Semua Bab Mr. Perfect: Bab 21 - Bab 30
80 Bab
Chapter 21
"Maukah kau menemaniku malam ini?" Daisy menatap manik mataku lekat-lekat. Aku menelan ludah, saat menatap matanya, hidungnya, dan juga bibirnya. "Maukah kau menemaniku malam ini, Drew?" Daisy menyentuh bulu-bulu halus di bagian daguku. Berhasil membuatku bergidik, dan tergoda. "Drew ...." Suara Daisy terdengar serak. Ia menarik kepalaku semakin mendekat ke arahnya. Aku nyaris hilang akal dan ingin merasakan sentuhannya malam itu. Namun, berselang beberapa detik, Daisy langsung muntah di hadapanku. Sampai mengenai wajah dan bajuku. Sial! "Huweeek! Huweeel!" Sial! Sial! Sial! "Hei ...." Aku refleks mundur dan turun dari kasurnya. "Apa-apaan kau ini!" Saat aku hampir memakinya, Daisy sudah memejamkan mata dan tertidur pulas. Aku mengerang kesal, sekaligus merasa bersyukur karena aku tidak kalap malam ini. *** To: Daisy Aku tunggu kau sarapan di restaurant hotel, sekarang!
Baca selengkapnya
Chapter 22
Aku makan di salah satu restoran yang jaraknya tak jauh dari hotelku. Kali ini aku makan sendirian, karena Daisy pergi dengan si brengsek Kent. Ah, sudahlah, aku tidak peduli dan tidak mau memikirkan hal bodoh itu. Toh, bukan urusanku.Tetapi sepertinya pikiranku berbanding terbalik. Kepalaku terus dipenuhi dengan sosok Daisy, dan apa yang dia lakukan dengan si brengsek Kent."Hai ...."Aku mendongak saat mendengar suara wanita yang tiba-tiba saja duduk di depanku."Maaf, aku duduk di sini karena aku lihat kursimu kosong," kata wanita itu sambil memutar-putar rambutnya dengan jari. "Kau hanya sendiri?"Aku mencondongkan wajah sambil tersenyum dan bermaksud untuk menggodanya. Karena aku sudah paham permainan yang dilakukan wanita-wanita seperti ini. Dia pasti ingin aku masuk ke dalam perangkapnya, dan dia mendapatkan uang dariku."Menurutmu?" Aku mengeluarkan jurus senyuman maut."Ya ...." ia tampak tersipu."Kau ingin menemanik
Baca selengkapnya
Chapter 23
Aku berusaha mencari villa Kent dengan caraku sendiri. Aku meminta bantuan Rehan, mata-mataku sekaligus pencari informasi terhandal. Aku membayar Rehan mahal untuk pekerjana ini. Dan terbukti, dalam waktu lima belas menit, aku sudah mendapatkan detail tempat tinggal Kent beserta peta jalannya.Villa tempat tinggal Kent dikelilingi dengan pepohonan yang membuat Villa tersebut tersembunyi. Halaman villanya sangat luas, aku naik taxi hanya sampai depan gerbang saja. Selanjutnya aku berjalan kaki mencapai rumahnya. Gelap dan dingin, aku bisa merasakan suasana horor di villa tersebut, dan aku yakin kalau Daisy sangat ketakutan berada di sana.Aku tidak masuk lewat pintu depan dan tidak akan menekan bel. Sama artinya aku bunuh diri. Aku mendendap-endap dan masuk melalui jendela samping. Aku berhasil membobol jendelanya dengan pisau gunting kuku yang aku temui di koperku. Aku memang selalu membawa gunting kuku kemanapun aku pergi. Karena memiliki kuku panjang membuatku risih.
Baca selengkapnya
Chapter 24
Aku terjaga dari tidurku sambil menyesap secangkir kopi. Mataku terus terpaku pada sosok Daisy yang tertidur pulas di atas kasur kamar hotelku. Sesekali Daisy meracau akibat mimpi buruk yang terus melanda sejak kejadian yang menimpanya tadi."Aaah, tidak!" Daisy kembali berteriak. Sekarang sudah menunjukkan pukul tiga pagi.Aku beranjak dari kursi dan lompat ke atas kasur. "Daisy, tenang. Tidak ada yang mengganggumu ...." aku mengusap lembut kepala Daisy."Jangan ... tolong jangan bunuh aku." Kepala Daisy bergerak ke kiri dan kanan secara cepat."Hei ... tenang ... tidak apa-apa." Aku menyentuh wajahnya dengan telapak tanganku. Lantas dia membuka mata dengan lebar dan sedikit melompat terkejut saat melihatku."Aah!""Hei, ini aku. Drew ...," kataku penuh kelembutan.Daisy menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. "Apa yang kau lakukan?""Aku ingin menjagamu, kau akan aman bersamaku.""Kita ..." Daisy menatap ke arah sekit
Baca selengkapnya
Chapter 25
"Hei ...." aku menyapanya. Aku mulai duduk bersila di depan Daisy."Daisy, ini aku." Aku menyentuh pundaknya.Daisy langsung memukul pundakku. Matanya melotot."Jangan sentuh aku!" Daisy berteriak."Jangan sentuh akuuu!!!" Daisy berteriak histeris dan menangis.Karena langsung masuk kembali ke kamar Daisy."Drew, ada apa?" tanya Kareen panik."Aku tidak tahu." Aku juga ikutan panik. Terutama saat Daisy menutup kedua telinganya sambil berteriak kencang."Pergi dari sini, jangan ganggu aku! Tolong ... Tolong ....'""Hei, tenanglah. Ini aku, Drew." Aku berusaha menyentuh kedua pundaknya. Tapi ia justru menendangku. Dan membuatku tersungkur ke lantai."Aw.""Pergi, jangan sentuh aku!"Aku tidak menyerah dan terus mendekatinya. "Daisy, sadarlah. Sadar!" Aku membentak Daisy dan menggoncang pundaknya. Aku menyentuh wajahnya agar berhadapan denganku. "Aku Drew, aku akan melindungimu."Daisy menatapku dengan m
Baca selengkapnya
Chapter 26
"Drew ...." Daisy menatapku lagi, sambil menangis."Tidak apa-apa, aku di sini bersamamu, Daisy.""Drew ... dia menghubungiku," ujar Daisy."Siapa?""Kent."Aku, Kareen dan Evans saling bertatapan cukup lama."Boleh pinjam ponselmu?" aku kembali menatap Daisy dengan lembut.Daisy mengangguk, dan mengulurkan ponselnya padaku.Lantas aku berdiri dan berbisik di telinga Kareen. "Tolong kau jaga Daisy. Aku ingin menelepon seseorang di luar.""Baik," jawab Kareen sambil mengangguk.Kemudian aku keluar dari rumah mereka dan duduk di teras depan sambil menghubungi kembali seseorang yang mengaku sebagai Kent dari ponsel Daisy. Tapi, sayangnya nomor itu tidak aktif lagi. Lalu aku menghubungi Rehan."Siap, Pak?" Rehan menjawab setelah kami terhubung."Bukankah Kent di penjara? Aku menyuruhmu untuk memasukkan bajingan itu ke dalam penjara!" aku berseru kencang."Maaf, Pak. Tapi, aku juga baru dapat kabar kalau K
Baca selengkapnya
Chapter 27
"Sepertinya, aku mencintaimu," kataku to the point dan langsung mencium bibirnya. Daisy tidak melawan. Ia justru memelukku dengan erat dan hangat. Sampai akhirnya, pintu kamar terbuka dan Iren muncul di depan pintu. Ia menjatuhkan tasnya ke lantai. "Ups, maaf aku mengganggu waktu kalian." Daisy langsung mendorong tubuhku dan membuatku terjatuh ke lantai. "Ouch!" aku meringis kesakitan. Ah, sial! "Apa aku mengganggu waktu kalian?" Iren kembali memastikan. "Tidak, aku akan segera pergi." Aku buru-buru bangkit dari lantai dan merapikan pakaianku kembali."Aku pergi dulu." Aku menatap Daisy yang terdiam kaku di kasur. "Aku pergi ...." kenapa aku jadi salah tingkah? "Baiklah, aku pergi ...." "Drew!" Iren berkacak pinggang. "Kau sudah pamitan dengan kami seribu kali. Sekarang, kau bisa benar-benar pergi dari sini. Karena aku dan Daisy butuh waktu hanya berdua saja." "Oke, baiklah. Aku pergi." Akhirnya aku bena
Baca selengkapnya
Chapter 28
"Ya ...," aku menyahut panggilan dari Rehan."Aku punya kabar buruk," gumam Rehan yang bikin keningku berkerut."Apa maksudmu?""Kent ...." Rehan tiba-tiba diam."Kenapa Kent? Apa yang terjadi dengan pria bajingan itu?""Aku dapat kabar kalau dia ada di sini, di kota ini.""Apa?""Ya, dia ada di sini ....""Kau yakin?""Aku sudah pastikan semuanya." Mendengar suara Rehan, aku percaya kalau Rehan tidak membohongiku. Dan, aku yakin kalau keadaan sedang tidak baik-baik saja saat ini.Bisa saja, Kent sengaja datang ke sini untuk mencelakai Daisy atau aku. Dan aku harus lebih bisa mengawasi Daisy. Terlebih, kesehatan mental yang dialami Daisy masih belum sembuh total."Dreew!!" Alexa kembali mengetuk pintu kamarku. "Kau pingsan ya di dalam."Aku memutuskan sambungan telepon dengan Rehan dan segera keluar dari kamar menghampiri Nenek Lampir.***"Hai Aunty, apakah Aunty sakit?" Carie langsung
Baca selengkapnya
Chapter 29
 "Daisy ...."Daisy terduduk di ranjang. Ia memeluk tubuhnya sendiri. "Tidak ...." ia meracau sendiri."Daisy ...." aku duduk di sebelah Daisy. "Semua akan baik-baik saja. Aku akan melindungimu."Aku menyentuh telapak tangannya yang dingin."Aku ...." Daisy menatapku dengan mata berkaca-kaca. "Aku takut dengan Kent.""Kau akan baik-baik saja." Aku membawa Daisy ke dalam dekapanku. "Aku janji, akan melindungimu.""Kenapa? Kenapa kau ingin melindungiku terus? Kau punya kesibukan sendiri.""Karena ...." jeda sejenak. "Karena aku mencintaimu."Daisy terdiam, lalu menatap mataku lekat-lekat. Wajahku semakin dekat dan hanya berjarak beberapa senti saja dari wajah Daisy. Ketika suasana berubah menjadi romantis, tiba-tiba saja pintu kamar Daisy terbuka lebar.Aku dan Daisy salah tingkah, kami melihat ke arah pintu dan menemukan sosok Carie menatap kami dengan mata terbelalak."Hai, Carie ... masuklah." Daisy
Baca selengkapnya
Chapter 30
"Drew ... awas!" Tiba-tiba Alexa berteriak. Aku melihat ke arah kiri dan sebuah mobil range rover melaju kencang ke arah mobil kami dan kecelakaan besar baru saja terjadi.Mobil kami berputar, posisi kepalaku berada di bawah. Aku merasakan dara mengalir dari dahiku. Hal terakhir yang aku lihat adalah, Alexa terlempar jauh ke aspal.Lalu, semuanya menjadi gelap.***Kepalaku rasanya ingin pecah, aku bisa merasakan samar-samar cahaya lampu yang ada di atas. Lalu, perlahan-lahan aku membuka mata. Dan melihat kondisi di sekelilingku, tidak ada siapapun di sini. Hanya ada aku yang baring di atas brankar rumah sakit. "Drew, kau sudah sadar?" Ibu tiba-tiba masuk ke dalam ruanganku. Matanya sembab seperti habis menangis."Ibu sangat mencemaskanmu." Ibu langsung memelukku."Apa yang terjadi?" tanyaku."Kau dan kakakmu mengalami kecelakaan."Aku memejamkan mata sejenak dan berusaha mengingat-ingat. "Di mana Alexa?" Aku melepas peluk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status