Semua Bab Mr. Perfect: Bab 11 - Bab 20
80 Bab
Chapter 11
Pukul dua belas siang, aku menyelesaikan semua pekerjaanku dan keluar dari ruangan. Aku melihat meja kerja Daisy sudah kosong. Berkas-berkas yang tadinya berantakan, kini sudah ditata rapi di atas meja. Mungkin Daisy sudah pergi makan siang, pikirku. Dan sepertinya aku sedang tidak mood untuk makan siang. Jadi, aku memilih untuk menikmati segelas kopi di cafe seberang kantor—yang baru saja buka seminggu lalu. Betapa terkejutnya aku, ketika sudah tiba di cafe dan melihat Daisy dan Gideon duduk berdua di salah satu tempat makan yang berada di sudut jendela. Aku melihat mereka tertawa sambil menceritakan sesuatu. Aku berusaha mengabaikan mereka, lalu memesan segelas Americano di meja barista. Sambil menunggu pesananku selesai, aku curi-curi pandang ke arah Daisy dan Gideon. Cerita mereka sepertinya semakin seru. Padahal, mereka baru pert
Baca selengkapnya
Chapter 12
Aku mendongak, ketika Daisy datang membawakan kotak bekal di atas meja. “Apa ini?” “Buka saja, Pak,” kata Daisy penuh semangat. “Buatanku sendiri, di jamin higenis.” Aku mengerutkan dahi. Lalu membuka kotak bekal tersebut. “Taco? Buatanmu sendiri?” “Yup! Bapak harus cobain. Aku sengaja masak ini, agar Bapak sarapan pagi dengan teratur,” katanya. Berhasil menyentuh hatiku. Aku menatap taco cukup lama. “Tidak ada racunnya, kan?” Daisy cemberut. “Aku tidak sekejam itu.” “Baiklah.” Aku langsung mencoba taco pertama buatan Daisy. Aku mengunyah perlahan sambil meresapi rasanya yang nikmat. Aku menatap Daisy sejenak—yang sedang menunggu respons dar
Baca selengkapnya
Chapter 13
Seharian bekerja membuat kepalaku rasanya ingin pecah. Aku butuh hiburan dan mangsa baru. Malam ini, aku pergi ke kelab malam sambil menikmati sebotol wiski. Aku duduk di depan bar, sesekali menatap ke lantai dansa dan mencari perempuan cantik yang bisa aku ajak tidur malam ini. “Hai ….” Salah seorang perempuan berambut merah menghampiriku. Matanya agak sipit, bibirnya sedikit tebal, dan berbadan sexy. “Maukah kau berdansa denganku?” Perempuan itu menarik dasiku, sambil tersenyum centil. “Namamu?” Tanyaku. “Eva.” Eva berbisik di telingaku. “Aku bisa meluangkan waktu untukmu.” Aku memperhatikan tubuhnya lagi dari atas sampai ujung kaki. Aku menyukai kaki Eva yang jenjang. Tapi, entah mengapa tiba-tiba saja sosok Daisy terlintas di otakku.
Baca selengkapnya
Chapter 14
Ponselku berdering dan nama Rehan berkelap-kelip di layar. “Ya?” Sahutku setelah panggilan kami tersambung. “Pak, saya menemukan keberadaan Vespa Butut di Hotel Calton,” ujar Rehan, setelah aku menyuruh Rehan untuk memat-matai Vespa Butut beberapa hari ini. Aku ingin, Daisy segera tahu seperti apa laki-laki brengsek yang coba Daisy pertahankan selama ini. Aku mengernyit. Hotel Calton adalah hotel murahan yang dikenal sebagai tempat para laki-laki hidung belang yang kere. “Kau yakin?” Aku memastikan. “Aku yakin, Pak. Nomor kamarnya 202.” “Oke.” Aku memutuskan sambungan sepihak dan keluar dari ruangan. Daisy masih sibuk dengan pekerjaannya, padahal waktu sudah menunjukkan jam makan siang.
Baca selengkapnya
Chapter 15
“Daisy, tunggu … kau mau kemana?” Aku berusaha menarik lengan Daisy, saat perempuan itu ingin menyebrangi jalan dan menunggu di halte bus.“Aku mau pulang, Pak.” Daisy menarik tangannya dari sentuhanku.“Kita pulang bersama.”“Aku bisa pulang sendiri.”“Okey, aku minta maaf.” Akhirnya, aku mengakui kesalahanku.Daisy berhenti memberontak dan menghadapku. “Kenapa kau lakukan ini semua, Pak?”“Aku peduli padamu.”“Sejak kapan, kau peduli dengan karyawanmu? Bukankah, dari dulu kau selalu mengincar karyawan untuk kau ajak berkencan? Maaf Pak, aku tidak tertarik.”
Baca selengkapnya
Chapter 16
Aku puas, karena akhirnya Tonny di penjara, dengan bukti-bukti yang kuat kalau dia memang menggelapkan dana kakakku.Tapi sepertinya, berbeda dengan Daisy. Dia tampak sangat murung selama bekerja.“Ehem ….” Aku berdehem sembaru berjalan menghampiri meja Daisy.Daisy langsung mendongak. Terlihat seperti kaget saat mengetahui keberadaanku ada di dekatnya.“Pak ….” “Ya. Apa yang membuatmu termenung?”“Aku ….” Daisy gagu. “Aku tidak menung. Aku hanya, sedang mengecek schedulemu.” Aku mencondongkan kepala ke arah monitor Daisy. Dan dia tidak membuka folder apapun di komputernya.“B
Baca selengkapnya
Chapter 17
“Dreww!” Ah! Sial! Aku sudah hafal dengan pemilik suara tersebut. Aku mengambil bantal di sisi kiri dan menutup wajahku dengan bantal. Tak lama kemudian, aku mendengar suara pintu kamarku terbuka dengan cara di banting. “Drew! Kenapa kau tidak angkat teleponku?” Yap. Siapa lagi kalau bukan si menyebalkan. Alexa. “Astaga, Drew. Kau belum siap-siap?” Aku bisa membayangkan ekspresi Alexa begitu melihat kamarku yang sedang berantakan. “Drew!” Alexa menarik bantalku. “Ini sudah pukul dua siang. Dan kau masih tidur?” Alexa geleng-geleng kepala sambil berkacak pinggang. “Dasar pemalas.” “Apa mau mu sih, Alexa? Kenapa kau selalu menggangguku tidur?” “Temani aku ke pesta pernikahan Dean hari ini.” Aku mengucek mataku dan mema
Baca selengkapnya
Chapter 18
Aku berdiri di ambang pintu ruanganku, bersedekap, sambil memperhatikan Daisy dari jauh. Pertemuan mengejutkan dengan Daisy yang pergi ke pesta bersama Gideon membuatku curiga. Sebenarnya, mereka ada hubungan apa, sih?Ponselku berdering nyaring. Membuat kepala Daisy mendongak dan mencari si pemilik handphone. Lalu, mata kami berserobok. Daisy agak terkejut saat melihat keberadaanku. Aku segera mengambil ponsel dari saku celana dan masuk ke dalam ruangan sambil menerima panggilan telepon.“Apa?” Sahutku setelah terhubung dengan panggilan Alexa.“Kau ini, tidak pernah sopan dengan kakakmu!” Alexa menggerutu di seberang sana.“Iya. Kenapa?” Aku merubah intonasi menjadi lebih lembut. Lalu, berjalan menuju kursiku dan duduk bersandar di sana.
Baca selengkapnya
Chapter 19
Aku, Alexa dan Daisy diusir dari acara dinner tersebut karena Dean berhasil aku bikin babak belur. Salah sendiri, mengapa dia berbicara kurang ajar seperti itu. Dan menilai Daisy dengan sebelah mata!Kini, kami bertiga hanya terdiam di mobil yang masih terparkir di basement hotel. Alexa panik menghubungi suaminya dan meminta maaf atas kejadian tadi. Sedangkan aku dan Daisy hanya berdiam diri.“Maafkan aku, sayang. Maafkan tingkah adikku yang bodoh ini. Aku akan ke rumah orangtuamu besok dan bawa makanan kesukaannya,” kata Alexa pada Andreas di telepon. “Baiklah sayang, sampai jumpa.” Alexa menutup teleponnya. Lalu, menatap ke arahku.“Kau ini!!” Alexa tampak geram seolah ingin mencabik-cabik wajahku. “Kau selalu bikin ulah dengan tanganmu yang sok kuat ini!” Ale
Baca selengkapnya
Chapter 20
Kent membawa aku dan Daisy ke sebuah hotel unik yang langsung menghadap ke arah pantai. Namanya Hotel Kents, salah satu aset property milik The Kents, perusahaan yang kini sedang dikelola oleh Kent sendiri. Setiap kamar dari hotel tersebut memiliki design ruangan yang berbentuk bulat seperti bola dan dilapisi dengan dinding kaca.Aku terkagum-kagum melihat design bangunan dari kamar hotel tersebut.“Ideku,” kata Kent seolah membaca isi kepalaku. “Bagaimana menurutmu, Daisy?” Ia justru bertanya pada Daisy.“Luar biasa.” Daisy juga ikut terkagum-kagum. “Aku mengambil dua kamar. Karena kau wanita, kau boleh memilih terlebih dahulu, kamar mana yang kau mau.” Aku menyipitkan mat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status