Sang Ratu의 모든 챕터: 챕터 71 - 챕터 80
146 챕터
71. Dihantui Elmira
Haris mengetuk pintu kamar Yasinta terlebih dahulu sebelum ia memasuki kamar majikannya itu."Tuan Haris, Anda sudah ditunggu Nyonya Yasinta dari tadi," sapa Ida- pelayan pribadi Yasinta saat ia membuka pintu. Ida memiringkan tubuhnya agar Haris bisa berjalan masuk.Haris mengangguk lalu berjalan menghampiri keberadaan Yasinta."Haris, bukankah kau akan pergi ke rumah Tuan Gustaf untuk melihat keadaan Elmira dan Shaka?" tanya Yasinta."Iya, Nyonya."                           "Berikan ini pada menantuku. Katakan padanya jika aku sendiri yang merajutnya." ucap Yasinta sembari menyerahkan sebuah kotak berhias pita berwarna merah yang indah."Baik, Nyonya." Haris menerima kotak dari tangan Yasinta."Sampaikan pada Elmira, jika aku begitu merindukannya," ucap Yasinta."Iya, Nyonya. Pasti akan saya s
더 보기
72. Kedatangan Haris
Reksa mengamati kepergian Haris dari jendela ruang kerjanya. Reksa mengutus Haris untuk mengunjungi Elmira dan memberikan jatah bulanan pada Elmira."Tuan," sapa Delia mengagetkan lamunan Reksa."Kau, ada apa kau masuk ke sini dan tak mengetuk pintu dulu?" gumam Reksa.Delia berjalan mendekat ke arah Reksa, "maaf jika saya langsung masuk, Tuan. Karena saya pikir Anda sedang tak bekerja dan pintunya juga terbuka.""Ada perlu apa kau datang ke mari?" Tanya Reksa yang saat ini sudah mendudukan kembali tubuhnya di kursi kerjanya.Delia menyerngit menatap Reksa, "apakah seorang istri harus memiliki alasan untuk menemui suaminya sendiri?" lirih Delia namun dengan nada yang menekan. Membuat Reksa menghembuskan nafas beratnya."Saya datang menemui Anda untuk meminta Anda mengantar saya periksa ke dokter kandungan," ucap Delia dengan suara yang datar. Biasanya selalu ada senyum manis yang menghiasi bibir Delia saat ia sedang berhadapan dengan Reksa.
더 보기
73. Merayu
Andini dan Delia tersenyum senang saat dokter yang memeriksa mereka mengabarkan bahwa janin yang ada di kandungan mereka dalam keadaan sehat. Andini dan Delia hamil di waktu yang sama, tak menutup kemungkinan mereka juga akan melahirkan di waktu yang sama, karena usia kandungan mereka saat ini sama-sama berusia empat bulan."Tuan, bagaimana jika kita mampir ke suatu tempat dulu? Bukankah di rumah juga sedang tak ada orang?" ucap Andini."Kau ingin pergi ke mana?" tanya Reksa yang duduk di jok depan sebelah supir. Sedangkan Andini dan Delia duduk di jok belakang."Saya ingin makan es krim, Tuan. Sepertinya saya sedang mengidam," ucap Andini."Baiklah, kita akan mampir ke kedai es krim terlebih dahulu," ucap Reksa pada supirnya."Baik, Tuan," sahut Supir.Andini tersenyum senang, akhirnya suaminya mau menuruti keinginannya. Saat Andini menoleh ke samping, ternyata raut muka Delia terlihat menyeramkan dengan mata yang melotot pada Andini.
더 보기
74. Permasalahan
Konsentrasi Reksa pada pekerjaannya buyar ketika pintu ruangannya dibuka dengan paksa oleh kedua selirnya."Ada apa dengan kalian?" ucap Reksa dengan nada yang meninggi.Andini menelan air liurnya karena mendengar seruan suaminya. Sedangkan Delia tak memperdulikan seruan Reksa, ia tetap melangkah mendekati suaminya itu."Tuan," sapa Delia dengan nada selembut mungkin."Tuan," Andini juga tak mau kalah dari Delia."Kalian tunggulah di sana, atau kalian bisa keluar karena aku masih ada sedikit pekerjaan," ucap Reksa."Tidak, saya ingin tetap menunggu Anda di sini, Tuan," bantah Andini."Saya juga," imbuh Delia.Reksa menggelengkan kepalanya, ia tak bisa lagi mengendalikan kedua selirnya yang haus akan perhatian dari dirinya.***                                 
더 보기
75. Malam Dingin
Berjalan menuju kamarnya, Andini terus saja menampilkan senyum kemenangannya. Andini menyemprotkan sedikit parfum ke tubuhnya setelah ia sampai di kamarnya."Ada apa ini, apa kali ini Tuhan memberikanku kesempatan untuk meraih bahagiaku?" gumam Andini sembari tersenyum berbaring di ranjangnya."Tuhan seakan telah merencanakan semuanya. Ibu dan Sabrina yang pergi ke rumah Nyonya Rose dan sekarang Tuan Reksa akan menghabiskan malam bersamaku," ucap Andini.Terdengar pintu berdecit, Andini menengok ke arah pintu. Reksa berjalan mendekati ranjang di mana ada Andini yang sudah terbaring di atas ranjang. Begitu Reksa merebahkan dirinya di atas ranjang, Andini langsung merapatkan tubuhnya pada tubuh Reksa. Bukan hanya itu, Andini menggerakkan tangannya untuk menelusuri dada bidang Reksa yang masih tertutup oleh baju tidurnya. Reksa tak menepis tangan Andini yang dengan terampil menyusuri leher hingga dadanya."Tuan ...," bisik Andini dengan nada merayu. &nb
더 보기
76. Selalu Mencuri Kesempatan
Kicauan burung dan cuaca langit yang cerah membuat Rose memutuskan untuk menikmati sarapannya di halaman belakang di kediamannya."Letakan di sebelah sana," ucap Rose pada pelayannya."Ibu! Lihatlah kami membuat rumah," teriak Ara pada Rose."Ara, Sabrina, ke marilah, Nak. Kita akan sarapan bersama. Hentikan dulu permainan kalian," ucap Rose."Sebentar lagi, Ibu," sahut Ara.        "Selamat pagi, Ibu." Sapa Rose saat Yasinta berdiri di sebelahnya."Selamat pagi, Sayang. Pilihan yang tepat, apa ini bisa juga disebut sebagai pesta kebun?" tanya Yasinta membuat Rose tertawa."Ya, bisa juga disebut seperti itu. Semua masakan ini disiapkan oleh juru masak terbaik kami khusus untuk menyambut kedatangan Ibu," ucap Rose sembari menata piring-piring di atas meja."Ah ... Anakku, kau memang tahu bagaimana cara menyenangkan Ibumu yang sudah tua ini." Ucap Yasinta sembari tersenyum ceria."Be
더 보기
77. Marah
Inti melipat pakaiannya dan pakaian Haris untuk ia masukan kembali ke dalam tas. Besok pagi Inti dan Haris sudah harus kembali ke rutinitas mereka masing-masing. Inti akan kembali pada Elmira dan Haris harus kembali ke kota untuk melaksanakan tugasnya."Sudah kau bereskan semua?" Haris memeluk tubuh Inti dari belakang.Inti terdiam dan memejamkan matanya meresapi setiap sentuhan dari Haris."Waktu cepat sekali berlalu," gumam Inti. Haris membalik tubuh Inti agar menghadapnya, "aku berjanji, secepatnya akan menemuimu," ucap Haris. Telunjuk dan ibu jari Haris menyapit dagu Inti untuk mendongakkan kepala kekasihnya itu agar mata mereka bisa saling berhadapan."Aku tak ingin kita berpisah," gumam Inti yang kini sudah menitihkan air matanya."Aku pun juga begitu, Sayang. Andai saja Tuhan mengurungku di sini bersamamu untuk selamanya, pasti aku akan berterima kasih pada-Nya," ucap Haris."Kau ini bicara apa?" Inti tersenyum setelah mendengar ucapa
더 보기
78. Kekacauan di Ranjang
"Letakan bunganya di sebelah sana, Ira," ucap Delia antusias. Hatinya begitu senang menyambut kebersamaannya bersama Reksa."Iya Nona, saya akan membuat kamar Anda menjadi indah. Sepertinya Anda begitu bahagia sekarang?" ucap Ira."Iya, tentu saja. Malam ini aku akan menghabiskan malamku bersama Tuan Reksa," sahut Delia."Apa kau sudah memberitahu pelayan dapur untuk menyiapkan camilan dan buah?" tanya Delia. Ia begitu sibuk menata ini dan itu agar kamarnya terlihat indah."Sudah, Nyonya. Mungkin sebentar lagi camilan dan buahnya akan datang.""Baguslah," gumam Delia lega.            "Itu pasti pelayan yang membawakan buah dan camilannya, Nona. Akan saya bukankan pintu dulu." Ucap Ira saat mendengar pintu kamar diketuk."Iya, cepatlah."Ira datang membawa nampan yang baru saja diserahkan oleh pelayan dapur padanya."Letakan di meja dekat ranjang saja, Ira," uca
더 보기
79. Wanita Penggoda
Dinginnya malam tak dirasakan oleh sepasang insan yang sedang diselimuti oleh kabut gairah. Delia terus memacu pergerakan tubuhnya di atas tubuh Reksa hingga nafasnya tersengal dan keringat yang bercucuran membasahi tubuh keduanya. Erangan dan desahan saling bersahutan mengisi sunyinya kamar Delia.Erangan panjang Delia dan Reksa menandakan bahwa mereka baru saja menyelesaiakan sesi percintaan mereka yang kedua di malam ini. Delia seakan tak mau melepaskan Reksa, ia terus saja merayu dan mencumbui tubuh suaminya itu dengan penuh damba.Turun dari tubuh Reksa, Delia terbaring miring sembari memeluk tubuh berpeluh suaminya itu, agar Delia masih tetap bisa menikmati keintiman dengan Reksa dan tak membahayakan kandungannya."Tidurlah, kau pasti lelah," ucap Reksa."Saya lelah, tapi rasa lelah saya tak sebanding dengan rasa bahagia saya, Tuan. Sekarang ini saya bahkan tak merasa mengantuk sama sekali. Jika saya terlelap, saya takut saat saya membuka mata, Anda t
더 보기
80. Menyukai Pria Beristri
Inti menatap cemas ke arah Elmira yang duduk memangku Shaka di halaman depan rumah. Saat siang hari seperti ini hanya ada Elmira, Shaka dan Inti di rumah. Elmira menyadari jika perempuan di sampingnya ini sedari tadi terus saja memperhatikannya."Ada apa, Inti? apa ada yang ingin kau katakan?" tanya Elmira menengok ke arah Inti."Apa Anda tak mengatakan pada Tuan Gustaf dan Nyonya Mirai tentang kepergian saya?" tanya Inti dengan nada yang lirih."Lalu apa aku harus mengatakan yang sebenarnya pada ayah dan ibu jika kau dan Haris pergi bersama. Itu hal yang tidak mungkin, Inti. Kalian berdua belum menikah, jadi aku tak akan bisa merusak citramu dengan mengatakan hal itu pada ibu dan ayah."Inti menunduk, ia malu dengan perbuatannya sendiri. Ia sudah merusak kehormatannya dengan berhubungan dengan pria di luar pernikahan."Maafkan aku." Inti menundukan kepalanya."Kau tak perlu meminta maaf padaku. Kau tak memiliki salah padaku," ucap Elmira.
더 보기
이전
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status