Semua Bab Lentera Kegelapan: Bab 101 - Bab 110
115 Bab
Chapter 100 - Ancient Temple Part 1
POV Balancer (Masih 1000 tahun yang lalu)Badai mereda, lautan kembali tenang. Hanya ombak kecil yang kadang menyapa sambil sedikit menggoyangkan kapal kami.  Angin berhembus dengan desahan ringan yang memanjakan kulit, terasa lembut hingga beberapa kru kapal terlihat mulai mengantuk. Aku berdiri di sisi kapal sambil melihat air laut yang begitu bening. Ikan-ikan berenang dengan riang di bawah kapal kami, seakan menyambut dan mengarak kapal untuk sampai ke tempat tujuan. Bukan hanya ikan kecil yang aku lihat tapi ikan besar sejenis lumb-lumba pun berenang anggun di sisi kapal."Indah bukan?" Suara Albert terdengar dari sampingku, aku langsung menoleh dan tersenyum padanya."Iya," jawabku pendek."Bayangkan...., Jika keindahan seperti ini harus ditukar dengan kedatangan Azazel. Apakah kamu bisa menerimanya begitu saja?" tanyanya sambil berdiri di sampingku dan melihat ke dalam air laut yang bening.
Baca selengkapnya
Chapter 101 - Ancient Temple Part 2
POV Balancer Aku langsung melesat ke tengah pertarungan melawan Golem-golem itu, dengan mudah aku tebas hingga terbelah. Mereka manusia batu, tak akan mampu dirobohkan begitu saja. Berbeda dengan William, dia dengan mudah meledakkan mereka. Kami terus menerobos ke arah Minotaur yang mengamuk memporak porandakan prajurit kami.Thomas dengan elemen buminya membentuk platform dan terbang menghindari para Troll. William pun dengan elemen apinya menyemburkan api dari sepatunya berjalan di udara. Sedangkan aku cukup di darat hingga sampai di depan Raksasa berkepala kerbau yang bersenjatakan palu besar ini."Kau siap makhluk bertanduk?" Kata Thomas sambil membentuk tangan raksasa dari batu."Apa kamu bilang?" tanya Minotaur menggeram."Dasar, telinga pendek. Rasakan ini!" seru Thomas. Sambil mencoba menangkap Minotaur dengan tangan raksasanya.Tapi kami salah. Raksasa ini punya palu yang bisa menghancurkan objek yang
Baca selengkapnya
Chapter 102 - Destroyer
POV Balancer (Masih 1000 tahun yang lalu)Malam mulai larut, setelah memeriksa semua sudut kuil atau benteng terakhir Azazel, kami terpaksa menginap dan mendirikan tenda. Para prajurit yang tersisa sudah kelelahan, begitupun dengan kami. Setelah mengurus para prajurit yang dan terluka kami semua langsung larut dalam kelelahan, sebagian besar dari para prajurit sudah terlelap dan sebagian lagi tetap berjaga.Entah apa yang akan terjadi, namun hatiku terus merasakan kegelisahan. Seakan sesuatu yang buruk akan menimpa kami, maka dari itu walau lelah aku memilih untuk berjaga, sambil mengawasi sekitar kuil."Kamu kenapa?" tanya Albert, yang mendatangiku."Hmm... aku tidak apa-apa. Hanya saja perasaanku tidak enak sejak kita sampai di sini. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi sedang menunggu kita," jawabku jujur."Coba tenangkan hatimu, mungki itu hanya sebuah dugaan saja, karena kita han
Baca selengkapnya
Chapter 103 - Pemberkatan
POV Balancer (Masih 1000 tahun yang lalu)Aku tak bisa menahan dukaku, hanya untuk sesaat aku menikmati sebuah hubungan dengan Albert. Kini di pelukannku, Albert merenggang nyawa dalam pelukanku. William yang baru terbangun langsung memburu ke arahku dengan kebingungan."Lili, apa yang terjadi, siapa yang melakukan ini pada pangeran Albret?" Tanya William, aku tak begitu memperhatikan kepanikkannya. Aku hanya hanyut dalam kesedihan yang dalam dan kemarahanku pada Thomas.Kejadian ini, mengejutkan semua orang. Pangeran Albert tewas di tangan Thomas. Seluruh prajurit yang tersisa berkabung. Paginya kami semua mengubur jasad sang pangeran di antara para prajurit. William mencoba menenangkanku. Para prajurit tak tahu apa yang harus dilakukan sekarang, mereka benar-benar kehilangan tujuan tanpa komandan tertingginya, Pangeran Albert.Aku sebagai orang yang langsung memegang kendali pasukan setelah
Baca selengkapnya
Chapter 104 – Spirit
POV Balancer (Masih 1000 tahun yang lalu)Prajurit itu langsung berdiri, dia melirik ke arah temannya dengan bingung, apalagi saat melihat teman di kiri dan kanannya hanya bengong, melihat dengan pandangan aneh padanya."Hai..., siapa ini? Suara siapakah? Aku....aku mendengar suara-suara," kata prajurit itu sambil menatap teman-temannya satu pet satu.Ketika tak ada satu pun dari temannya yang bereaksi, dia langsung menatap ke arahku dengan segan lalu menunduk dengan hormat."Maaf Lady, apa yang terjadi sama saya, dan suara siapa yang ada di telingan saya?"  Tanyanya."Itu adalah elemen angin, kamu telah di berkati, bagaimana rasanya?" tanya Wiseman Gleto."Luar biasa," jawab prajurit itu dengan gembira.Melihat temannya begitu gembira, karena sudah diberkati. Prajurit yang lain pun ikut berebut untuk segera mendapat berkat dariku dan juga William. Akhirnya semua pra
Baca selengkapnya
Chapter 105 – Menjelang
Pov Balancer   Sebuah kesempatan yang sangat langka, bahkan sangat aku hindari selama hidupku yang terbiasa bersembunyi dari semua orang. Ini pertama kalinya aku menerima ajakan James untuk berjalan-jalan bersama di sebuah taman. Hampir semua orang yang berpapasan dan melihat kami, seakan tertarik untuk memperhatikan. Mungkin penampilanku yang memang bukan orang pribumi apalagi rambut panjangku yang menarik perhatian orang-orang itu. Jarang juga perempuan yang memiliki rambut sepanjang rambutku yang sampai ke lutut dan dibiarkan tergerai begitu saja. Atau karena penampilanku. Aku memang masih terlihat sangat muda, karena memang ada kekuatan khusus yang menyebabkanku seperti ini. Mungkin juga karena pasanganku, James. Tiga hari lagi gerhana akan datang. Azazel akan datang ke bumi ketika seluruh planet-planet sejajar dan kegelapan untuk beberapa saat terjadi. Titik tergelap peristiwa gerhana matahari tepat di Tugu Monas Jakarta. Ap
Baca selengkapnya
Chapter 106 – Paman?
POV Maria Lelaki berambut abu-abu itu berdiri si depan kami, senyumnya tersungging. Namun aku tak merasakan keramahan dari senyuman itu, tapi kengerian yang mulai menjalar ke seluruh tubuhku."Halo Keponakanku, apa kabar?" sapa lelaki itu."Ahhh...., ponakan!" Pikirku."Thomas....," gumam Ray, dia berdiri dengan posisi waspada.Aku heran siapa laki-laki ini, meski menyebut Ray dengan kata keponakan, tapi Ray terlihat tak bergeming dari tempatnya. Sepertinya ada percakapan batin dari kedua orang ini, yang tak bisa aku dengar."Aku hanya ingin menyapa saja, tak apa kan," kata Thomas."Kenapa?""Wajar bukan seorang paman menyapa keponakannya. Apalagi kalau basa-basi ini diperlukan sebelum kita bertemu lagi dalam pertempuran," kata Thomas. Dia menoleh ke arahku."Sore nona, pacarmu Ray?""Thomas, sudahi semua ini. Kamu tahu siapa Azazel bukan?""Aku tahu Ray, hanya saja aku lebih
Baca selengkapnya
Chapter 107 – Pertempuran Akhir Part 1
POV Ray (6 jam sebelum gerhana)."Sebuah bangunan megah yang aneh tiba-tiba saja muncul dari dalam tanah, kemunculan bangunan itu disertai dengan terjadinya gempa dahsyat. Gempa yang bukan saja terjadi di sekitar kemunculan bagunan aneh itu, tapi hingga melanda keseluruh kota Jakarta."Sebuah headline dari berita yang muncul di beberapa stasiun televisi nasional, yang tentu saja membuat geger seluruh warga. Apalagi peristiwa gempa telah membuat orang-orang menjadi panik, kaca-kaca gedung pecah. Bahkan sebagian bangunan milik warga ada yang rubuh, hingga ada juga yang rata dengan tanah.Seluruh stasiun televisi menyiarkan fenomena aneh ini. Aparat dari kepolisian dan militer pun mensterilkan sekitar Senayan. Hanya pihak pemberitaan yang bisa mendekati lokasi, walau area yang diliput di batasi. Tapi semua lapisan masyarakat bisa melihat bangunan megah itu dari jauh.Bangunan besar, menyerupai sebuah istana raja-raja. Yang tiba-tiba saja ter
Baca selengkapnya
Chapter 108 –  Pertempuran Akhir 2
Pov Ray Aku dan sang Balancer ibuku memimpin para pengguna elemen menuju senayan, dimana bangunan aneh berada. Kami sudah berada di depan bangunan besar yang menjulang yang mengelilingi Tugu Monas. Menurut ramalan tepat jam dua belas siang nanti akan terjadi gerhana matahari, dimana seluruh planet berada pada satu garis lurus.Sebelum itu terjadi, kami harus bisa mengalahkan Thomas dan menghalanginya untuk menjadi wadah dari kekuatan Azazel. Walau kami tahu, itu tidak akan mudah. Tapi kami pantang untuk menyerah, demi kedamaian di dunia ini.Semua bangunan ini sudah dipersiapkan oleh Thomas. Bagunan yang dibuat dengan menggunakan elemen tanah, besi dan elemen es untuk atapnya."Ray cepat temukan Thomas, Kita tak punya banyak waktu lagi. Sebelum terjadi gerhana Matahari, terlambat saja, kita sudah dapat dipastikan akan binasa," kata Ibuku dengan tegas padaku."Iya Ibu, Ray tahu hal itu," jawabku sambil terus melangkah.
Baca selengkapnya
Chapter 109 –  Pertempuran Akhir 3
POV ANDRE Aku, Puri, Alek, Tobi, dan para elemental lainnya, kini berhadapan dengan tiga anggota SDI. Mereka yang masing-masing menggunakan sarung tangan jolt, menyeringai ke arah kami. Senyum merendahkan pun tersungging di wajah mereka. Dengan sangat angkuh mereka mendekat ke arah kami."Halo kalian tikus-tikus elemen, kenalkan namaku John. Ada baiknya bukan, jika sebelum mati kalian mengetahui nama siapa yang sudah membunuh kalian, hahaha..." kata orang pertama sambil tertawa mengejek."Aku Scarlet," kata orang kedua, seorang cewek dengan dandanan layaknya laki-laki."Hahaha..., dan Hund, bersiaplah kalian untuk mati," katanya."Kalian tak lihat apa, jumlah kami banyak. Apa sanggup kalian melawan kami?" tanya Alex dengan lagaknya seperti biasa."Hahaha..., lihat teman-teman. Dia meragukan kita!" Kata John sambil melirik kedua temannya."Hahaha...., mereka memang cari mati John! Hai bocah sebanyak apapu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status