Setelah semua urusannya beres, Dave mengendarai mobilnya pulang kembali ke apartemen.
Begitu sampai di dalam apartemen, Dave langsung berjalan menuju ke dapur dengan kedua tangannya membawa kantung-kantung plastik belanjaan tadi sore.Setelah mengeluarkan barang belanjaan, Dave lalu berjalan menuju ke kamarnya. Tepat saat itu, ia tidak sengaja melihat Rachel tergeletak di sofa.Perlahan langkah kaki Dave bergerak mendekati Rachel. Di lihatnya wanita cantik ini tengah tertidur dengan napas teratur. Dengkuran halus terdengar keluar dari mulutnya."Sudah pindah rumah tapi masih juga tidur di sofa," gumam Dave sambil mengeleng pelan.Dave lalu mengoyangkan pundak Rachel. Perlahan Rachel membuka kedua matanya. Rachel mengejapkan kedua matanya memastikan pandangan di depannya tidak salah."Dave..." panggil Rachel pelan.Rachel segera terduduk saat menyadari sosok Dave tengah menatap wajahnya.<Rachel menanti jawaban Dave dengan jantung berdegup. Ia berharap suaminya mengiyakan saja perkataannya."Tidak. Biasa saja. Tidak ada yang spesial dari masakanmu," kata Dave dengan wajah datar.Hati Rachel seketika mencelos mendengar jawaban Dave. Sejujurnya ia ingin mendengar pujian— dari lelaki yang kini telah jadi suaminya— akan masakannya. Namun ternyata harapannya terlalu tinggi.Padahal kalau dilihat dari gelagat Dave yang dari tadi makan dengan lahap, seharusnya lelaki itu tidak akan berbicara begitu. Dalam hati Rachel beranggapan, mungkin Dave hanya malu mengakui kelezatan masakannya."Tidak enak tapi malah mau nambah," sindir Rachel tanpa sadar mengerucutkan bibirnya.Dave menoleh."Ini hanya karena saya lagi lapar," kelitnya sembari mengambil nasi."Iya deh. Terserah kamu saja. Masakanku bisa cocok sama lidahmu saja, aku udah senang. Tidak apa-apa juga kalau tidak e
Mendengar suara dering ponsel, Rachel yang sedang mencuci piring itu lantas buru-buru mencuci kedua tangannya. Ia lalu merogoh kantung celananya.Belum sempat Rachel mengangkat, suara dering telepon itu sudah terputus lebih dulu. Ia hanya bisa menghela napas kesal sembari tangannya bergerak menyalakan ponsel. Sedetik kemudian, wajahnya seketika melongo beberapa saat ketika melihat kontak Alex terpampang di layar ponsel.Tring... Tring... Tring...Tiba-tiba saja ponselnya kembali berdering. Rachel lantas mengangkat panggilan telepon itu dengan cepat."Halo, Baby."Suara bass yang terdengar sedikit manja menyapa riang. Hanya dari mendengar suara khas-nya saja, Rachel langsung tahu kalau itu suara Alex. Kedua sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum lebar nan mengembang."Hmm..."Berbeda sekali dengan raut wajahnya, Rachel hanya bergumam pelan seolah enggan membalas sapaan Alex.
Dave terlihat tengah fokus membaca salinan berkas-berkas di depannya.Tok... Tok... Tok...Terdengar sebuah suara ketukan dari arah luar ruangan Dave."Masuk!"Setelah mendengar seruan Dave, seorang laki-laki muncul dari balik pintu. Merasa kedatangannya tidak dihiraukan, Fabio lantas duduk di sofa Dave."Serius banget. Udah mirip kaya yang punya perusahaan kalau lihat lo kaya gini," celetuk Fabio sambil memandangi wajah rekan kerja yang usianya sama dengannya.Dave lantas menoleh, menatap tajam ke arah Fabio."Bukannya kerja malah duduk-duduk disini. Mau gua laporin ke bokap gua, biar lo dipecat karena malas-malasan," omel Dave setengah mengancam ke Fabio."Galak banget sih lo hari ini. Enggak dapat jatah istri ya lo semalam," ledeknya sambil terkekeh.Dave melengos. Malas meladeni ledekan Fabio."Sekarang jam istirahat, Bos. Jangan kerja mulu kena
Keesokkan harinya, Rachel bangun lebih awal dari biasanya. Rasa bersalahnya pada Dave membuat wanita bermata hazel itu tidak bisa tidur semalaman. Ia sibuk merangkai kata maaf agar Dave tidak marah lagi padanya.Hari ini Rachel berniat memasak makanan kesukaan Dave sebagai bentuk permintaan maaf.Bagaimana Rachel bisa tau makanan kesukaan Dave? Saat masih tinggal bersama sang mertua, ia sempat bertanya pada Kate tentang hal-hal yang disukai maupun yang tidak disukai Dave.Kate dengan senang hati memberitahukan semuanya. Ia bahkan mengajari Rachel membuat makanan kesukaan Dave salah satunya beef teriyaki.Jadilah hari ini, Rachel memasak beef teriyaki untuk suaminya. Saat masakannya hampir matang, Dave berjalan keluar dari kamarnya.Hari ini Dave mengenakan baju warna merah marun. Ia berdiri sembari mengamati Rachel yang tengah memasak. Wangi dari aroma daging yang menyebar di dapur sampai ke indera penciuman lela
Saat Rachel tengah asyik menyantap masakan yang dibuatnya sendiri, tidak sengaja ia menangkap senyum kecil di bibir Dave. Senyum tertahan yang seakan ingin di sembunyikan lelaki itu akibat terus-terus menahan tawa. "Kenapa wajahmu senyum-senyum begitu?" tanya Rachel. Dave mendongak. Ia sedikit terkejut, namun berusaha keras mengontrol ekspresi wajahnya agar tetap datar. "Siapa yang senyum-senyum? Dari tadi saya diam saja juga," elak Dave dengan cepat. Rachel tidak lantas percaya begitu saja. Dari tadi ia sudah mencoba menahan diri. Perkataan Dave yang tiba‐tiba berubah ditambah ekspresi wajahnya yang nampak kaku, menimbulkan kecurigaan di benak Rachel. Matanya seketika menyipit ke arah Dave. "Kau tidak sedang mengerjaiku bukan?" tanya Rachel terdengar bagai sebuah tuduhan. Dave yang binggung harus menjawab apa pertanyaan Rachel itu, seketika mengedarkan pandangan matanya. Tanpa sengaja matanya terpaku
Mata Rachel seketika mengejap berulang kali. Ia bingung bagaimana menjawab pertanyaan Kate.Sebelum kedatangan mertuanya, Rachel tengah bersiap-siap untuk pergi menemui Alex. Dan sekarang Kate datang ke dengan maksud mengajaknya pergi ke suatu tempat."Aku nggak lagi sibuk sih, Mah. Tapi kita mau pergi kemana ya?" tanya Rachel memutuskan berbohong pada mertuanya."Biasalah, perawatan buat wanita yang sudah menikah—"Kate menepuk pelan pundak Rachel."Aturan kamu sudah mulai ikut dari sebelum nikah, tapi berhubung kalian nikah mendadak jadi mamah baru bisa daftarin kamu baru-baru ini," ujar Kate nampak bersemangat.Sebenarnya Rachel ingin menolak ajakan mertuanya itu, namun ia tidak sanggup mengatakannya.Rachel sangat menyadari betul posisinya yang menikahi anak mami macam Dave. Untuk itu ia berusaha keras menjadi menantu terbaik di mata Kate. Mau tidak mau, Rachel mengangguk patuh.
Dave yang biasa melihat sosok Emilio yang tenang dan nyaris tanpa ekspresi di wajahnya, mendadak tercengang saat mendengar tawa kecil keluar dari mulutnya. "Cewek yang gua cari itu ada di kantor lo. Dengan terpaksa, gua ikutin sampai kemarilah. Daripada inceran gua lepas keburu di sambar orang," ucapan Emilio dengan santainya. Entah mengapa ucapan Emilio terdengar seakan menyindir dirinya. Namun Dave menapik sembari mengeleng tidak percaya. "Kalau cari cewek model begitu di club saja. Di kantor gua nggak ada yang model kaya gitu. Kebanyakan udah bersuami," ujar Dave. Dave mencoba mengusir Emilio secara halus. Ia tidak ingin ada karyawannya jadi mangsa predator macam Emilio. "Justru gua cari model yang kaya begitu. Lo tau sendiri 'kan gua ogah pake perawan. Ribet musti ngajarin dulu." "Tapi nggak cari di kantor gua juga. Di kantor lain 'kan banyak. Apa perlu gua cariin sekalian?" desak Dave agar Emilio sege
Kate yang hendak pergi dari apartement Dave, tiba-tiba saja berbalik badan."Oiya, Mamah kemari tadi bawa hadiah buat kamu sama Rachel," ujar Kate di depan pintu.Dave seketika memicingkan matanya, menatap Kate sedikit curiga. Ia sangat hapal tabiat mamahnya yang kadang suka bertindak semaunya dan masih berpegangan pada tradisi kuno."Hadiah apa, Mah? Bukan sesuatu yang aneh-aneh 'kan?" tanya Dave mengantisipasi."Bukan. Hanya minuman biasa, sejenis vitamin.""Lantas kemana hadiahnya itu sekarang?" tanya Dave seraya melirik sinis ke arah Rachel."Sudah mamah taruh kulkas. Di minum yang rutin ya," pesan Kate sebelum pergi dari apartemen Dave.Dave menatap Kate dengan alis mata terangkat sebelah. Namun akhirnya mengangguk patuh."Ayo Pak Jiman. Kita pulang sekarang—"Kate kembali menatap sekilas Dave dan Rachel secara bergantian."Mamah pulang dulu ya