Aku tak pernah menyangka suami sempurnaku ternyata berniat menduakanku bahkan sebelum pernikahan kami berlangsung, setelah bertahun menjalani kehidupan rumah tangga ideal bak cerita dari negeri dongeng akhirnya harus kuterima kenyataan yang meluluh lantakan impian menua bersama berdua selamaya,sanggupkah aku menjalaninya?
View More“Allahu akbar Allahu akbar ....” suara adzan subuh membangunkanku ,“Alhamdulillah Sudah hari ke 9,“ gumamku , ini adalah hari ke sembilan aku bangun tanpa melihat suami ku disampingku.“In shaa Allah tinggal 1 hari lagi, bismillah aku bisa“ sambil beranjak bangun untuk menunaikan solat subuh.Syafia putri sulungku terbangun dan menghampiriku.“Mi, abi kapan pulang ? fia kangen abi,” ujar nya hampir setiap waktu semenjak ditinggal pergi abi nya untuk menunaikan ibadah umroh lebih dari sepekan yang lalu.“ Fia anak umi yang sholihah, sabar ya sayang in shaa Allah besok abi pulang,Fia kan sudah berusia 5 tahun,sudah besar dan sudah punya adik bayi,harus bisa lebih bersabar ya,“jawabku“Tapi Fia kangen abi, 10 hari lama banget sih,” katanya lagi sambil mulai bercucuran air mata“Hari ini Fia mau ikut umi ke pasar? untuk belanja sayur dan buah, kita persiapkan masakan enak untuk menyambut kepulangan abi nanti,“ ajak ku agar Fia tak selalu merengek bertanya tentang abi nya.“Iya mi, nanti beli es krim juga ya,” pinta nya.Akupun mengangguk mengiyakan .
“Sekarang kakak Syafia dan adik Yusuf sudah mandi dan sudah wangi,yuk kita berangkat ke pasar naik angkutan umum saja ya,” ajak ku kepada putri sulungku Syafia dan adik kecil nya Yusuf yang masih berusia 11 bulan .
“Umi kenapa sih abi jual mobil kita? Abi jual mobil supaya bisa ke rumah Allah ya ?” tanya Syafia.“Mmhh...bukan sih, dulu ada saudara abi yang sedang sangat memerlukan bantuan materi sehingga abi membantunya dengan cara menjual mobil kita, Syafia dan Yusuf kalau sudah besar nanti juga harus dermawan seperti abi ya, yang bersedia membantu saudara tanpa pamrih , Alhamdulillah Allah mengganti dengan jalan rejeki lain, abi bisa berangkat umroh ,itu adalah rejeki yang tidak di sangka dan wajib kita syukuri,“ jawabku panjang lebar sembari menyisipkan nasihat untuk kedua buah hati ku.Teringat kembali hari dimana suamiku memberitahuku bahwa dia akan menjual mobil kesayangan satu satu nya itu demi membantu saudara nya, ada perasaan kagum dan cinta yang membuncah di hatiku, aku bersyukur bahwa aku telah dinikahi laki-laki yang sangat dermawan, penyayang dan taat beribadah. Dia mampu merubahku menjadi lebih baik . Aku yang dulu nya cuek, acuh, egois dan kekanak-kanakan, sekarang sudah jadi ibu dari dua anak, laki laki dan perempuan, anak anak yang sehat ,cantik dan lucu. Suamiku cukup mapan walaupun baru memulai usaha nya beberapa tahun terakhir. Kami memiliki rumah yang cukup luas dari hasil usahanya. Orang-orang memujiku karena kehidapanku, mereka berfikir aku mendapatkan kehidupan sempurna yang semua wanita idam idamkan, ya ...aku sangat bersyukur .Setelah membeli beberapa buah,sayur dan keperluan lainnya dipasar, aku membawa Syafia dan Yusuf ke restoran favorit mereka untuk membelikan ice cream dan kidsmeal kesukaan Syafia, setelah menyantap habis makan siang nya, Syafia mengajak adik nya bermain di playground dalam restoran tersebut, aku mendampingi mereka dan tiba-tiba Syafia memeluk erat adiknya, kuperhatikan mata kecilnya basah sambil pandangan nya tertuju pada seorang ayah yang sedang menyuapi anak nya, aku yakin perasaan rindu Syafia pada abi nya sudah tak tertahankan dan dia mengharapkan segera kepulangan abi nya.
Aku pun memeluk mereka dan mengajak mereka untuk pulang ,agar hari ini terasa cepat berlalu dan besok tawa dan senyum riang mereka kembali saat melihat abi nya pulang. Aku berdoa kepada Allah agar selalu melindungi suamiku dan semoga dia selalu sehat ,kami semua rindu dan menunggu nya pulang dalam keadaan sehat selamat tanpa kurang suatu apapun.Hari yang ditunggu pun tiba, Syafia tampak sangat bersemangat hari ini, dia sudah mandi dan memakai pakaian terbaik nya, dia juga memilihkan baju adiknya dan membantuku menyiapkan makanan untuk menyambut kepulangan abi nya,
“Assalamualaikum “ suara yang tak asing pun tersengar syahdu, Syafia berlari dari dalam rumah ke arah pagar halaman sambil berteriak “ABIIIIIII........”
Aku pun bergegas bangkit dari duduk dan menggendong Yusuf untuk menyambut suamiku tercinta. Syafia merangkul abinya seolah tak ingin kehilanganya lagi, aku mencium tangan nya, dia mencium keningku, menciumi Syafia dan Yusuf.Wajah yang cerah berbinar itu, senyum yang menyejukan itu, sosok yang hangat dan penuh kasih sayang itu ....Aaahhh....aku tak percaya aku melihatnya lagi , 10 hari terasa bagai 10 tahun berlalu cukup berat tanpa kehadirannya ,Namun ...ada yang berbeda .Senyuman nya masih sama, tatapannya masih sama, tapi kenapa hatiku berkata ada yang beda, aaahhh.... mungkin karena dia lelah setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh .Aku pun menghempaskan jauh-jauh perasaan aneh ku itu .Setelah menyiapkan makanan untuk suamiku ,akupun membiarkan nya beristirahat dan memberi pengertian kepada anak anak agar tak mengganggu abi nya dulu, setelah itu kami bisa bercengkrama lagi, berbagi cerita selama terpisah sepuluh hari ini .Suamiku menceritakan banyak hal dan tak lupa mebawakan oleh oleh untuk kami, akupun bercerita bagaimana kami semua menahan rindu dan melalui hari-hari tanpa nya. Suasana sore itu sangat hangat, aku sangat bersyukur dan merasa sangat bahagia, aku merasa kehidupanku sempurna, memiliki suami yang sempurna pula ,aku lupa bahwa tak ada yang sempurna dan kekal di dunia ini ....
sampai suatu hari .... aku mendengar sesuatu yang kurasa tak mungkin sebelumnya dia ucapkan ....satu kata yang menjungkirbalikan dunia ku....satu kata yang merubah cinta ku jadi benci .... satu kata .... Poligami .“Hari ini jalan keluar yuk sama anak-anak,” ajak ku kepada suamiku“Ga bisa, Abi mau ada urusan,” jawab suamiku.“Abi mau kemana? Fia ikut, Fia bosen dirumah terus,” rengek Syafia kepada abi nya.“Abi sampe sore loh Fia,” kata suamiku“Gak apa-apa Fia ikut abi aja ya,” pinta Syafia dengan manja.“Ya udah, pake baju yang rapi ya,” kata suamiku.“Umi sama Yusuf ikut?” tanya ku pada suamiku.“Ga usah ya, dirumah aja!!” seru suamiku.Aku memakaikan Syafia baju casual, kaos panjang, celana panjang dan kerudung bahan kaos karena ku fikir suamiku akan membawa Syafia ke kantor atau rumah temannya di hari sabtu ini.“Jangan pake baju itu Mi, yang rapihan dikit, serasiin sama Batik Abi,” pinta suamiku kepadaku.“Rapi banget pake batik kaya mau kondangan,” ejek ku sambil mengganti baju Syafia dengan gamis b
Waktu menunjukan pukul 15.30 WIB, aku sudah selesai menyiapkan segala sesuatu untuk pergi berkencan sore ini dengan suamiku. Aku memakai gaun abaya hitam yang suamiku belikan saat dia Umroh dulu, lengkap dengan pasmina panjang menjuntai warna hitam juga. Aku yakin suamiku akan menyukainya karena dia sangat menyukai warna hitam dan perempuan yang berwajah Timur Tengah, sehingga gaya make up ku pun meniru perempuan ala Timur Tengah, dengan alis hitam lebat, celak mata yang tajam dan hitam, eyeliner di kelopak mata untuk mempertegas riasan mata, mascara hitam agar bulu mataku nampak lentik, lipstik berwarna softpink, aku tak memakai foundation dan bedak berlebihan, apalagi eyeshadow atau brush di pipi, terakhir kali aku memakai riasan itu malah suamiku tak menyukainya. Satu hal lagi, aku melengkapi penampilanku ini dengan cadar hitam agar aku terlihat sangat mirip dengan wanita Arab.Aku pun berangkat dengan ojek online dan sampai pada pukul 15.45WIB.‘Umi udah samp
“Bi, jalan-jalan berdua aja yuk,” ajakku kepada suamiku saat kami sedang bersiap tidur.“Kemana?” tanyanya singkat.“Kemana aja gitu, ke pantai boleh ke gunung boleh ke hotel boleh restoran juga ayo yang penting berdua aja,” jawabku sambil menatapnya.“Anak-anak gimana?” tanya suamiku seakan tak ingin mengabulkan permintaanku.“Ya semenara titip mama dulu, umi tuh pengen menghabiskan waktu berdua aja dulu sama abi biar bener-bener melupakan masalah kemarin, emang abi ga ngerasa ya kalo umi masih sakit hati?” tanyaku dengan nada sedikit emosi.“Sakit hati kenapa?” tanya suamiku dengan wajah polos seakan tanpa dosa.“Utari,” jawabku singkat sambil menatapnya tajam.“Ya ampun masih kepikiran aja, kamu sendiri yang rugi kalo masih ngerasa sakit hati,” ujar suamiku sambil memejamkan mata.Aku tak ingin memulai pertengkaran, namun sikap su
“Alhamdulillah kajian pagi ini telah selesai, mari kita tutup dengan membaca istigfar dan doa majelis, Astagfirullahaladziim subhanaka Allahuma wabihamdika Ashadu alla illaha illa anta astagfiruka waatubu ilaih, mohon maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan, wabillahi taufik wal hidayah wassalamualaikum warrahmatullahi wabarokatu,” Doa bu ustadzah Hilya menutup kajian pagi ini.Seperti biasa setelah kajian usai dan sambil menunggu Syafia pulang sekolah, aku menyempatkan diri untuk menyapa dan berbincang dengan guru sekaligus sahabatku......bu ustadzah Hilya.“MasyaAllah kajian hari ini ngena banget di hati saya bu, tapi bu rasanya koq sulit sekali ya untuk ikhlas dalam menerima ujian dalam hidup ini?” tanyaku kepada bu ustadzah Hilya.“Bukan sulit, tapi memang ga mudah dan proses belajar ikhlas itu butuh waktu seumur hidup,” jawab bu ustadzah Hilya yang selalu bisa menenangkan hatiku.Aku mengangguk dan mencoba memah
‘Yang, udah makan siang? Aku ke kantor ya sekarang’ isi pesan singkat yang siang ini ku kirim kepada suamiku. Dia sudah membaca pesanku tapi belum juga membalasnya, aku menunggu sambil mengecek lokasi keberadaannya, dia di kantor.Setelah sepuluh menit suamiku baru membalas pesanku,‘Jangan ke kantor sekarang ya, dirumah aja!’ seru suamiku dalam isi pesan singkatnya.Andai aku bisa meretas cctv di kantor nya atau memasang penyadap suara di meja kerja nya mungkin aku tak akan gelisah atas asumsi ku, mengira-ngira apa yang sedang suamiku lakukan? Bersama siapa?Tak lama kemudian aku kembali mengecek lokasi real time keberadaan suamiku via aplikasi yang sudah aku interegasikan antara handphone ku dan handphone miliknya, aku lihat sebuah pergerakan, dari kantor nya ke arah atas, entah menuju kemana.Aku terus memantau posisi suamiku, aku selalu merefresh aplikasi nya agar mendapat penyegaran dan info akurat mengenai keberadaan s
Aku mulai melupakan rasa sakit hati dan kecewa pada suamiku tentang niat nya yang sempat ingin menikahi Utari, Utari kini tak lagi bekerja di kantor suamiku, begitu pun ayahnya, no handphone Utari pun sudah ku blokir dari handphone suamiku agar mereka tak lagi bisa berkomunikasi, satu hal yang kini rutin kulakukan adalah berkunjung ke kantor suamiku sepekan sekali, kadang tiap 3 hari aku selalu beralasan ingin mengantar makan siang, sekedar berjalan-jalan dan mampir atau berbagai alasan lainnya aku pastikan di kantor dia tak bisa berbuat macam-macam.Karena semakin sering aku berkunjung ke kantor suamiku, maka aku pun sering mendengar gosip-gosip dari para karyawan, beberapa kali aku mendengar diantara mereka menjadikan aku dan suamiku bahan obrolan mereka, mereka seakan menerka-nerka kisah rumah tangga ku dan berhenti berbicara ketika mereka menyadari keberadaanku. Aku tak ingin membuat keributan dengan mempertanyakan itu semua secara langsung kepada mereka karena aku tau ji
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments