Semua Bab Seadanya: Bab 11 - Bab 14
14 Bab
Bab 11. Siapa Riski
Erika sudah siap untuk berkerja hari ini,  dipikirannya masih terpikir akan perkataan yang riski ucapkan tadi. Apakah dia begitu lemah selama ini dimata orang-orang. Erika sudah sampai di luar cafe, kondisi cafe tidak begitu ramai, hanya ada beberapa penggunjung yang sepertinya mahasiswa. Mungkin karena belum jam makan siang jadi belum terlalu ramaiTanpa langkah ragu erika melangkahkan kaki memasuki cafe tiada gengsi atau malu yang menganggu pikirannya jika akan bertemu dengan orang yang akan mengenalinya. Erika menyemangati dirinya sendiri, "Okeh erika fighting,  gue bisa semangat jangan sampai mengecewakan hari ini.  Okay"Erika meletakkan tangannya didada. ....."Permisi kak",Erika menghampiri kasir."Eh iya, udah siap kerja hari ini kak? ""Siap kak, jadi saya boleh mulai dari mana?? "."Ini kak di ganti dulu bajunya, bisa ganti dibelakang ada khusus karyawan".Sikasi
Baca selengkapnya
Bab 12. Erika dan Angkot
Sudah pukul sembilan malam.  Erika masih mengobrol bersama tori, dika dan pak wiranto yang baru sempat berkenalan dan bicara banyak dengannya. Sungkan erika meninggalkan obrolan tersebut ditambah pak wiranto orang yang senang bicara.  "Udah yok pak pulang,  udah jam sembilan lewat nih"Dika memotong pembicaraan pak wiranto yang asik bicara tentang banyak hal,  kata tori pak wiranto memang seperti itu terlebih jika bertemu orang baru seperti erika.  Laki - laki umur 40an itu melirik jam tangannya. Kemudia tertawa " Oh yaampun kebanyakan ya cerita bapak. Yaudah kita lanjut besok lagi ya" yang kembali ia akhiri dengan tawa menatap semua orang. "Iya kebanyakan, udah malem nih" Dika mendorong badan pak wiranto menuju pintu keluar.  "Eh tunggu" pak wiranto membalik tubuhnya menoleh kepada erika dan tori yang berjala
Baca selengkapnya
Bab 13. Terimakasih
Rintik - rintik gerimis sudah berubah menjadi tetes hujan.  Erika memeluk erat tas yang sudah dimantelkan agar tidak terlalu basah, gadis tersebut masih enggan meneduhkan dirinya. Lalu lalang kendaraan melaju begitu cepat dijalanan tak peduli ada dia yang sedang kehujanan.   Erika tidak tahu sudah pukul berapa sekarang, hpnya disimpan ditas agar tidak ikut basah. Ia sendiri sudah basah keseluruhan badan. Beberapa mobil melaju kencang digenangan air jalan menambah penderitaan dengan cipratan, tidak ada makian atau umpatan kepada pengendara. Erika sibuk memikirkan nasibnya dan berharap akan ada angkot meski dikeaadaan seperti ini.   Erika mengangkat kakinya berbalik badan menuju emperan toko yang sudah tutup setelah berapa lama dia berdiri dia hujan. Dia menyerah menunggu angkot dipikiran erika tidak akan ada lagi angkot yang lewat melihat sudah berapa lama ia berdiri menunggu, dirinya sekarang har
Baca selengkapnya
Bab 14. Terjebak stuasi
Erika sudah berada dirumah riski, ia mengamati  rumah dua lantai tersebut dari ruang tamu yang bisa melihat kesemua sisi,  matanya tak menemukan siapapun selain dirinya yang berdiri mengigil kedinginan. Riski sudah hampir 10 menit meninggalkannya pergi kekamar. "Ngapain berdiri disitu?"Suara riski mengagetkan erika. "Lo yang nyuruh gue tunggu disini"Erika mengernyitkan dahi atas pertanyaan riskiRiski tertawa, "Maksud gue kenapa nggak duduk aja, takut kursinya basah? "Erika berdehem mendengar riski yang memberikan pertanyaan yang di jawab sendiri. "Udah ada balasan dari  ibu lo?""Belum,  tapi dia pasti khawatir banget".Erika menatap handphonenya, ketika di mobil tadi erika sudah mengirimkan pesan ke ibu untuk menandakan dirinya baik - baik saja. Namun, sampai sekarang belum ada balasan. Erika sudah berusaha menelpon tapi tidak ada jawaban dari ibunya. Perasaan bersal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status