All Chapters of Dinikahi untuk diduakan: Chapter 11 - Chapter 20
29 Chapters
Bab 11 Fakta
“Sebelumnya saya minta maaf Bu, jadi beberapa waktu lalu saya minta tolong Bapak untuk barangkali punya kenalan bujang atau duda yang sedang mencari pasangan, seperti yang Ibu ketahui bahwa Utari anak saya itu janda, saya ingin dia cepet nikah lagi Bu, saya sedih melihat Utari di usia muda nya ini harus jadi single parent untuk anaknya,” ujar bu Jelita dengan mata berkaca“Sekali lagi saya minta maaf, saya tidak bermagsud menjodohkan Utari dengan bapak, saya hanya meminta bantuan bapak untuk mencarikan jodoh buat putri saya Utari,” sambung bu Jelita kini dengan nada gemetar dan sedikit takut. Mungkin bu Jelita berfikir aku akan marah atau kedatanganku untuk memaki anaknya.Tak lama datang seorang bapak paruh baya masuk ke dalam rumah sambil bergegas dan mengucap salam, ia tampak bingung dan terengah-engah karena berjalan separuh berlari. Bapak itu kemudian duduk di samping bu Jelita.“Ada apa ya Bu?” tanya bapak itu kepada bu
Read more
Bab 12 Fakta
Air mata mulai mengalir di pipiku, aku tak lagi malu untuk menyembunyikan perasaanku, bu Jelita menyodorkan segelas air putih kepadaku.“Ini bu diminum dulu airnya,” ucap bu Jelita“Terimakasih bu,” jawabku sambil menegak air putih di gelas itu dan menyeka air mataku.“Maaf Pak, Bu, saya sebenarnya sangat terkejut dengan permintaan suami saya ini, saya kesini pun atas ijin suami saya untuk mengenal keluarga Utari sebelum mungkin melamar Utari secara resmi, jujur hati saya masih merasa berat melakukan ini,” ucapku sambil menahan rasa sedihku.“Mohon maaf bu kalau boleh tau, kira-kira kapan bapak mau melamar Utari secara resmi?” tanya pak Somad kepadaku.“Karena sebenarnya ada seorang lelaki teman nya Utari, akhir-akhir ini sering datang antar jemput Utari dan kadang tanpa sepengetahuan kami mereka sering bertemu diluar, saya tidak enak sama tetangga khawatir jadi fitnah, makadari itu saya berhara
Read more
Bab 13 Cinta yang berubah jadi benci
Benar kata orang yang bilang ‘Cintailah kekasihmu sekedarnya saja karena bisa jadi suatu saat dia akan menjadi musuhmu dan bencilah musuhmu sekedarnya saja bisa jadi suatu saat dia akan menjadi kekasihmu’ Mungkin aku terlalu mencintai suamiku, menganggapnya malaikat yang dikirim Tuhan hanya untukku, membahagiakan aku di dunia ini dan suatu saat bersama lagi di surga, suami sempurna tanpa cela yang ternyata kini menorehkan luka yang teramat dalam. Sepanjang jalan pulang dalam kereta, tak terasa aku menitikan air mata, teringat masa dimana dulu sebelum aku memutuskan untuk menikahi suamiku, bahkan lebih jauh lagi, aku teringat pada masa remajaku dimana saat itu orangtua ku terus bertengkar tiada henti dan akhirnya memutuskan untuk berpisah, mereka sempat bertanya aku akan ikut siapa, sempat terombang-ambing sekian waktu ikut mama dan lalu tinggal bersama ayah dan ibu sambung hingga akhirnya aku putuskan untuk tinggal sendiri di sebuah kost kecil dengan alasan dekat dengan
Read more
Bab 14 Dukungan mertuaku
“Bi, hari ini aku kerumah Utari,” kataku sambil menyuguhkan secangkir kopi untuk suamiku yang baru saja pulang dari kantor.“Hah? masa? Ngapain kamu kesana?” tanya suamiku dengan nada terheran-heran“Kan kamu yang mengijinkan aku untuk mencari informasi tentang Utari, informasi paling akurat dari mana lagi kalo bukan dari orangtua nya,” ujar ku dengan wajah datar.“Terus disana kamu ngomong apa?sama siapa kesananya?” tanya suamiku mulai penasaran.“Sendiri, aku labrak dia,” jawabku berbohong.“Ah yang bener, aku aja belum pernah ke rumahnya, kamu kan ga tau jalan suka lupa gitu apalagi ketempat baru sendiri kayaknya ga mungkin deh,” ujar suamiku sambil tersenyum lepas, sepertinya dia belum percaya bahwa aku benar-benar dari rumah Utari.“Nih rekaman suara nya.” ucapku sambil menyodorkan handpone dan menekan tombol play pada rekaman suara antara aku, bu Jelita
Read more
Bab 15 Sisi lain Utari
Pagi ini suasana rumah sangat ramai namun sepi, ramai karena ibu dan ayah mertua ku juga Putri menginap disini, sepi karena tak ada kehangatan maupun canda tawa, semuanya lebih banyak diam pagi ini.“Ma,Ayah,Putri yuk sarapan dulu udah aku siapkan di meja, aku panggil Abi nya Syafia dulu ya,” ajak ku kepada ibu dan ayah mertuaku juga Putri.“Sini Yusuf nya Put, kamu sarapan aja dulu biar Mbak mandiin Yusuf,” ucapku sambil menggendong Yusuf dari pangkuan Putri. Aku menuju kamar tidur utama hendak memanggil suamiku untuk sarapan bersama.“Bi, aku udah siapkan semua keperluan kamu buat ke kantor, mama ayah dan Putri sudah nunggu kamu di meja makan untuk sarapan, kamu sarapan aja duluan aku mau mandiin Yusuf, tolong pastikan Syafia juga menghabiskan sarapannya karna dia harus sekolah,” kataku kepada suamiku.Dia hanya diam dan mengangguk mengiyakan sambil berpakaian rapi bersiap pergi ke kantor.Sementara mereka sara
Read more
Bab 16 Me Vs Utari
“Iya Ma, yang tadi tuh Utari, gak tau tuh kenapa dia marah-marah, udah biarin aja Mah,” jawabku dengan tenang kepada mama dan ibu mertuaku.“Ih dasar bisa-bisa nya dia yang marah-marah, mana sini biar mama telepon,” kata mama ku dengan nada emosi“Udahlah Ma biarin aja, aku permisi ke kamar dulu ya,” ucapku sambil pamit beranjak dari ruang tamu menuju kamar dan membiarkan mama dan ibu mertuaku mengobrol sambil bermain bersama Yusuf.Dada ku berdebar kencang menahan rasa marah campur sedih, aku ingin membela diri dan membalas perlakuan tak sopan Utari padaku, dia lebih muda dariku, dia pegawai bawahan suamiku dikantor, apakah pantas dia memperlakukan aku secara tidak sopan seperti tadi?? Aku berusaha menerima apa yang ingin dia sampaikan dan aku mendengarkan keluhannya, tapi dia sama sekali tak memberiku kesempatan untuk menjelaskan apapun. Semakin aku menahan diri rasanya semakin kuat dorongan dari dalam untuk menyerang Utari,
Read more
Bab 17 Jampi-jampi Utari
“Ma, aku ijin ke pengajian dulu ya terus mau jemput Syafia,” pamitku kepada mama dan ibu mertuaku. Seperti biasa sebelum menjemput Syafia dari sekolah aku mampir ke pengajian di masjid.Selesai pengajian, setelah ibu-ibu lain meninggalkan masjid, aku menghampiri Bu ustadzah Hilya dan meminta sedikit waktu nya untuk bertanya secara pribadi.“Bu, tentang materi yang baru saja ibu sampaikan mengenai keutamaan istri shalihah, sebenarnya saya ingin bertanya namun khawatir tidak bisa mengendalikan emosi saya ketika bertanya jadi saya menunggu ibu-ibu yang lain pulang untuk menanyakan hal ini secara pribadi,bolehkah?” tanyaku pada Bu ustadzah Hilya“Iya silahkan,” jawabnya sambil tersenyum.“Begini bu, apakah boleh seorang istri meminta talak atau ingin bercerai dari suaminya dengan alasan tak ingin dipoligami?” tanyaku, aku yakin Bu ustadzah Hilya paham arah pembicaraanku.“Astagfirullahaladzim, maaf
Read more
Bab 18 Maaf
“Assalamualaikum....,” salam suamiku sambil membuka pintu dan masuk rumah.“Waalaikumsalam,” aku, mama dan ibu mertuaku kompak membalas salam.Aku menghampiri suamiku, mencium tangannya dan mengambil tas nya lalu menyimpan di tempatnya. Suamiku menghampiri dan mencium tangan ibu nya dan mamaku.“Mau aku bikinin kopi atau teh?” tawarku pada suamiku“Teh aja,” jawabnya singkat.“Ma, aku dikamar ya,” ijin suamiku pada ibu nya dan mamaku.Mamaku memalingkan wajah nya berpura-pura tidak mendengar sedangkan ibu mertua ku hanya mengangguk acuh.“Aduh besan maaf ya, saya koq masih kesel aja sama Dhoni, bawaannya pengen ngambek mulu,” ujar mamaku kepada ibu mertuaku karena merasa tidak enak dengan sikapnya terhadap suamiku.“Ga apa-apa besan, saya juga masih mbatin koq, pengen ngedumel juga rasanya, sebel!” Ujar ibu mertua ku seiya sekata dengan mama ku.
Read more
Bab 19 Interospeksi diri
Setelah kejadian tadi malam, aku jadi lebih banyak diam.Malu kepada mama dan ibu mertuaku karna aku bersikap tantrum, malu kepada suamiku karena tidak mampu menyembunyikan masalah kami di depan orangtua kami. Aku tak ingin membebani orangtua dan mertua ku dengan masalah yang sedang aku hadapi saat ini, sudut pandang dan cara mereka membantu menyelesaikan masalah pun berbeda dengan ku, aku khawatir mereka terjerumus pada kesyirikan jika lebih memilih percaya pada orang pintar atau sejenisnya, dan aku takut akan mengikuti jejak mereka untuk lebih mempercayai hal mistis dibanding dengan logika. Aku sering merenung dan menilai diriku sendiri, meskipun suamiku tak menjabarkan tentang kekuranganku, aku berusaha mencari sisi lain dari diriku yang mungkin tidak disukai oleh suamiku, aku pun banyak membaca artikel tentang pernikahan, perceraian dan poligami. Aku ingin mengambil pelajaran dari kisah-kisah yang kubaca. Banyak kisah yang kubaca dan rata-rata para suami menyalahkan istri
Read more
Bab 20 Ketenangan hati
Suamiku memelukku erat seakan mampu memahami perasaanku, aku terhanyut dalam tangis dipelukannya, berharap dia mampu memahami kegundahanku.“Aku mencoba melakukan yang terbaik untukmu, kamu tau aku ga sanggup menghadapi ini, tapi aku mencoba menerima ini semua untuk kamu,” ujarku sambil metapnya dengan mataku yang mulai sembab.“Tapi dia tidak lebih baik dariku, apa yang kamu lihat dari Utari sampai kamu ingin memperistrinya?” tanyaku dengan tangis yang semakin deras.Suamiku menghapus air mataku, dan berkata “Abi ga akan menikahi Utari, jangan sedih lagi ya, Abi ga sanggup lihat Umi begini terus”Mendengar ucapan nya itu malah membuat air mata ku terjun bebas mengalir lebih deras, ada rasa bahagia tapi juga tak percaya akhirnya suamiku membatalkan niatnya untuk berpoligami.“Serius??” tanya ku meminta kepastian dan kesungguhan ucapannya itu.“Ya, aku yakin karena aku baru tau kebenaranny
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status