Semua Bab Suami Tak Sempurna: Bab 211 - Bab 220
241 Bab
Episode 211. Jabatan Direktur Utama
"Green Williams," gumam Hana dengan mata terpejam saat ia merendam tubuhnya di bathtub yang berisi air hangat bercampur dengan minyak esensial murni. Beberapa hari ini adalah hari yang luar biasa bagi Hana. Dimulai dari hari ketika ia bertemu dengan Green yang ternyata masih hidup dan dalam keadaan sehat. Dan hari ini, dia adalah pemilik sah dari PT. Andalan Winata. Hana tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya. Namun yang mengganggu pikiran Hana saat ini adalah nama asli Green yang sekarang adalah Green Williams. Karena nama itu, Hana tidak bisa mencegah pikirannya untuk tidak mengaitkan Green dengan Marcell. "Apa mereka memiliki hubungan? Pertama, wajah mereka begitu mirip. Kedua, Green mampu membeli perusahaan besar seolah itu bukan apa-apa." "Tetapi sikap Marcell sendiri seolah dia tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Green." "Hufft...membingungkan!" Hana menghela n
Baca selengkapnya
Episode 212. Rahasia Kecil
"Jadi, kamu masih memiliki keluarga kandung?" tanya Anton.   "Iya, Pa."   "Jadi, di mana mereka sekarang? Papa ingin bertemu secepatnya dengan keluargamu!" sahut Anton kembali. Keluarga Green pastilah orang hebat, itu sebabnya Green bebas menggunakan uang dengan jumlah yang besar!   "Iya, Mama juga ingin bertemu langsung dengan mereka, Green. Pertemukanlah kami dengan mereka," timpal Jihan tak kalah bersemangat dari suaminya.   "Baiklah, Pa, Ma. Kebetulan keluargaku akan datang dari luar negeri malam ini, jadi besok aku bisa mempertemukan kalian," ucap Green.    Tadi Reyhans memang sudah mengabari Green bahwa dia akan datang ke negeri ini malam ini juga. Dan Reyhans meminta Green untuk membawa kepadanya cucu menantu perempuannya itu besok.     Mulut Hana terbuka mendengarnya. Ternyata lebih cepat dari yang ia bayangkan! Hana mendadak gugup.
Baca selengkapnya
Episode 213. Tidak Tenang
Begitu Marcell pergi meninggalkan mansion, Sally dan Albert mulai berdebat. "Albert, berita apa ini sebenarnya? bukankah kamu berencana membereskan Green? Tetapi sekarang dia malah memakai nama keluargamu bahkan mampu membeli PT. Andalan Winata! Begitukah cara kamu membereskannya?" ucap Sally penuh rasa curiga. Matanya bahkan mulai berkaca-kaca. Dia melangkah mundur menjauhi Albert. "Aku tahu.....Aku tahu.....Dalam hatimu yang paling dalam kamu sebenarnya sangat mencintai anak itu! Kau sudah menipuku! Kau berbohong, Albert!" teriak Sally dengan suara keras. Dia bahkan sempat berpikir bahwa suaminya mungkin akan membunuh Green. Tetapi apa sekarang yang terjadi? Suaminya sungguh keterlaluan! Albert melangkah maju mendekat pada Sally dan memegang erat kedua sisi lengannya. "Sally, tolong berpikirlah dengan jernih! Untuk apa aku repot-repot bertanya pada Marcell tentang kejadian tadi siang kalau aku memang sudah tahu? Justru
Baca selengkapnya
Episode 214. Green Terkejut
Sementara itu, Gerry dan Rudy tampak murung bekerja. Mereka sudah tidak memiliki ruang pribadi sendiri untuk bekerja. Rasanya mereka begitu malu, sungguh sangat malu saat karyawan-karyawan itu menatap mereka! Beginikah yang dirasakan kakak mereka, Anton, saat jabatannya sebagai direktur utama dicabut? Tetapi keadaan mereka jauh lebih mengenaskan sekarang, bahkan putra-putra mereka berstatus pengangguran saat ini dan masih dirawat di rumah sakit.   ***   "Bohong! Kau berbohong!" seru Reynaldi saat Ghania menceritakan kejadian kemarin siang pada kakaknya itu. "Aku lagi sakit! Jangan kau membuat kabar aneh yang membuatku marah!"   "Untuk apa aku berbohong? Green memang membeli PT. Andalan Winata kemarin siang," tegas Ghania sambil bersedekap.   Rey diam. "Dari mana? Dari mana dia mendapat uang sebanyak itu? Itu uang yang banyak sekali! Ghania, kau sudah gila! Aku tidak percaya padamu!"  
Baca selengkapnya
Episode 215. Cucu Sulungku
Sepanjang malam, Albert dan Sally sama-sama sulit untuk tidur memikirkan masalah ini. Ditambah lagi saat dini hari Marcell pulang dalam keadaan mabuk. Mabuk Marcell kali ini lebih parah daripada mabuknya di kali pertama. Marcell sampai muntah-muntah, hal itu membuat pelayan melapor langsung pada Albert. Albert sangat terkejut melihat putranya seperti itu.   Pagi ini, Albert dan Sally sarapan bersama.   "Untung saja Papa tidak datang tadi malam. Kalau datang, Papa pasti akan terkejut melihat Marcell seperti itu." Albert mendesah. "Sudah berapa kali Marcell mabuk seperti itu?" tanya Albert pada istrinya. Albert terkadang pergi ke luar negeri untuk urusan bisnis, dia tidak selalu bisa melihat keseharian putranya seperti Sally.   Sally mendadak gugup. "Itu...Dia sudah yang kedua kalinya seperti ini, Albert. Dan yang sekarang lebih parah."   "Apa? Kenapa kamu tidak memberitahuku?"   "
Baca selengkapnya
Episode 216. Bertemu Tuan Besar Reyhans Williams
Green tampak menegang selama berjalan memasuki mansion yang luas dan panjang itu. "Mudah-mudahan Marcell dan mereka berdua sedang tidak berada di dalam mansion. Ya, Marcell pasti sudah berada di kampus, dan Tuan Albert pasti berada di kantor. Lalu Nyonya Sally...? Aku berharap dia juga sedang berada di luar. Mungkin saja seperti itu. Itu sebabnya kakek memutuskan untuk bertemu di sini. Aku harap memang seperti itu," ucap Green di dalam hati. "Green, berarti kamu benar-benar bagian dari keluarga Williams? Kenapa Marcell seolah-olah bersikap tidak memiliki hubungan denganmu? Bahkan dia tidak tahu bahwa kamu memiliki nama belakang Williams. Atau dia cuma bersandiwara?" Anton tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Bahkan dia sudah tidak begitu menikmati pemandangan betapa megahnya mansion yang mereka masuki. Mansion itu bagaikan istana raja, tetapi rasa penasaran Anton terhadap menantunya itu jauh lebih besar. Riak-ri
Baca selengkapnya
Episode 217. Terpukul
Marcell berdiri melangkah dengan sempoyongan ke arah mereka, membuat Anton, Jihan dan Hana merasa bingung. Marcell tampak acak-acakan dan seperti orang yang sedang mabuk. Begitu dia mendekat, aroma alkohol keras masih tercium pada dirinya. Anton dan Jihan jelas tahu bahwa Marcell memang sedang mabuk. Ada apa dengannya?   Marcell segera mencengkeram lengan Reyhans, menjauhkan Reyhans dari Green. Dia merasa sangat cemburu! Karena rasa mabuk belum begitu tuntas, Marcell lebih dikendalikan oleh perasaan dari pada otak. Itu sebabnya dia langsung menunjukkan raut kecemburuan. Kakeknya tidak pernah memeluknya seperti itu! Tetapi kenapa sekarang kakeknya malah memanggil orang lain sebagai cucunya dan bahkan memeluknya dengan hangat?   Sebenarnya tentu saja Reyhans pernah memeluk Marcell, bahkan sering. Dia menggendongnya dan membawanya jalan-jalan, tetapi waktu itu Marcell masih kecil. Jadi Marcell sudah melupakannya.   "Apa mak
Baca selengkapnya
Episode 218. Hukuman Reyhans
Kemarahan Marcell tidak semata-mata karena kejahatan kedua orang tuanya saja, tetapi juga karena dia sulit menerima kenyataan bahwa dirinya ternyata bukanlah satu-satunya cucu dari keluarga Williams. Ditambah lagi kakaknya adalah Green, lelaki yang telah merebut hati perempuan yang disukainya, lelaki yang tidak dia sukai bahkan dia benci selama beberapa bulan terakhir ini. Bagaimana mungkin Marcell masih bisa bersikap dengan tenang dan ikhlas? Dia merasa ini seperti lelucon konyol di siang bolong! Sama sekali tidak lucu! "Menjauhlah dariku!" seru Marcell pada Sally, membuat Sally semakin berlinang air mata. Seandainya saja kedua orang tuanya tidak membuang Green, tentu dia tidak akan mengalami rasa syok seperti ini, menghadapi fakta yang rasanya sungguh tidak masuk akal. "Marcell, kedua orang tuamu sudah melakukan kesalahan fatal. Dan kakek harus menghukum mereka," ucap Reyhans tanpa keraguan sedikit pun. Marcell diam mengatupkan mulutnya ti
Baca selengkapnya
Episode 219. Hobi Konyol?
"Apa maksudnya Kakek mengatakan bahwa Green satu-satunya ahli waris kakek? Bukankah aku juga cucumu?" ucap Marcell dengan bulu mata bergetar. Ia merasa ini sungguh tidak adil. Yang berbuat salah adalah kedua orang tuanya, kenapa dia juga ikut terimbas dalam masalah ini?   Reyhans berkata pada dirinya sendiri, memberikan warisan pada Marcell sama saja memberikan ketenangan dan kemakmuran pada Albert dan Sally. Sama saja mereka tidak akan merasakan dampak dari hukuman yang ia berikan. Sebesar apa pun rasa kecewa Marcell pada kedua orang tuanya, Marcell tentu tidak akan mungkin membuang mereka karena mereka selalu menjadi orang tua yang selalu mendukungnya dan memanjakannya. Marcell tidak akan mungkin melupakan hal itu.   Tetapi Reyhans tidak akan menjelaskan alasan ini pada Marcell.   "Marcell, tentu saja kamu adalah cucuku. Tetapi itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan kepada siapa Kakek memberikan seluruh harta kak
Baca selengkapnya
Episode 220. Papa Reyhans
Suasana menjadi hening ketika Marcell dan kedua orang tuanya sudah menghilang di balik lift. Reyhans jelas sudah bisa menebak bagaimana Marcell bersikap saat ia kembali menghimbau cucu bungsunya itu untuk terjun dalam dunia bisnis sedini mungkin. Marcell pasti akan dengan keras kepala menolaknya, dan itulah yang terjadi. Tetapi Reyhans tidak menyesali hal itu. Dia cukup puas sudah berupaya sekali lagi mengarahkan cucunya ke hal yang lebih baik walaupun ternyata gagal. Reyhans menoleh pada Green dan ketiga orang yang bersamanya. "Maaf, Tuan dan Nyonya. Pasti rasanya tidak nyaman melihat apa yang terjadi tadi," ucap Reyhans sambil tersenyum kecil. "Jangan sungkan pada kami, Tuan Besar Williams. Kami dapat memahami keadaan tadi," ucap Anton dengan cepat. "Baiklah kalau begitu. Mari kita duduk bersama di sana," ucap Reyhans. Maka mereka melangkah dan duduk di sofa. Tentu saja Green d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
202122232425
DMCA.com Protection Status