memainkan ponselnya untuk menghubungi orang lain.
Baca selengkapnya
47. Libur Masak
Rachel terbangun kala senja datang menyapa. Ia mengejapkan mata berulang kali saat melihat sosok lelaki yang duduk bersandar di sebelah tempat tidurnya. Lelaki yang memiliki rahang tegas dengan bulu-bulu halus tumbuh di sepanjang dagu dan atas mulut ini tidak lain ialah suaminya, Dave.    Dave yang tengah sibuk bermain dengan ponselnya itu tidak menyadari kalau Rachel telah sadar dan kini tengah menatap wajahnya dengan kening berkerut.   "Kenapa kau bisa ada di kamarku?" tanya Rachel seketika.   Dave menoleh setelah mendengar suara Rachel.   "Eoh. Kau sudah bangun."   "Aku tanya sekali lagi, sedang apa kau di kamarku sekarang?" tanya Rachel seraya menatap tajam Dave.   "Saya hanya menemanimu yang tidur sambil menangis."   "Aku tidak butuh di temani olehmu. Pergi sana," usir Rachel seraya mendorong pundak Dave.  
Baca selengkapnya
48. Sama-Sama Keras Kepala
Rachel tergopoh-gopoh menghampiri Dave yang terus memanggil namanya.    "Ada apa sih, Dave?"    Begitu Rachel sampai di sampingnya, Dave lantas menyodorkan sebuket bunga mawar merah dengan wajah masam.   "Bunga dari siapa ini, Dave?" tanya Rachel sambil mengamati buket itu.   Rachel lantas meneliti setiap tangkai bunganya. Ia berharap dapat menemukan secarik kertas di dalam kumpulan bunga-bunga yang di genggamnya.    "Tidak ada kartu ucapannya, Dave. Kira-kira dari siapa ya?" gumamnya Rachel makin penasaran.   Rachel menoleh ketika mendapati Dave tidak menanggapi perkataannya. Melihat wajah lelaki itu yang membuang mukanya, membuat Rachel menghela napas.   "Berikan kepadaku, Dave!"    "Apa?"   Rachel mengulurkan telapak tangannya sembari matanya melirik-lirik ke belakang punggu
Baca selengkapnya
49. Ego Lelaki
Pada akhirnya Rachel mengabaikan perkataan Dave dan tetap memilih pergi bekerja.   Perkataan Rachel pagi itu sangat berpengaruh pada suasana hati Dave seharian ini. Lelaki pirang itu jadi uring-uringan. Saat ada kesalahan sedikit saja yang dilakukan karyawannya, Dave akan langsung marah dan membuat seisi kantor menjadi tegang.   Pikirannya saat ini sedang tidak fokus. Berulang kali ia salah dalam mengerjakan sesuatu di layar komputernya.   "Argh..."   Dave meremas-remas kertas yang ada di dekatnya sambil berteriak frustasi.   "Ada apa denganku hari ini?" gumam Dave tanpa sadar.   "Harusnya gua yang tanya itu ke lo sekarang, tapi udah ke duluan."   Sebuah suara tiba-tiba menginterupsinya, membuat Dave menoleh dengan cepat. Dari arah pintu, Fabio terlihat berdiri di selaan pintu yang sedikit terbuka. Hanya kepalanya yang julur ke dalam ruan
Baca selengkapnya
50. Panggilan Mendadak
Fabio tersenyum kecil menyadari kerisauan hati Dave. Kerisauan yang sebenarnya tidak perlu terjadi kalau saja Dave menyadari isi hatiya sendiri. Lelaki yang sudah lama mengenal Dave itu hanya bisa memberi saran sambil menepuk pundaknya pelan.   "Menunjukkan kepedulian dan perhatian yang besar ke wanita nggak bakal buat lelaki jadi keliatan lemah, Bro. Justru malah sebaliknya."   Dave mencerna perkataan Fabio sembari memandangi layar ponselnya. Nampak terlihat kontak Dewi di layarnya yang menyala. Jempol tangannya yang hendak menekan tombol pesan itu pun berhenti untuk beberapa saat.    "Baiklah," ucap Dave sambil menghela napas.   Dengan gerakan cepat ujung jari Dave beralih. Menekan tombol back lalu bergerak mencari kontak nama lain yang tersimpan di ponselnya.   ☆☆☆   Rachel mengambil napas panjang dan membuangnya perlahan sambil memegang ujung tali ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status